18

*

"minggir "desis sisi dengan menatap tajam wajah Rubi

"tidak mau"jawab enteng Rubi dengan mendorong sisi agar kembali masuk ke dalam kamar yang mereka tempati dulu

"aku mau pulang Aldeva pasti mencari ku"teriak sisi dengan menyebutkan nama putranya yang membuat dirinya sendiri dan Rubi terkejut

"siapa Aldeva "kata Rubi dengan meremas dagu sisi

"bukan urusanmu"jawab sisi dengan membuang muka

"siapa lelaki itu"bentak Rubi dengan meremas dagu sisi semakin kuat dan itu cukup menyakitkan bagi sisi

"akh...sakit"

"maaf sayang..aku tidak sengaja menyakiti mu"kata Rubi dengan buru buru melepaskan tangannya

"baiklah sekarang katanya siapa Aldeva"kali ini Rubi berkata dengan lembut

"dia...dia keponakan ku"jawab sisi dengan gugup karena tak mau Rubi mengetahui fakta yang sebenarnya

"oh anak kecil yang kamu bawa pulang ke Indonesia itu"jawab Rubi dengn wajah leganya

"bagaimana kau mau"jawab sisi dengan tegang

"semua tentang mu aku juga tau bahkan tubuh mu aku juga masih mengingat nya"goda rubi dengan semakin mendekatkan tubuh mereka dan membuat sisi terkejut

"minggir aku mau pulang"teriak sisi Sabil mendorong Rubi agar menjauh

"baiklah jika itu mau mu tapi aku mau kau berjanji akan selalu mengangkat telfon dari ku dan mau bertemu jika aku mengajakmu pergi"kata Rubi mengajukan syarat

"kau gila kita tidak dalam situasi untuk bertemu ... karena kita sudah selesai"jawab sisi dengan sinis

"hmmm...oke jika kau berfikir begitu maka nikmatilah hidup di kamar apartemen ini untuk selalu tidur bersama ku selama sisa hidup mu "kata Rubi dengan mengedipkan sebelah matanya dan itu membuat sisi membelalakan matanya tak percaya atas ucapan Rubi setelah lebih dari lima tahun tak bertemu ucapannya masih saja fulgar

"baik...baik lah aku setuju dengan syarat mu"jawab sisi karena untuk saat ini yang lebih penting adalah untuk bisa pergi dari tempat ini secepatnya

"hmm good girl"

**

sesampainya di kediaman wijaya sisi terburu-buru mencari keberadaan anaknya itu karena ini pertama kalinya mereka berpisah paling lama

"Aldeva "panggil sisi ketika melihat anaknya menangis meringkuk di dalam kamarnya

"mamiiii"teriak Aldeva yang melihat maminya itu muncul dari balik pintu kamarnya

"mami dari mana?kenapa pulangnya lama?"tanya Aldeva dengan mulut mengerucut

"maaf sayang...mami ada kerjaan semalam dan hp mami mati jadi gak bisa telpon kamu"jawab sisi dengan merasa bersalah

"iya kamu dari mana aja sih kami semua di sini cemas sama kamu...kamu itu udah jadi orangtua jadi rubah sikap kekanakan kamu itu"oceh bunda suci yang memang berada di dalam kamar Aldeva

"maaf ayah bunda nanti sisi jelasin...saat ini sisi cuma mau sama Aldeva dulu"kata sisi mencoba memberikan pengertian kepada kedua orangtuanya

sedangkan ayah Dimas yang melihat keadaan sisi dan sikap sisi pasti terjadi sesuatu padanya mencoba mengerti dan membawa istrinya pergi untuk memberikan waktu berdua untuk ibu dan anak itu.