Dion mengenal alena sejak mereka duduk dibangku high school. Mereka sekolah di tempat yang sama. Saat itu, dion sudah menjalin kasih dengan sinta.
Pada dasarnya alena gadis dengan paras cantik, dan hati yang lembut. Namun, saat dia menyatakan perasaannya pada dion, dion langsung menolaknya.
Tidak mudah bagi alena menghapus cintanya pada dion. Dia bahkan meminta babtuan pada ayahnya untuk mendapatkan cinta dion.
Nampaknya, alena diajarkan untuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apapun yang ia mau.
Bukan karena alena ingin memiliki harta dion. Namun lebih kepada obsesinya. Apa yang dimiliki dion, alena bisa miliki bahkan melebihi yang dion punya.
Saat ini alena dengan sengaja mengikuti dion kemanapun dion pergi.
Hari itu, dion baru selesai bertemu dengan klien.
" Dion, apa yang kau lakukan disini?" tanya alena berpura-pura.
" Hai, len. Aku baru selesai bertemu klien. Kau sendiri sedang apa?" tanya dion.
" Biasalah, aku jalan-jalan." alena mencari alasan.
" Wah kebetulan sekali." seru dion.
Selama beberapa hari dion selalu bertemu alena. Karena dion merasa memiliki teman bicara.
Alena sudah memikirkan rencana untuk memiliki dion. ' Sudah ku katakan aku akan memilikimu seutuhnya bukan.' batin alena.
Hari ini hari terakhir dion dalam perjalanan bisnisnya. Alena sudah siap dengan rencananya.
" Dion, kapan kau akan kembali?" tanya alena.
" Besok aku akan kembali. Jadwalku hanya 1 minggu." jawab dion.
" Kalau begitu, bisakah kau temani aku makan malam, malam ini?" alena melihat ekspresi dion yang tengah berfikir. " Ayolah, hanya kau temanku di sini. Cuti liburku masih 3 hari lagi." imbuhnya.
" Begitu, ya."
" Hmmmhh.. Maukah kau menemaniku?"
" Baiklah, kita makan malam dimana?"
" Di restoran hotel tempatmu menginap saja. Aku yang akan datang. Bagaimana?"
" Ok. Nanti malam jam 7 di hotel Bintang."
Dion yang tidak mengetahui siapa alena, menyetujui pertemuan itu. Sementara senyum alena sudah mengembang.
' Kau hanya akan menjadi milikku. Waktunya sudah tiba dion. Aku mencintaimu, sangat.' ucapnya dalam hati.
*****
" Alena.." panggil dion. Alenapun menghampiri.
" Aku terlambat ya?"
" Tidak apa. Kau mau pesan apa?"
" Karena kau sudah bersedia menemaniku, bagaimana kalau aku yang traktir?"
" Aku ini lelaki, jadi aku yang seharusnya mentraktirmu."
" Baiklah, terserah pada tuan dion saja."
Dion pun memesan makanan. Tidak berselang lama, makanan mereka tiba.
Mereka menikmati makanan mereka sambil bersenda gurau. Sementara di tempat lain, sinta merasa gelisah. Orangtua dion pun merasa gelisah.
" Aku tinggal ke toilet sebentar ya." alena mengangguk.
Sementara dion ke toilet, alena memasukkan sesuatu pada minuman dion. Serbuk itu tidak berbau ataupun berwarna. Sehingga tidak ada kejanggalan. Entah serbuk apa itu.
Dionpun kembali. Mereka melanjutkan makan makanan penutup sambil berbincang-bincang. Tanpa dion sadari, minuman yang sudah di campur serbuk oleh alena, sudah di tenggaknya sampai habis.
Setelah mereka selesai makan, mereka duduk sejenak. Tidak berapa lama mereka meninggalkan restoran.
" Dion, terimakasih ya sudah mau menemaniku dan mentraktirku makan."
" Hmmmhh. Terimakasih juga beberapa hari ini kamu sudah menemaniku."
" Kamu, itu seperti baru mengenalku saja. Baiklah kalau begitu, besok kamu hati-hati ya. Sampaikan salamku pada orangtuamu juga sinta."
Saat akan berpisah, dion merasa badannya panas, dan wajahnya menjadi pucat pasi.
" Dion, kau baik-baik saja?" tanya alena berpura-pura khawatir.
" Ya, aku baik-baik saja." namun keringat dingin sudah mengalir di seluruh tubuh dion.
