Sungguh semua telah berbeda, waktu terus berlalu dan hatiku seakan membeku. Bukan tentang cita-cita, melainkan hati seakan terkunci untuk menerima cinta baru. Sebenarnya ini bohong, bohong jika hati ku tertutup untuk yang lain. Justru aku membukanya, bahkan kedua daun pintu ku buka lebar-lebar.
Sausan menikmati indahnya belajar, rasa haus akan ilmu membuat semangat membaca dan mengikuti kegiatan intra dan ekstra kampus. Sausan menemukan teman-teman baru yang penuh warna dan identitas. Satu yang menjadi pegangan, tak akan ada lagi cinta diantara persahabatan. Sejak saat itu tak ada cinta dan tak akan tergoda cinta semu di bangku sekelas.
Hari ini adalah hari ujian semester, Sausan harus segera ke kampus agar tidak terlambat datang. Tak ada yang berubah, kendaraan yang menemani perjuangan Sausan ketika kuliah hingga semester 5 adalah sepeda. Hanya saja kini sepeda mini berwarna merah yang memiliki keranjang dibagian stangnya.
Di kampus
"San, kok diem aja, cepet dikerjain, liat waktu tar habis". Riya memanggil lirih Sausan yang duduk di sebelahnya. Sausan benar-benar hanya memegang pena dan kertas, sesekali menulis, berhenti, menarik dan menghembuskan nafas. Sungguh benar-benar syetan membuat linglung. Nah ini yang terkadang aneh, apa yang terjadi selalu mengkambinghitamkan syetan sebagai dalangnya.
"Riya, aku tidak bisa ingat, dan aku ga tau mau nulis apa? semua hilang, kepalaku kosong". Sausan berkali-kali menggelengkan kepala dan beristigfar memohon kepada Allah untuk kejernihan fikiran.
waktu terus berjalan, Sausan akhirnya menyelesaikan ujian semester dengan penuh kerja keras, bahkan untuk mengarang yang membutuhkan imajinasi merangkai kata saja kesulitan.
"Kenapa tadi, gak seperti biasa?" Tiya memberikan sebungkus roti yang dibeli dari kantin kampus, Tiya adalah salah satu teman satu geng. Riya hanya geleng kepala, heran kok bisa Sausan hidup tapi masih terjerat hal masa lalu. "Aneh tau temen kita satu ini, masa gara-gara di jalan papasan sama Aa' Ahmad semua isi otaknya hilang." Sindir Riya sambil senyum penuh canda.
"Dunia seakan mandek, kalau liat Dia, ga tau kenapa, Aku ga' bisa ingat bahkan ngarang aja susah bener". Kata Sausan, kemudia dia melanjutkan dengan sendu. "Sebenarnya aku ga ingat, bahkan aku lupa, jalan yang sering aku lalui ketika bersama pun aku ga pernah lewat, apapun tentang dia sudah aku tutup rapat-rapat, tapi.... tadi liat dia dan liat senyumnya ke aku, aduh dunia seakan jungkir balik". Sausan merasakan cinta sejak SMK ga serta merta bisa disingkirkan dari hatinya.
"ha..ha..he..he...". Tawa teman-teman Sausan, bagaimanapun mereka tahu bagaimana kisah Sausan.
"Ikhlaskan San, dia bukan jodohmu, di kampus ini banyak menjamur". kata Nikmah sambil memijit pundah Sausan.
Ketika cinta datang tentu ada jalan masuknya, dan ketika cinta pergi juga harus melalui jalan. Hanya perlu tersadar bahwa cinta itu sejatinya bukan untuk dipaksakan ada dan juga harus dipaksakan pergi. Tentu Dia bagi Sausan pernah ada, pernah juga ga ada. Sausan hanya perlu menutupnya dengan kenangan baru dan tak perlu memaksanya untuk menghilang dari hatinya. Dia pernah ada, tapi bukan segalanya.
Wahai hati kau berhak memilih
untuk mengunci atau melepas
Meski dihati kau kunci itu tak jadi masalah
Jika dihati kau lepas itu bisa jadi impas
Pernah ada bukan berarti segalanya
Ada karena diminta
pergi karena adanya
Ada dan tiada tetaplah semu
sejatinya itu bukan cinta yang hakiki
Tetap tak pantas jika terpatri