Kembali

Beberapa minggu sebelum sinta kembali.

" Sinta, pulanglah nak." pinta ayahnya.

" Tapi pah, sinta enggak bisa. Sinta enggak mau kejadian waktu itu terulang lagi." ucap sinta lirih sambil menitikkan air matanya.

" Cuma kamu yang bisa papah percaya untuk meneruskan perusahaan papah, sayang."

" Pah, please.. jangan paksa sinta."

" Baiklah nak, tapi tolong gikirkan baik-baik permintaan papah ya nak?"

" Iya pah." sambungan telepon pun terputus. Bukan sinta tak bisa melakukan apa yang diminta ayahnya. Ada sesuatu yang menghalangi sinta untuk melakukan itu.

Sinta begitu merindukan keluarganya, bahkan cintanya pada dion pun tak mudah di lupakannya. Sekeras apapun dia mencoba melupakan dion, tetap saja tidak bisa. Seakan hatinya sudah tak nisa di tempati pria lain.

Sinta selalu tahu apa yang terjadi pada dion. Bagaimana frustasinya dion mencari dirinya. Bagaimana dion sekarang pun, sinta mengetahuinya. Hanya saja, sinta benar-benar menutup rapat keberadaannya.

Keluarga dion pun, seakan ikut menutupinya. Kedua orang tua dion, sebenarnya mengetahui dimana sinta berada. Bahkan beberapa kali mereka mengunjungi sinta. Namun apa daya, mereka harus bungkam.

Bukan mereka tak mau menceritakan keadaan yang sebenarnya. Menurut mereka, belum saatnya dion tahu.

Namun keadaan sore itu, memaksa sinta harus mengambil keputusan untuk kembali ke rumahnya. Ya, jika bukan karena ayahnya yang terkena serangan jantung dan tidak sadarkan diri. Sinta tidak akan kembali.

" Hallo?" sapa sinta.

" Sinta, ini mamah nak. Pulanglah nak. Mamah mohon nak!" pinta ibunya dengan suara tertahan karena kesedihan.

" Mamah kenapa? Kenapa menangis?" tanya sinta. Sinta tahu betul jika saat ini ibunya tengah menahan tangisnya.

Tak terbendung lagi, akhirnya tangis ibunya pun pecah.

Setelah sang ibu menceritakan kondisi ayahnya, sinta memutuskan untuk pulang.

Sesampai ia di kotanya, ia langsung menuju Rumah Sakit tempat ayahnya di rawat.

" Mah, bagaimana kondisi papah?" tanya sinta

" Papah belum sadar sayang." jawab ibunya dengan tangis. Sinta memeluk ibunya dengan erat. " Sinta, perusahaan papah sedang dalam kondisi tidak baik. Itu yang menyebabkan papah stress jingga akhirnya seperti ini." jelas ibunya. Dan tangisan sang ibu semakin menjadi.

Sinta, memeluk ibunya semakin erat. Ternyata ini yang diminta sang ayah. Sinta pulang dan membantu sang ayah di perusahaan.

Sinta menyesal. Benar-benar menyesal.

' Alena, jika bukan karena kamu keluargaku tidak mungkin menderita.' ucap sinta dalam hatinya.

Sinta menangisi ketidak mampuannya menghadapi gadis bernama Alena.

" Lalu, siapa yang menjalankan perusahaan mah?" tanya sinta.

" Saat ini posisi papah kosong nak. Tolonglah papahmu."

" Baik mah. Mulai besok sinta akan menggantikan papah. Sampai papah pulih."

" Besok, mamah akan adakan rapat direksi dan karyawan untuk mengumumkan posisimu, sayang."

" Hmmh." mereka kembali berpelukan dan menangis.

***********

Di ruang rapat.

" Selamat pagi semua." ucap Nyonya haridinata.

" Selamat pagi, Nyonya." sapa seluruh direksi dan karyawan.

" Hari ini saya akan mengangkat seorang presiden direktur yang baru." sejenak suasana menghening. " Perkenalkan, putri saya Aloydia Sinta Haridinata. Putri saya akan menggantikan posisi papahnya di perusahaan. Saya harap semua anggota direksi dan para karyawan dapat membantu dan mendukung putri saya." pinta ibunya.

Sinta, sedikit menundukkan kepalanya dan di sambut dengan tepuk tangan oleh seluruh peserta rapat.

" Semuanya, mohon bantuannya." ucap sinta.

Usai acara perkenalan, sinta menuju ruangan yang biasa di pakai ayahnya. Kini ruangan itu, sinta gunakan. Sinta masuk bersama dengan ibunya.

