Aku Merindukanmu

" Dion, jangan seperti ini. Tolong.." pinta dewi. Dewi saat ini bertindak bukan sebagai sekretaris sinta, tetapi sebagai sahabat mereka.

" Wi, aku ingin melihatnya. Kau pasti mengerti bagaimana aku merindukannyakan?" ucapnya lirih.

Dewi mematung tak bisa mengucapkan apapun. Melihat dewi terdiam, dion melangkahkan kakinya menuju ruangan sinta.

Menarik nafas dalam sebelum membuka pintu. Menyiapkan hatinya untuk menatap sintanya. Kemudian....

" Sinta." kata pertama yang keluar dari bibirnya.

Sinta menoleh dan terkejut. Namun ia hanya terdiam. Sinta menutupi keterkejutannya dengan baik.

" Selamat pagi menjelang siang tuan dion." ucap sinta. Dion, terkejut melihat ekspresi sekaligus reaksi sinta setelah sekian lama tak bertemu. Sinta, bangun dari duduknya dan menuju sofa mempersilahkan dion masuk.

" Nona, maafkan saya.." ucap dewi. Tapi kata-katanya terhenti karena sinta memandangnya tersenyum. Seolah senyum sinta mengatakan ' tidak apa dewi.' Dewi, menganggukkan kepalanya lalu menutu pintu.

" Ada apa tuan dion, bukankah jadwal pertemuan kita masih 2 jam lagi?" dion tak habis fikir. Bagaimana bisa sinta bersikap seakan-akan dia dan dion tidak pernah memiliki hubungan istimewa?

" Kamu banyak berubah sinta." hanya kata itu yang mampu terucap dari bibirnya.

" Jika perbincangan ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, sebaiknya kita sudahi. Sampai bertemu jam 2 nanti tuan dion." ucap sinta.

Dion beranjak dari duduknya, dan memeluk sinta dari belakang.

" Aku merindukanmu sayang. Aku mencintaimu. Kembalilah padaku." dion memohon.

' Aku juga merindukanmu dion. Sangat. Tapi aku tak berdaya.' ucap sinta dalam hati. Air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya. Namun dengan cepat dia menyadarkan dirinya.

" Tuan dion, tolong lepaskan saya. Lupakan masa lalu. Kita harus profesional dengan pekerjaan kita." ucap sinta.

Dion tak bergeming. Sinta melepaskan diri dari pelukan dion.

Sinta berjalan meninggalkan dion sambil menahan tangisnya. Dia menutup ruangannya kemudian pergi ke toilet. Sinta menangis pilu. Dewi menghampirinya dan memeluknya. Mencoba menenangkan sinta.

" Sabar ya sin." ucap dewi mencoba menenangkan sinta.

Lama sinta menangis. Setelah dia merasa sesak di dadanya sedikit mereda, dia kembali ke ruangannya. Saat dia masuk, dion sudah tidak ada di sana.

****

4 jam setelah pertemuan pertama.

" Semua berkas sudah siap nona." ucap dewi.

" Baiklah. Mari kita ke ruang rapat." jawab sinta. Rapat kali ini di adakan di tempat sinta bekerja. Sesampainya di sana , dion dudah ada di dalam. Namun sinta bersikap seolah tak terjadi apapun. Dion, yang melihat sinta bersikap begitu, memutuskan untuk melakukan hal yang sama.

Untuk pertama kalinya, dion harus merasakan rasa sakit yang sangat dalam.

" Tuan dion." sapa sinta seraya menganggukkan kepalanya. Dan dibalas dion dengan anggukkan juga.

Dalam rapat mereka benar- benar fokus. Pada kenyataannya, mereka tidak fokus. Hanya mencoba untuk fokus.

Tanpa terasa rapat akhirnya selesai. Setelah berjalan selama 2 jam, mereka sudah mencapai kesepakatan. Satu persatu peserta rapat mulai meninggalkan ruang rapat.

Dion dan sinta keluar terakhir, dan hampir bersamaan.

" Bisa kita bicara?" tanya dion.

" Untuk apa? Saya rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan." jawab sinta.

" Kita harus menyelesaikan masalah kita."

" Maaf saya tidak bisa. Mungkin lain kali." sinta berlalu dengan cepat.

" Tak bisakah kau meluangkan waktumu sejenak?" ucap dion setengah berteriak.

Sinta terdiam. Berfikir apa yang harus di katakannya. Dia tidak ingin ada kesulitan di dalam keluarga mereka. Keluarga dion dan sinta.

" Baiklah. Besok malam jam 7 di restoran milik keluargamu. Bagaimana?" jawab sinta.

" Tidak. Kedai 'Sahabat' tempat kita pertama makan." dion masih mencoba membangkitkan asmara di dalam diri sinta melalui kenangan mereka.

