Alena Diandra part 2

" Ternyata kau sudah mengambil hati orang tua dion. Baik, kalau begitu kau memaksaku untuk melakukan hal yang lebih kejam dari ini." sinta terkejut. Alena tidak terima semua orang lebih memilih sinta di banding dirinya.

Alena adalah putri dari sepupu ibu sinta. Alena yang tidak pernah merasakan kasih sayang ibunya sejak usia 4 tahun, begitu iri hati melihat sinta di cintai banyak orang.

Ibu alena pergi meninggalkannya. Entah apa alasannya, alena pun tak mengerti. Sinta dan alena pernah bertemu saat masih kecil.

Alena sudah terbiasa melakukan hal-hal yang tidak manusiawi. Bahkan dia tega menghancurkan orang yang menyakiti perasaannya tanpa ampun.

Karena dia di ajarkan, untuk tidak mengalah atas takdir yang terjadi. Dia harus mengubah takdir yang terjadi atas dirinya, dan tidak boleh mengalah.

" Apapun yang terjadi, lakukanlah yang membuatmu merasa puas dan senang." itulah kata yang terngiang di telinganya. Kata yang di ucapkan oleh ayahnya.

Ponsel sinta kembali berdering. Kali ini alena mengangkatnya dan berbicara.

" Hallo tante, apa kabar?" tanya alena.

" Siapa ini? Bukankah ini ponsel sinta?" tanya wanita di seberang sana.

" Hahahaha...." alena terbahak. " Tante sudah melupakanku ya?" tidak ada jawaban.

Alena menanti jawaban dari seberang sana. Setelah beberapa lama, wanita di sana baru berbicara kembali.

" Dimana sinta? Kau... Alena kan?" tanyanya terbata.

" Hahhh.... Aku terharu sekali, ternyata tante kesayanganku, masih mengingat aku."

" Alena jangan sakiti sinta, nak!!"

" Kenapa semua orang hanya peduli akan sinta?" alena semakin marah.

" Tante juga peduli padamu nak?!"

" Benarkah? Lalu kemana saja tante selama ini? Saat aku butuh seseorang untuk menemaniku, di mana tante?"

" Maafkan tante sayang. Tante tidak bermaksud melupakanmu." wanita itu mulai terisak.

" Tante pasti tahu dengan jelas, bahwa aku mampu membunuh putri tercinta tante." alena tersenyum miring.

" Jangan, nak. Tante akan lakukan apa yang kau mau. Asal kau tidak menyakiti sinta."

" Benarkah? Baiklah. Kita bertemu saja. Aku akan mengirim alamatnya." alena langsung menutup teleponnya.

Sinta tak mampu berteriak karena mulutnya kembali di tutup oleh pria di belakangnya.

" Kau jahat alena." sinta terisak. Sementara alena berlalu meninggalkan mereka.

Gadis kecil yang di sekap bersamaan dengan sinta, tak dapat berkata-kata. Karena mulutnya masih terbungkam dengn lakban.

Gadis itu hanya bisa menangis melihat kejadian itu. ' Maafkan aku kak sinta. Semua ini salahku yang tak bisa membelamu. Maaf' batinnya.

Beberapa jam kemudian, alena kembali. Tapi kali ini, dengan membawa kedua orangtua sinta, dan kefua orang tua dion.

Ternyata saat alena menghubungi orangtua sinta, ada orangtua dion di dekat mereka. Dion sendiri saat itu sedang mencari keberadaan sinta yang tiba-tiba menghilang.

" Sinta... Lihat, mereka ada di sini menyerahkan diri untuk membebaskan mu. Kau bisa pergi sinta." sinta terkesiap. Tanpa di sadarinya, air matanya mulai jatuh menetes.

" Apa yang kau lakukan alena?"

" Ini adalah kesepakatan yang telah kami buat."

Ikatan sinta di lepaskan. Sinta berlari memeluk mereka dan menangis tersedu-sedu.

" Tidak alena jangan lakukan ini."

" Kau benar-benar keras kepala ya."

" Aku mohon alena lepaskan mereka semua. Termasuk gadis itu dan keluarganya."

" Wah-wah, kau ingin menjadi dewi penyelamat rupanya."

" Bukan itu maksud ku."

" Kau ini...." alena semakin kesal.

PLAKK...

Mereka semua terkesiap melihat sinta di tampar. Tamparan yang cukup keras, hingga sinta tersungkur. Bahkan darah segar sudah mengalir dari sudut bibirnya.

" Aku sudah menyuruhmu pergi. Tapi kau menguji kesabaranku."

" Orang tuaku tidak bersalah alena. Begitupun orang tua dion." sinta mencoba tetap tenang.

