Alexander Dion Sanjaya

Dion adalah sapaan pria ini. Wajah yang rupawan, dengan tinggi lebih dari 170cm, badan yang tegap, kulit bersih dan sedikit coklat, menambah ketampanannya.

Awal mula ia bertemu dengan sinta adalah saat masa-masa sekolah menengahnya dikelas 2. Saat itu mereka satu kelas.

Semakin mengenal sinta, dion semakin menyukainya.

Pribadi seorang dion adalah pribadi yang hangat dan mudah bergaul. Sehingga banyak sekali gadis yang memujanya.

Tak sedikit gadis yang menyatakan perasaannya pada dion. Sayangnya semua dion tolak.

Karena dion sudah menuliskan nama sinta di hatinya. Begitu istimewanya sinta di hati dion. Hingga setelah 2 tahun mereka menjalin kasih, dion memperkenalkannya pada kedua orang tua dion.

Keluarga dion, sangat antusias saat berkenalan dengan sinta. Bahkan, mami dan papinya, sudah menganggap sinta seperti putri mereka sendiri.

Begitu bahagia, begitu mesra, hingga akhirnya dion merasakan sakitnya di tinggalkan sinta tanpa alasan. Saat itu, dion menjadi rapuh dan tak berdaya.

Kedua orang tuanya, yang sesungguhnya tahu kebenaran sinta pergipun tak memberi petunjuk keberadaan sinta.

Dion tak mengerti apa yang terjadi. Mengapa sinta tiba-tiba menghilang? Apa alasannya? Kemana dia pergi? Apa salahnya? Semua pertanyaan itu tak pernah ada yang bisa menjawabnya.

Suatu saat, sintanya kembali. Dion sangat senang. Dia bahkan sudah tidak peduli dengan pertanyaan yang ingin di ajukannya. Yang dia tahu, sinta tekah kembali.

Tanpa dion sadari, sinta menjauhinya. Padahal saat sinta kembali, dia sengaja tak langsung menemuinya. Dion menanti saat-saat sinta datang memeluknya setelah sekian lama.

Namun sintanya tak pernah menemuinya. Saat rapat kerjasama antara Sanjaya Group dan EFG di lakukan, dengan presdir baru mereka yaitu sinta, dion sudah tak bisa lagi memendam kerinduan yang sangat dalam.

Dion memutuskan, untuk datang kepada sinta pertama kalinya. Dia sudah tidak bisa menundanya. Bahkan senyum di bibirnya tak sedetik pun menghilang.

Betapa terkejutnya dion saat bertemu sinta. Dia sama sekali tak menyangka perubahan sinta yang cukup signifikan.

Dia sudah tak mengenal sinta lagi. Namun dion melihat ada binar kerinduan dalam mata sinta. Itulah yang membuat dion masuk dalam permainan yang sinta ciptakan.

Sekian lama dion mengikuti permainan itu, dia menyadari bahwa sinta, bersikap dingin hanya pada dirinya.

Dion di buat tak mengerti oleh sinta. Dia benar-benar tak habis fikir. Hingga dia kalut, dan membawa sinta ke salah satu kamar hotel saat anniversary pernikahan kedua orang tuanya dan ulang tahun perusahaannya.

Dia sudah tidak bisa menahan rasa ingin tahunya lagi yang semakin lama semakin membuatnya frustasi.

Entah apa yang di fikirkan sinta saat itu. Dion butuh penjelasan.

Belum sempat dion mendengarkan jawaban itu, dia mendengar kabar bahwa maminya pingsan.

Tringgg...

" Bicaralah." seru dion.

" Tuan muda, Nyonya pingsan. Tuan besar meminta anda untuk segera datang sekarang." jawab seseorang di seberang sana. Dion, sudah membelalakkan matanya. Seketika dion begitu takut.

" Aku segera ke sana. "

" Kali ini, aku tidak akan meminta penjelasanmu. Tapi satu hari nanti, aku pastikan kau akan mengatakan apa yang ingin aku dengar." dion pun meninggalkan sinta sendiri dalam kamar hotel.

Secepatnya ia berlari menuju ruang pertemuan itu. Tak perlu fikir panjang, dion segera mengangkat maminya dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

Meskipun dokter sudah mengatakan bahwa maminya hanya kelelahan, dion tetapenunggu hingga maminya tersadar.

Setelah maminya sadar dan menyuruh dion istirahat, dion baru menurut. Dion segera pulang dan beristirahat.

Setelah kejadian itu, dion memiliki jadwal untuk bertemu klien di luar kota. Sebenarnya, dion enggan pergi. Karena dia terlalu khawatir pada maminya. Setelah di yakinkan oleh maminya, barulah dion bersedia.

Tak di sangka dion bertemu alena di sana. Dion tak menaruh curiga pada alena. Dion berfikir ini adalah suatu kebetulan.

Dion tak menyadari obsesi alena pada dirinya.

Bukan dion tak mengetahui perasaan alena padanya. Saat dion dan sinta masih bersama, alena pernah menyatakan perasaannya pada dion.

Dengan halus dion berkata tidak bisa memilih alena. Namun sekarang, dion tak menyangka telah menodai alena. Hingga dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

Sebenarnya dion enggan menikahi alena. Namun bayi yang di kandung alena, tidak mungkin ditolaknya. Anak itu, adalah darah dagingnya sendiri.

Pupus sudah harapan dion untuk kembali pada sinta. Jangankan untuk kembali, meminta penjelasan sinta yang lalu pun dia sudah tidak bisa.

Apalagi, sintanya mengetahui kehamilan alena. Sudah dapat di pastikan, sinta akan dengan sukarela menjauhi dion.

Dion pun memberitahu hal itu pada orang tuanya. Mami dan papinya merasa kecewa dengan hal itu. Mereka yang mengetahui sesuatu tentang alena, merasa sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Dion menyesal. Sangat menyesal. Dia sendiri masih tidak mengerti, bagaimana bisa ia melakukan hal itu pada alena?

Yang dia ingat hanya, setelah makan malam dengan alena, kepalanya sangat pusing. Dion yang di antarkan alena sampai depan pintu kamarnya, sudah tak tahu apalagi yang terjadi.

Ingatannya, benar-benar hanya sampai di situ. Ya, apa boleh buat. Semua telah terjadi. Sekarang dia akan menikahi alena.

Saat ini, dion hanya bisa memendam semuanya sendiri.