Sinta terlihat berfikir. " Baiklah. Sampai bertemu besok." jawab sinta. Setelahnya, sinta berlalu dari hadapan dion.

" Aku harap kau kembali seperti sinta yang dulu." gumam dion.

*****

Sinta sudah sampai di tempat yang mereka janjikan. Tempat dimana ia dan dion pertama kali makan setelah resmi menjadi sepasang kekasih.

Bukan sinta tak mengingat kenangan mereka, hanya dia tak ingin usahanya selama ini hancur. Biarlah dia yang menderita.

Tidak lama, dion sampai di tempat itu. Sinta tak menyadari kedatangan dion.

" Maaf aku terlambat." sinta tersadar dari lamunannya. ' Sepertinya dia mulai mengenang masa lalu kami yang begitu indah.' ucap dion dalam hati. Dion tersenyum simpul melihat sinta.

" Tidak apa. Aku pun baru sampai." ucap sinta.

" Eh, ada nak sinta dan nak dion." sapa bu mia pemilik kedai. " Sudah lama sekali kalian tidak mampir bersamaan kemari." lanjutnya.

" Iya bu, sinta baru kembali dari LN. Ibu sehat?" jelas sinta.

" Sehat nak."

Ibu mia sudah berjualan di tempat ini sejak beliau baru memiliki satu orang anak.

" Nak dion belakangan ini sibuk ya, jarang main."

" Iya bu, dion sedang banyak pekerjaan." jawab dion sekenanya.

" Keke dimana bu?" tanya sinta.

" Sedang belajar nak ."

" Mau pesan apa nak sinta dan nak dion?"

" Saya mau pesan minuman dingin saja bu. Apa saja boleh."

" Dion cappucino ya bu."

" Silahkan di tunggu ya nak." bu mia pun meninggalkan kami.

Keheninganpun terjadi. Sinta tidak mengerti harus bicara apa. Hingga akhirnya, dion memecahkan keheningan.

" Sayang, kamu ingat tempat ini kan?" dion memulai. Tangannya menggenggam tangan sinta yang berada di atas meja.

" Dion, tolong jangan lagi ungkit masa lalu kita. Semua itu sudah berlalu." sinta menarik tangannya dan di letakkan di bawah meja.

" Sayang, aku merindukanmu. Sangat merindukanmu." dion bicara seakan tak mempedulikan kata-kata sinta.

" Dion, ku mohon hentikan semua omong kosongmu." ucap sinta lirih.

" Ini bukan omong kosong. Aku tidak akan mengungkit kepergianmu. Satu hal yang ku minta padamu, sayang. Tolong jangan tinggalkan aku lagi."

" Dion, kita sudah tidak mungkin bersama. Lupakan aku. Mulailah kau buka hatimu untuk orang lain." Dion terkejut. Dia tak percaya sintanya mengatakan hal semengerikan itu.

" Tidak- tidak kau pasti bercanda." ucapnya tak percaya.

" Aku sungguh-sungguh dion." sinta menatap dion dalam. Sinar matanya menunjukkan kesungguhan.

" Apa maksud mu mengatakan ini semua? Sudah tak berartikah diriku di hatimu? Sudah tak ada lagikah aku di hatimu? Sudah tak berjejakkah semua hal indah yang kita lakukan bersama?" tanya dion tak percaya.

" Dion, semua itu masa lalu. Seharusnya kau jangan mengingatku lagi setelah aku tak ada di sisimu!"

" Tidak semudah itu aku melupakan semua hal tentangmu sinta." jelas dion. " Aku terlalu mencintaimu. Bahkan aku sudah tak ingin tahu mengapa kau meninggalkanku."

" Dion, aku rasa sudah tak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Ku perjelas sekali lagi. Hubungan kita sudah lama berakhir. Tolong, jangan ungkit lagi masa lalu kita. Kau dan aku bukan lagi sepasang kekasih. Aku pulang dulu." sinta berlalu meninggalkan dion yang sudah tak terbaca lagi raut wajahnya.

******

Sinta masuk ke dalam kamarnya. Menuju ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Setiap kejadian yang sudah berlalu terlintas di benaknya. seakan dia sedang menontonya. Dia menangis sejadi-jadinya. Meraung dengan kepedihan di hatinya. Dadanya terasa sesak.

' Aku merindukanmu dion. Aku sangat merindukanmu. Maafkan aku.' ucap sinta berkali-kali di tengah tangisnya.

Sementara dion tenggelam dalam keputus asaan. Dia tak menyangka sinta akan mengakhiri hubungan mereka. Bahkan sinta sudah mengakhirinya sejak 10 tahun yang lalu.