" Kau tahu apa kesalahan mereka? Mereka mencoba menjerat aku. mereka ingin menangkapku dan menjebloskanku kedalam penjara" alena berteriak emosi. Sinta menatap orangtuanya dan orang tua dion bergantian.

Dia terdiam. Yang sinta tahu, sinta harus mencapai kesepakatan dengan alena jika ingin mereka selamat. Tapi kesepakatan apa, sinta tak tahu.

" Katakan apa maumu?" tanya sinta.

" Oh, jadi kau ingin membuat kesepakatan saat ini denganku?"

" Ya."

" Ok. Tapi apa kau akan mengabulkannya?"

" Ya, asal kau melepaskan mereka semua. Termasuk gadis itu dan keluarganya." sinta yakin dengan keputusannya. Meski ia tak tahu apa yang akan di minta alena.

Lama alena berfikir. Hingga dia berkata:

" Baik. Aku harap kau tidak menyesal atas keputusanmu sendiri."

" Tidak akan." jawab sinta.

" Yang pertama, karena kau ingin gadis itu dan keluarganya ku bebaskan, permintaanku yang setimpal adalah.... Tinggalkan dion." semua orang ternganga mendengarnya.

" Tidak sayang. Jangan lakukan itu." pinta mami dion.

" Bagaimana?" sinta berfikir.

" Aku... Aku...." sinta tak bisa menjawab.

" Hmmm ternyatà berat bagimu untuk meninggalkan dion." alena menatap sinta. " Baik, ku beri kau waktu untuk berfikir." ucap alena kemudian.

Alena meninggalkan mereka. Tak ada satupun di antara mereka yang mampu melawan alena. Mereka hanya bisa menangis.

Terfikir oleh mereka untuk memberitahukan hal ini pada dion. Tapi mereka, takut alena semakin marah dan berakhir dengan bertindak secara brutal.

Keesokan harinya, alena datang dan menanyakan keputusan mereka. Serta, memberi mereka penawaran baru.

" Bagaimana sinta, kau sudah mengambil keputusan?" tanyanya.

Sinta hanya terdiam. Tak ada yang dapat di katakannya. Dia hanya berkutat dengan fikirannya sendiri.

" Sepertinya, kau meragukan perkataanku ya?" sinta menatap alena bingung. " Baik, akan kubuktikan. Bahwa apa yang aku ucapkan pasti akan terjadi." alena mengeluarkan pistol dan mengarahkannya pada gadis itu. Sedetik kemudian, di tariknya pelatuk pistol itu dan di tembaknya gadis itu.

Sinta tak berkutik. Suaranya tak mampu keluar.

" Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku. Sudah cukup aku bersabar 2 tahun ini melihat hubunganmu dan dion."

Sinta masih diam membisu. Air matanya mulai mengalir tanpa izinnya.

" Hahaha... Sinta yang ceria ternyata juga bisa menangis ya?" alena tak tergerak sedikitpun.

" Kirim gadis itu pada keluarganya." perintah alena tanpa melihat gadis itu.

" Apa kau juga akan membunuhku?" sinta bertanya.

" Tentu saja. Jika pada akhirnya, aku akan mendapatkan dion. Kenapa tidak?" jawabnya sambil mengangkat bahunya. " Bahkan aku berniat membunuh tante arini, dan tante dian."

Sinta tak percaya. Dia masih bingung. Sekali lagi alena mengangkat pistolnya, dan mengarahkannya pada mamahnya lebih dulu. Dengan cepat sinta bereaksi.

" Jangan alena. Jangan lakukan itu. kumohon lepaskan mereka." pinta sinta.

" Boleh saja. Sudah kukatakan tinggalkan dion. Dan kau harus pergi dari kota ini." ucap alena.

" Aku akan tinggalkan dion. Tapi, kenapa aku harus tinggalkan kota ini?" tanyanya bingung.

" Turuti saja mau ku. Jangan banyak bertanya. Atau haruskah ku lenyapkan dirimu?" alena mengarahkan pistolnya pada sinta.

" Tidak. Jangan lakukan itu alena." mami dion berteriak.

" Tante mohon nak, jangan bunuh sinta. Kasihanilah om dan tante. Sinta putri kami satu-satunya." ucap mamah sinta berurai air mata.

' Menjijikkan. Aku muak melihat semua ini. Rasanya ingin kubunuh mereka semua.' batin alena.

" Ok. Lakukan yang ku minta. Satu hal lagi, jangan sampai dion tahu semua ini. Kalian mengerti?" alena memperingatkan.

Alena tertawa puas. Sekarang dia akan mendekati dion. Namun, semua sia-sia. Sejak kepergian sinta, alena selalu mencoba mendekati dion. Tak pernah berhasil.

Saat dia tahu, sinta kembali, dia memutuskan menggunakan cara licik. Inilah keberhasilannya. Akhirnya, alena menikah dengan dion.