Tak terasa usia kandungan alena, sudah menginjak 6 bulan. Calon buah hati alena dan dion, cukup aktif, membuat alena sulit untuk beristirahat terlebih saat malam hari.
" Ahhh..." pekik alena.
" Kenapa sayang? Ada yang sakit?" tanya dion beruntun. Alena menggeleng sambil tersenyum cerah.
" Si baby bergerak aktif sayang?!" jelas alena.
Dion, menempelkan telinganya di perut buncit alena. Sang janin yang bergerak saat itu pun membuat dion merasa senang.
" Baby sayang, baik-baik ya nak di dalam sana. Jangan buat mami mengalami kesulitan. Anak papi dan mami yang pintar." dion mengajak sang janin berbicara.
Alena yang melihat interaksi itupun, merasakan kebahagiaan yang teramat. Hingga air matanya jatuh mengenai punggung tangan dion.
Dion, yang merasakannya menoleh pada alena. Dia mengusap air mata itu dan membelai alena dengan sayang.
" Kenapa kamu menangis?"
" Aku sangat bahagia." ucapnya. ' Jadi, seperti ini rasanya di cintai? Beginikah rasanya bahagia? Tuhan, akankah kebahagiaan ini berlangsung lama? Bolehkah aku merasakan ini selamanya?' alena berkata dalam hati.
" Aku akan berusaha membahagiakan keluarga kecil kita." ucap dion seraya memeluk alena.
Ternyata, kehamilan alena banyak membawa kebahagiaan.
*****
' Aku kembali ke kotaku.' Seorang wanita menggunakan gaun putih diatas lutut dengan kaca mata hitam, di tambah parasnya yang cantik berada di bandara.
Terlihat sangat elegan. Meski sudah berumur, namun kecantikannya tak luntur.
Dia kembali setelah lebih dari 20 tahun meninggalkan kota asalnya.
Dia ingin bertemu seseorang yang sangat di rindukannya. Namun, dia tidak tahu harus mencarinya kemana.
" Nona, maaf apakah presdir ada?" tanya wanita itu.
" Apakah nyonya sudah membuat janji?" tanya dewi.
" Belum. Bisakah aku menemuinya?"
" Silahkan tunggu dulu." dewi menekan tombol intercom ruangan sinta. " Nona, ada yang ingin bertemu dengan anda." dewi menjelaskan.
" Persilahkan dia masuk." jawab sinta melalui intercomnya.
Wanita itu, segera masuk ke dalam. Dia terheran melihat bahwa, yang ada di dalam bukanlah orang yang di carinya. Ketika dia melihat papan nama di meja itu, dia baru mengetahuinya.
Sinta pun terheran. ' Siapa wanita ini?' batinnya. Dia merasa mengenalnya, namun tidak ingat. Sinta mengerutkan dahinya berkali-kali. Dia mendekati wanita itu.
" Maaf, siapa anda? Apakah kita saling mengenal?" wanita itu tersenyum dan membuka kaca mata hitamnya.
" Kamu sudah dewasa sinta sayang?" sinta terkejut wanita itu mengenalnya.
" Apakah kita saling mengenal?" tanyanya bingung.
" Hmmm.. Kau pasti tidak ingat. Sebab sudah 25 tahun kita tak pernah bertemu." sinta semakin terkejut. " Apa boleh tante duduk?" sinta tersadar dan mempersilahkan wanita itu duduk.
" Baik, tante akan memperkenalkan diri. Ini tantemu sayang. Tante riana." sinta berfikir keras.
" Ah.. Tante riana..." raut kegembiraan terpancar di wajahnya.
" Iya, sayang." wanita itu memeluk sinta.
" Kemana saja tante? Kenapa tante menghilang bagai di telan bumi?"
" Tante tidak menghilang sayang.."
" Lalu?"
Riana menceritakan perihal kepergiannya. Mereka bertukar cerita. Sintapun menceritakan semua tentang alena. Bahkan bagaimana alena sekarang
Wanita itu merasa bersalah pada putrinya. Riana, adalah ibu kandung alena.
Awalnya ia ingin bertemu kakak iparnya. Tidak di sangka, ia bertemu sinta keponakannya. Setelah sekian lama bercerita, beliau meminta maaf pada sinta.
