Berbicara tentang hidup bukan perkara yang mudah apalagi menjalaninya, sehingga dalam kehidupan ini banyak potret manusia yang hidupnya sebisanya, ada yang semaunya tak jarang yang hidupnya mengada-ada. Manusia adalah mahluk ciptaan yang paling sempurna diantara ciptaan yang lain, tapi dalam mengarungi kehidupan manusia berhak memilih jalan sesuai dengan kehendaknya.
Sausan melalui hari-hari dengan kesadaran bahwa kehidupan ini hanya sementara. Berpegang pada Kesadaraan bahwa setiap yang bernyawa akan merasakan mati pada akhirnya, dan mati adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih hakiki, maka kesempatan yang diperoleh melalui belajar di Perguruan Tinggi pada waktu itu menjadi motivasi dan semangat untuk memperbaiki diri.
Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan ini panjang, perkokohlah kapalmu karena lautan itu dalam dan ikhlaskanlah amal mu, karena pengintaimu sangat jeli. Masuk kubur tanpa bekal laksana berlayar di lautan tanpa sampan.
Selain aktiv di kampus baik kegiatan intra dan eksatra kampus, Sausan tetap aktiv dan berkontribusi kepada lingkungan tempat tinggal dengan memakmurkan mushola, membentuk dan merawat Taman Pendidikan Al Qur'an. Selain itu Sausan menjadi guru di Madrasah Tsanawiyah sejak 2004 Hingga menikah tahun 2008. Selama kuliah Sausan tetap privat mengaji, dan bekerja paruh waktu di toko buku kitab.
Kendaraan yang menemani setiap perjuangan Sausan adalah sepedah mini berwarna merah. Rutinitas Sausan mulai berangkat ke kampus, ke toko buku yang terletak di pusat kota, privat ngaji malam dan ke Madrasah diantarkan dengan setia oleh sepedanya.
Sausan memiliki badan yang ideal, tinggi dan berat badan yang standar. Kondisi badan yang sehat, dan jarang mengkonsumsi obat-obat warung. Jika sakit Sausan hanya memperbanyak minum air, tidur dan istirahat cukup. Salah satu efek bersepeda membuat badan Sausan sehat.
Kisah cinta Sausan seolah tak bertepi, mencari sosok ideal pendamping sejati seperti mencari jarum ditumpukan jerami, Tak jarang cinta bersemi namun sebatas kekaguman semata.
Alih-alih para gadis bersifat lemah lembut, manja ingin diperhatikan, ketergantungan dan sebagainnya. Sausan sebaliknya merupakan sosok gadis mandiri, tegas, berani. Maka bisa dibayangkan mendekat dan menawarkan bantuan alih-alih pendekatan, hanya dianggap angin lalu oleh Sausan.
Dibalik sikap mandiri dan berani, sebenarnya Sausan sangat membutuhkan bantuan, problem kehidupan yang dijalani terkait dengan kemiskinan memang hal yang paling sensitif. Tapi meski miskin tidak menjadikan Sausan sebagai pribadi yang matrek, suka berhutang apalagi pengemis.
Maka kumbang yang datang menghampiri, tak jarang segera menghilang jika bermaksud hanya sekedar bermain-main. Semoga di setiap era ada dan muncul sosok-sosok perempuan mandiri dan tegar.
"San, sebenarnya saya suka sama kamu sejak lama, tapi ga ada keberanian untuk mengungkapkan". Edi mengungkapkan rasa yang menggelayuti dirinya selama kenal Sausan. Teman satu kelas dan teman di organisasi yang sama. "Apa serius yang kamu katakan, selanjutnya bagaimana?". Sausan sudah berusaha menghindari, alangkah baiknya berteman ya berteman tanpa dibumbui rasa-rasa asmara, pasti ribet. Mereka duduk berdua di ruang depan di bascame organisasi ekstra kampus.
"Ya, kita coba, kalau cocok lanjut kalau ga cocok ya berteman". lanjut Edi penuh harap. Sausan tampak berfikir, entah mimpi apa semalam harus ada adegan ditembak begini.
"Edi, itu bukan perkara sepele, penjajakan, dijalani saja kemudian liat nanti, itu bukan yang jadi angan-angan saya, itu terlalu menyepelekan". Hening...Sausan melanjutkan petkataannya. "Sekarang jadian, besok jalan bareng, trus ga cocok putus, selanjutnya bekas. Hal seperti itu kesannya tak berharga sekali".
"Saya ga bisa yang seperti itu, jika ada hati, apa adanya saya ya endingnya nikah, apa yang dicari terhadap pasangan sampai kapanpun ga akan cukup dan sempurna. Sejatinya cukup dan syukur hanya pada diri kita bukan mencari cukup nya dan cocoknya dengan orang lain". Sausan mengatakan apa yang harus dikatakan, sedikit rasa suka tak membuat Sausan lalai akan perkara yang nano-nano itu.
Edi tampak berfikir, niat hati mengatakan cinta kepada kekasih hati, ingin merasakan manisnya asmara tapi berujung penolakan. Ya, tentu Sausan menolak niat Edi, yang sebatas hanya ingin pacaran saja.
Ukuran cinta itu tergantung hati dan fikiran kita saja, mau banyak ya dipupuk, mau sedikit ya dibiarkan. Merana hanya bagi orang-orang yang tidak punya keteguhan hati. Sejatinya hati tidak layak untuk dipaksa mencintai, dan juga jangan dipaksa dicintai.
Ku dapati urutan cinta sejati adalah
Cinta kepada Allah yang Maha Kasih
Cinta kepada Rosulullah
Cinta kepada Kedua orang tua
Cinta kepada Pasangan hidup (suami/istri)
Cinta kepada Anak
Cinta kepada Saudara dan kerabat
Cinta kepada Kaum muslimin
Cinta kepada semua manusia
Bagaimana mungkin, kita melompat atau melewati urutan-urutan yang harus diutamakan dan didahulukan.