" Sayang, tolong papah ya nak!" pinta sang ibu.

" Iya mah. Mamah doain sinta ya, supaya sinta bisa dengan cepat memulihkan kondisi perusahaan." ucap sinta lirih sambil memeluk ibunya.

" Iya sayang. Pasti mamah akan doakan keberhasilanmu." ucap ibunya dan menyambut pelukan sinta.

Setelah itu, ibunya kembali ke Rumah Sakit menunggui ayahnya. Setelah sinta selesai bekerja, sinta menyempatkan diri ke Rumah Sakit menjenguk ayahnya.

" Bagaimana kondisi papah sekarang mah?" tanya sinta.

" Belum ada perubahan sayang." jawab ibunya.

" Mamah harus banyak istirahat ya. Nanti mamah ikut sakit. Sinta enggak mau mamah ikut sakit." pinta sinta.

" Iya sayang. Terima kasih ya nak, kamu sudah mau kembali." sinta menjawab dengan anggukkan kepala.

Sinta sangat mudah memahi kondisi perusahaan ayahnya. Dia bekerja keras memulihkan kondisi perusahaan.

Sudah satu bulan sinta mengambil alih perusahaan. Hingga sekarang, kondisi perusahaan keluarganya berangsur-angsur membaik.

Pagi ini, saat sinta sampai dewi sekertarisnya, menyampaikan setiap jadwalnya. Ya dewi sahabatnya, bekerja di perusahaan ayah sinta satu tahun sebelum sinta masuk ke perusahaan. Dewi sudah di persiapkan sang ayah untuk membantu sinta.

" Siang ini Anda ada rapat dengan Sanjaya Group nona. Dan meeting ini tidak bisa di tunda. Karena sudah sebulan kita tunda." ucap dewi.

" Aku mengerti." jawab sinta.

Didalam ruangan, sinta dan dewi berbicara dalam bahasa informal.

" Kamu sudah siap bertemu dion?"tanya dewi penasaran.

" Hufffffttthhh... mau bagaimana lagi wi. Kerjasama ini sudah terjadi sejak aku dan dion menjalin hubungan." kenang sinta

Perusahaan ayahnya dengan perusahaan keluarga dion, menjalin kerjasama semenjak dion dan sinta menjalin hubungan. Lebih tepatnya, hubungan mereka sudah terjalin selama 2 tahun. Sejak saat itu, kedua orang tua mereka bekerja sama.

" Kamu yang kuat ya sin. Aku tahu kamu masih mencintai dion. Semoga kalian bisa menemukan akhir yang bahagia." dewi mendoakan kebahagiaan sahabatnya.

" Amin. Terimakasih ya wi, kamu selalu ada untukku."ucap sinta sambil tersenyum dan memeluk dewi.

*****

Sementara di tempat dion.

" Selamat pagi pak." sapa sang sekretaris.

" Pagi, kasih." sapa dion. " Oh, iya. Apakah ada perubahan jadwal meeting dengan perusahaan Eagle Furniture Group? Saya dengar presdir haridinata masih di rawat." tanya dion. Ayah sinta memang masih di rawat. Namun kondisinya sudah membaik.

" Tidak ada pak. Karena pihak mereka mengatakan, meeting akan tetap berjalan. Nona sinta, menggantikan posisi ayahnya." jelas sang sekretaris yang sontak membuat dion terkejut.

Pasalnya dion tak pernah menjenguk ayah dari kekasihnya itu. Karena dion pun baru kembali dari LN. Dion tak menyangka akhirnya sinta kembali.

Tak sabar dion menanti jam meeting di mulai, dia berlari menuju EFG.

" Kasih, siapkan semua berkas rapat. Saya pergi lebih dulu ke sana. Saya tunggu kamu di sana." tak menunggu jawaban sang sekretaris, dion langsung menuju EFG.

Sesampainya di EFG, dion memarkirkan mobilnya sembarang. Dia berlari menuju lift. Tak sabar rasanya dion ingin bertemu dengan sinta. Di tekan-tekannya tombol lift berkali-kali.

' Lama sekali liftnya...' ujarnya dalam hati.

Begitu lift terbuka, dion langsung menekan lantai 8 lantai teratas gedung itu. Disanalah ruangan sinta.

Tingg...

Pertanda lift terbuka. Dion melangkah keluar lift. Dari mejanya, dewi melihat dion berjalan ke arah ruangan presdir. Dia segera berlari menghampiri dion.

" Dion? Bukankah jadwal meeting masi 2 jam lagi?" tanya dewi.

" Aku ingin bertemu sinta." jawabnya tanpa basa-basi.