Satu minggu lagi, Sanjaya Group akan merayakan hari jadi perusahaan mereka. Semua kolega di undang dalam acara ini tanpa terkecuali. Undangan untuk EFG, bahkan sudah di antarkan. Arya, wakil dion diperusahaan sekaligus sahabat dion, mengantarkannya secara pribadi.
Arya, memang sengaja mengantarkannya sendiri. Dia ingin bertemu sinta sahabatnya juga.
Saat arya tiba, dewi langsung menyambutnya.
" Selamat siang tuan arya." sapa dewi seraya menganggukan kepalanya. Namun dibalas gelak tawa arya.
" Dewi, tidak perlu terlalu formal. Di lantai ini tidak ada karyawan lain. Kita bisa bicara santai." ucap arya. Dan dibalas senyum oleh dewi.
" Baiklah, ada apa ya?" tanya dewi akrab.
" Aku ingin bertemu sinta, sudah lama sekali aku tidak melihatnya. Oh, iya aku juga ingin mengantarkan undangan ini ke sinta." dewi melirik ke arah tangan arya.
" Undangan apa itu ya?"
" Ini undangan hari jadi Sanjaya Group."
Mereka sampai di depan ruangan sinta. Dewi mengetuk pintu, dan mempersilahkan arya masuk.
" Silahkan." dewi mempersilahkan arya masuk.
" Terima kasih wi." ucap arya. " Hai, sin." sapa arya pada sinta seraya melangkahkan kakinya menuju sofa. Arya mendudukkan dirinya di sofa tanpa menunggu di persilahkan.
Sinta yang melihat kehadiran arya tersenyum dan berjalan menuju sofa di mana arya dan dewi duduk.
" Hai arya. Apa yang membawamu ke sini?" sapa sinta non-formal.
" Wah-wah, ternyata teman kita ini tidak berubah sama sekali. Tetap supel, dan ramah." puji arya. Sinta menjadi dingin hanya terhadap dion. Sedangkan yang lain dia bersikap seperti yang mereka kenal.
" Memangnya apa yang harus ku rubah arya." sinta tersenyum lebar.
" Benar, seperti ini lah sinta kita." timpal dewi.
" Sin, ini undangan." arya menyodorkan kartu undangan pada sinta. Sinta menerimanya dan melihat udangan itu.
" Hari jadi Sanjaya Group? Bukankah ini bertepatan dengan ulang tahun pernikahan tante arini dan om putra?" Hampir seluruh hari istimewa yang berhubungan dengan keluarga dion sinta mengetahuinya.
" Kau benar."
" Sepertinya mamah dan papah tidak mungkin hadir."
" Kau bisa mewakili mereka sinta." timpal dewi.
" Dewi benar, kau harus hadir untuk mewakili EFG menggantikan orang tuamu." arya bicara.
" Jadi tidak ada pilihan lain ya." fikir sinta.
" Baiklah sin, aku sudah melepas rindu padamu. Sekarang aku harus kembali. Sebelum dion *menaikkan tanduknya*." " Oh iya, aku heran mengapa dion mengatakan kau sudah berubah total? Tapi, aku merasa sama sekali tidak ada perubahan dalam dirimu." tanya arya di sertai kernyitan dahinya.
" Benarkah?" sinta menjawab sekenanya sambil tersenyum cerah.
Sinta bersikap dingin hanya pada dion. terhadap yang lain, sikap dan cara bicaranya masih sama seperti yang dulu.
Arya berlalu dan meninggalkan perusahaan EFG menuju Sanjaya Group.
*****
Tidak terasa hari jadi Sanjaya Group, akan dilangsungkan hari sabtu besok. Tepat di hari weekend.
Sinta sudah menyiapkan sebuah hadiah kecil untuk kedua orangtua dion. Ya hubungan sinta dengan kedua orangtua dion tetap baik.
Kedua orangtua dion, sebenarnya mengetahui alasan sinta pergi meninggalkan dion. Bahkan, saat sinta menjauhi dion, mereka turut andil.
Tidak, kedua orangtua dion, tidak membenci sinta. Justru sebaliknya, mereka sangat menyayangi sinta. Mereka malu, karena tidak bisa melindungi sinta dan dion.
Hari sabtu pun tiba. Sinta mengenakan gaun putih selutut. Gaun itu ketat, sehingga menampilkan bentuk tubuhnya yang sempurna. Terlihat sederhana, namun sangat menawan. Ditambah dengan accesoris yang membuat sinta semakin sempurna.
