Dion menemui sinta. Dia datang ke EFG tempat sinta bekerja.
" Dion...." dewi baru saja keluar dari ruangan sinta. Dia merentangkan tangannya berniat menghalangi dion. Dengan cepat dion menyingkirkan tangan dewi.
" Minggir wi. Aku punya urusan dengan sinta." ucap dion ketus.
Begitu dion masuk, pintu itu langsung di kuncinya dari dalam. Maksud hati agar tak ada yang mengganggu urusannya kali ini.
Sinta terkejut hingga ia dengan cepat berdiri, sambil membelalakkan matanya.
" Apa yang kau lakukan?" tanya sinta seraya melangkahkan kakinya ke arah dion.
" Aku harus meluruskan masalah kita."
" Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Kau akan segera menikah dengan alena. Sebaiknya kau keluar."
" Aku tidak pernah mencintainya,sayang??!!"
" Aku tidak perlu memerlukan penjelasanmu."
" Tapi aku merasa perlu!!"
" Aku bukan siapa-siapamu dion. Jadi berhentilah memberi penjelasan padaku."
Mereka terdiam beberapa saat lamanya.
"Tidak pernahkah kau mencintaiku?" tanya dion.
" Bisakah kau tak mengungkit masa lalu lagi?"
" Aku tidak bicara tentang masa lalu. Tapi saat ini."
" Tidak."
" Benar, kau tidak pernah merindukanku sedikitpun?"
" Ya, sedikitpun tidak." suasana kembali sunyi.
" Baiklah. Mungkin ini kemauan mu." dion mendekat ke arah sinta.
Sinta mengernyitkan dahinya.
" Jadi, perpisahan kita sudah terjadi 10 tahun yang lalu." ucap dion.
" Sepertinya aku memang tak ada artinya bagimu." dada sinta terasa sesak saat mendengar kata-kata yang di ucapkan dion.
" Semua yang kita lalui tak berarti bagimu. Kau bahkan pergi begitu saja. Tidak pernah menjelaskan padaku apa yang terjadi, apa salahku hingga kau meninggalkanku. Kau bahkan tidak mau menatap wajahku sekarang." dion menatap sinta menyelidik.
Lidah sinta kelu. Tak dapat berkata-kata. Air mata menumpuk di sudut matanya. Namun ia tak berani menatap dion.
" Lihat aku sinta. Katakan kau sudah tidak mencintaiku lagi."
Sinta tak sanggup mengangkat kepalanya. Dion mengulurkan tangannya dan memegang dagu sinta. Seakan meminta sinta menatapnya.
Melihat air mata sinta yang sudah terjatuh, karena sinta tak sanggup lagi menahannya. Bahkan sinta menggit bibir bahwanya menahan tangisnya agar tak terdengar, membuat dion terluka.
Tak sadar dion menghapus air mata di pipi sinta dan memeluknya erat. Kenyamanan membuat sinta lupa akan masalah yang sedang mereka hadapi. Seketika tangis sinta pecah di pelukan dion. Dion pun mengeratkan pelukannya.
Cukup lama sinta menangis. Hingga dia tersadar kembali. Setelah sinta sadar, dia langsung mendorong tubuh dion yang memeluknya.
" Lepaskan aku. Kita tidak pantas melakukan itu!!" ucap sinta sambil menghapus air matanya.
Dion terkesiap. Beberapa menit yang lalu, dia merasa sinta masih begitu mencintainya dan merindukannya. Tangisan sinta yang meraung-raung bahkan masih terasa jelas.
" Maaf, aku tidak bermaksud membasahimu dengan air mataku. Satu hal harus kau tahu. Aku tidak menangisimu."
' Wow, aktingmu benar-benar luar biasa' dengus dion dalam hatinya." Tidak apa. Aku mengerti sekarang. Ini artinya, aku benar-banar harus melepaskanmu."
" Hubungan diantara kita sudah lama terputus. Apa lagi yang harus di lepaskan?"
Tanpa bicara lagi, dion meninggalkan ruangan sinta.
Dia sudah tak lagi dapat berkata-kata.
*****
" Haahh!!" dion menghembuskan nafas kasar.
" Sinta... Aku tahu pasti kau masih sangat mencintaiku, kau begitu merindukanku sama sepertiku. Tapi aku tak mengerti mengapa kau berubah dengan cepat." saat ini dion berada di mobilnya. Dia kembali ke kantornya.
*****
" Aku merindukanmu dion, sangat merindukanmu. Pelukan hangatmu masih bisa ku rasakan. Maaf karena aku melukaimu. Semoga kau mendapatkan kebahagiaanmu." sinta bicara sendiri di ruangannya. air mata mulai terurai.
*****
Dion dan keluarganya menemui keluarga alena. Mereka akan melangsungkan prosesi lamaran.
' Ini adalah hari yang ku tunggu. Seandainya kau tidak menolakku, aku tidak perlu melakukan hal kotor seperti itu. Sinta tidak perlu merasa tertekan seperti sekarang ini.' alena berucap dalam hati.
Alena terlihat sangat cantik dan anggun. Dion pun terlihat gagah. Prosesi lamaran berjalan dengan lancar. Hingga kedua keluarga telah menentukan tanggal pernikahan.
2 minggu setelah lamaran berlangsung. Itulah waktu yang telah di sepakati. Sebelum hari itu tiba, alena menemui sinta.
" Sinta..." panggil alena. Sinta baru saja keluar sampai di rumahnya. Melihat alena, sinta menghampirinya.
" Ada apa? Bukankah kau sudah dapatkan apa yang kau inginkan?" seru sinta.
" Ya, kau benar. Tapi kau harus ingat, apa yang sudah ku perbuat padamu, dion tidak boleh mengetahuinya."
" Kau tenang saja. Aku tidak akan melakukan hal itu. Hiduplah dengan bahagia. Aku permisi." sinta berlalu meninggalkan alena.
*****
' Aku harus melupakan sinta mulai sekarang, dan berusaha menerima alena. Apalagi dia sedang mengandung anakku.' dion mencoba membuka hatinya pada alena.
Triiinnnngggg.... Ponsel dion berdering.
" Ada apa? Ini sudah larut malam. Kau tidak istirahat?" tanya dion pada seseorang di seberang sana.
" Hmmmhhh, aku hanya ingin mendengar suaramu." dion tersenyum.
" Baiklah, sudah puas mendengarnya?" jawab dion.
" Sampai jumpa!!" telepon terputus.
" Alena... Haaahhh.." dion mendesah.
" Selamat tinggal sinta. Meski aku tak memiliki mu, namun aku akan selalu mencintaimu. Ini keputusan ku. Hatiku hanya untukmu. Namamu akan selalu terukir indah dalam hatiku." perlahan mata dion terpejam. Dia sudah tertidur pulas.
*****
Saat dion menikah dengan alena, sinta datang menghadirinya. Hatinya terasa sakit, sangat sakit. Sayangnya, ia tak bisa mengungkapkannya pada dion.
Mendengar dion mengucapkan janji suci, membuat hatinya semakin hancur.
Sebenarnya, sinta tak ingin hadir. Namun dia harus menunjukkan pada dion, bahwa dirinya tak lagi menguasai hat sinta.
Sinta berhasil. Dion menatap sinta tak percaya. Sinta bahkan mengucapkan selamat dengan tulus. Dion tak mengetahui seberapa hancurnya hati sinta.
' Berakhir, benar-benar berakhir sudah. Sinta, kau harus kuat. Jangan menangis. Tahanlah sedikit lebih lama. Kau pasti bisa.' sinta menyemangati dirinya untuk menahan sesak di dadanya.