" Sepertinya tidak. Mari ku bantu ke kamarmu. Katakan dimana kamarmu?"
" Kamar 202 lantai 15." Dion semakin merasa panas menjalar ke seluruh tubuhnya. Alena dengan sigap membantu dion. Lift terbuka.
Alena menekan lantai 15. Dia menaruh lengan dion di atas bahunya.
" Dion bertahanlah, sebentar lagi kita sampai." tempat mereka makan ada di lantai dasar.
Melihat dion yang semakin mengepalkan tangannya, alena tersenyum lebar. Tak lama lift terbuka. Alena mengantarkan dion ke kamarnya.
" Mana kartu kamarmu?" dion merogoh saku celananya, dan memberikan sebuah kartu. Sementara itu penglihatan dion semakin kabur. Setelah pintu terbuka, alena membopong dion ke kasurnya. Dengan nafas tersengal, dia meletakkan dion di atas kasur.
" Baiklah... dion... sekarang... aku... per... misi... dulu.." karena pengaruh obat yang di masukkan alena, tanpa sadar dion menarik tangan alena. Hingga alena terjatuh di dadanya.
" Tidak, jangan pergi lagi. Kumohon, tetaplah bersamaku."
" Aku akan selalu bersamamu dion. Selamanya." dion mencium bibir alena lembut. Namun tiba-tiba dion menyebut nama sinta.
" Sinta, aku mencintaimu. Aku menginginkanmu. Apa kau mau melakukannya?" alena tersentak. Dia terdiam sesaat.
' Sinta lagi? Kenapa nama sinta yang kau sebut? Tenang alena, setelah besok dia sadar bahws yang menghabiskan malam dengannya bukan sinta, dia akan jadi milikmu selamanya. Hahaha..' ucapnya dalam hati.
" Ya dion, lakukanlah. Akupun menginginkanmu." ucap alena lembut di telinga dion. Membuat gairah dion semakin memuncak.
*****
Pagi hari, alena berpura-pura menangis di atas ranjang. Dion terbangun mendengar suara tangisan.
" Alena, apa yang terjadi. Kenapa kita..." dion tak melanjutkan kata-katanya. Dia ingat, kalau dia menarik sinta kedalam pelukannya dan melakukan hal itu. Tapi dia terkejut bahwa yang di sampingnya bukanlah sinta melainkan alena.
" Maafkan aku alena. Sungguh aku tak bermaksud melakukan itu." raut wajah dion menunjukkan penyesalan.
" Dion, kau sudah menodaiku." isak alena.
" Alena, aku benar-benar minta maaf." ucap dion lirih.
" Kau harus bertanggung jawab dion. Kau sudah memaksa ku melayanimu." alena semakin menangis.
" Tapi aku...." dion merasa bersalah. Namun dia tak mungkin bertindak lebih jauh.
" Br*n*s** kau dion." alena memungut bajunya dan berlari ke kamar mandi.
*****
Dion sudah kembali dari perjalanan bisnis. Namun fikirannya, masih melayang tentang kejadian itu. Dia tidak memberitahu siapapun termasuk orangtuanya.
' Apa yang harus ku lakukan? Bagaimana dengan sinta?' fikirnya.
Dion merutuki dirinya sendiri. Arya masuk ke dalam ruangan dion. Melihat sahabatnya terdiam dan bingung, arya pun bersuara.
" Heeemmm... Ada apa denganmu?" tanya arya.
" Tidak. Tidak apa." jawab dion gugup.
" Santai sedikit bro."
" Meeting dengan EFG kali ini, apa bisa kau handle?"
" Ada apa ini, tidak biasanya kau melewatkan meeting dengan EFG? Karena di sana kau bisa bertemu dengan sinta."
" Jadi, kau bisa atau tidak?"
" Baiklah-baiklah aku akan pergi."
' Ada apa dengan dion ya. Sepertinya ada yang tidak beres.' batin arya.
Sampai akhir, arya tidak mendapat informasi apapun. Arya yakin 100% jika dion sahabatnya sedang mengalami masalah. Tapi dia tak yakin masalah apa yang menimpa sahabatnya.
Sekeras apapun dia berfikir, hanya kebuntuan yang ia dapatkan. Itu semakin membuatnya bingung bagaimana membantunya.
" Huuufffttthhh... Apa yang sebenarnya terjadi?" gumamnya. Dia masuk ke dalam lamunannya sendiri.