Saat dia tiba, semua sorot mata, menatap kagum padanya. Sinta hadir di temani dewi. Kali ini deewi bertindak sebagai sekretarisnya.
Sinta menghampiri keluarga dion.
" Selamat ulang tahun pernikahan untuk mami dan papi." ucap sinta sambil mencium kedua orangtua dion dan tersenyum manis.
" Terima kasih sayang. Kau bahkan masih mengingatnya." ucap mami bahagia.
" Terima kasih sayang, kamu sudah menyempatkan diri untuk hadir." ucap papi.
Sinta dan orang tua dion berbincang banyak hal. Dari kejauhan, dion mengamatinya. Dion yang sedang berbincang dengan para koleganya, merasa sinta berbeda dari beberapa waktu yang lalu. Tanpa sadar dion melangkah ke arah orang tuanya dan sinta.
" Pi, mi.." Sinta menolehkan kepalanya sedikit ke arah suara.
" Sayang, ada apa nak?" tanya mami lembut.
" Tidak ada apa-apa mi. Aku ingin bergabung saja."
" Dion, kamu harus menemani kolega kita yang lain nak." papi menjawab.
" Pi, dion juga ingin bersenda gurau bersama sinta dan kalian." rayu dion dengan wajah manjanya. Sinta hanya terdiam dengan senyum yang tetap terpasang di wajahnya.
Jantung sinta mulai berdetak tak karuan. Ingin sekali rasanya dia memeluk dion dengan erat. Namun ia sadar, itu tidak mungkin.
Diam- diam dion memperhatikan perubahan wajah sinta. Sinta terlihat tidak nyaman.
Akhirnya dion mengalah. Memutuskan menikmati senyum manis sinta dari kejauhan. Sebab saat dion di dekatnya, sinta memberikan senyum pahit.
Dion tak habis fikir. Dia tak mengerti apa yang salah. Setelah dion pergi, sinta melanjutkan perbincangan hangatnya dengan orang tua dion.
Tidak lama berselang acara di mulai. Tiba-tiba...
" Hallo, kak sinta." bisik seorang gadis, yang suaranya familiar di telinga sinta
'Alena? Dia di sini?' batinnya.
" Alena, apa kabarmu?" sinta mencoba menenangkan hatinya.
" Aku baik-baik saja, seperti yang kakak lihat." jelas wanita itu.
Sinta mencoba mengatur nafas dan emosinya. Dia tidak ingin merusak acara keluarga dion.
" Kalau begitu, aku permisi dulu." sinta bangun dari kursinya dan menuju toilet. Dewi yang melihat kejadian itu, mengikuti sinta.
Cukup lama mereka meninggalkan ruang acara. Saat mereka keluar toilet, dion sudah menunggu di dean toilet dan menarik lengan sinta.
Sinta terkesiap dan mencoba melepaskan diri. Belum sempat sinta melepaskan diri, dion menarik dirinya mendekat kearah dion.
Kini jarak antara mereka hanya beberapa inci. Aroma nafas mereka bahkan tercium
" Dion, lepas."
" Tidak."
" Dion, ku mohon."
" Dion, ini bukan waktu yang tepat. Tolong lepaskan sinta." ucap dewi.
" Jangan campuri urusan kami dewi." dion membelalakkan matanya. Terlihat sinar emosi yang entah sejak kapan di tahannya.
" Dion, bukankah sudah ku katakan hubungan kita sudah berakhir?" kali ini sinta yang terlihat emosi.
" Itu menurutmu. Bagiku, semua ini belum berakhir sinta." ada kemarahan dalam suara dion kali ini.
Sinta merasa frustasi. Dia berfikir bagaimana caranya bisa melepaskan diri.
" Dion, kau menyakitiku." Dion membawa sinta dengan paksa.
Dewi yang mengejar dion akhirnya berhanti karena dua orang pengawal yang di suruh dion menghadangnya.
" Dion, cepat lepaskan aku." dion tidak menggubris kata-kata sinta. " Dion, kau sungguh menyakiti ku." ucap sinta hampir menangis.
Dion membuka kamar suite room. Karena acara ulang tahun perusahaan dion diadakan di salah satu hotel milik Sanjaya Group.
Setelah pintu kamar terbuka mereka masuk. Di dalam ruangan, baru dion melepaskan sinta.