" Sinta tidak marah tante. Justru sinta bersyukur, sekarang alena sudah mendapatkan kebahagiaan." ujar sinta.
" Benarkah nak?" wanita itu bangga pada keponakannya itu.
Selain baik hati, di mata riana sinta adalah wanita tegar, dan pintar. Di usianya yang terbilang muda, dia mampu mengembangkan usaha ayahnya bahkan sampai ke manca negara. Sinta sangat berbakat.
" Pantas saja, papahmu menyerahkan perusahaan ini padamu. Dia sudah tahu kemampuan mu luar biasa."
" Tante terlalu melebihkan. Semua orang pasti busa sukses asal berkemauan."
" Kau terlalu merendah sayang."
" Apa tante akan menetap?"
" Hmmm..." riana menganggukkan kepalanya.
" Kalau begitu tante harus bertemu dengan alena. Dia pasti senang. Apalagi, dia sedang mengandung." sinta menjelaskan.
" Nanti, tante pasti akan menemuinya."
Setelah riana pergi, sinta kembali dengan rutinitasnya. Hingga ponselnya berbunyi. Di lihatnya layar poselnya. Nama alena tertera disana.
" Iya, len?"
"..."
" Owh, iya?" sinta tertawa.
"..." sinta terdiam mendengarkan sambil tersenyum.
"Jadi, kapan kita bertemu? Bagaimana jika besok. Setelah aku meeting dengan suamimu. Kau tahu kan perusahaan kami bekerjasama?"
"..."
" Ok. Kalau begitu sampai jumpa."
*****
" Saya rasa model dan gaya dari Eagle Furniture Group lebih sesuai dengan perumahan yang kita bangun." dion melihat dengan seksama.
" Terimakasih tuan dion. Semoga, kami bisa semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas perusahaan kami." sinta tersenyum. Tender ini di menangkan oleh perusahaannya.
Setelah rapat selesai, sinta bergegas menemui alena. Di ikuti dengan dion. Dion menyadari, sikap sinta sudah kembali seperti sintanya.
Tapi, dia sudah tidak mungkin memiliki sinta. Dion tak bisa membohongi hatinya. Jauh di lubuk hatinya yang terdalam, cinta untuk sinta tak pernah pudar.
Namun, sekarang dia harus menguburnya. Mereka bertiga bertemu dan bercanda ria.
Sinta yang melihat interaksi dion dan alena, meski ia tertawa namun hatinya terasa sakit. Orang yang paling ia jaga, akhirnya terlepas dari genggamannya.
Sinta teringat dengan masa lalu mereka yang manis. Hingga meski ia ikut tertawa, tiba-tiba air matanya menetes.
Alena menyadari hal itu, kali ini, hati alena ikut tersakiti. Terbersit dalam fikirannya untuk pergi setelah bayi yang di kandungnya lahir.
Entah apa yang akan terjadi di antara mereka bertiga. Saat ini mereka menikmati kehidupan mereka.
Hingga seorang wanita memanggil alena.
" Alena diandra..." panggilnya. Mereka seketika melihat ke arah wanita itu. Alena terdiam sesaat.
" Mommy...." ia terkejut. Ibu yang selama ini di nantikannya akhirnya kembali. Dion ikut terkejut. Sinta tersenyum tulus.
" Iya, nak ini mommy." riana tersenyum hangat. Air mata alena tak terbendung lagi. Ia menghampiri ibunya, dan memeluknya.
Tanpa mereka sadari, seorang pria bertubuh tegap dan atletis berada di belakang wanita itu.
" Siapa yang menyuruhmu kembali." ucap pria itu.
" Daddy, mommy sudah kembali. Kenapa daddy seperti ini?" Alena mengenal suara ayahnya. Namun riana tak dapat menjawab. Dia terdiam seribu bahasa.
" Alena, dia bukan lagi mommymu." tegasnya.
" Apa maksud daddy?" sinta dan dion terkejut. Mereka tak mengerti apa yang terjadi.
" Tommy, hentikan. Apakah harus alena mendengarkan masalah ini?" riana menghadap suaminya.
" Oh, jadi kau ingin mengambil alena?"
Riana memutuskan pergi. Ia belum siap menceritakan segalanya pada alena. Dia takut, alena akan membenci ayahnya.
" Mommy.... " teriak alena. Dengan sigap dion memeluk alena yang mulai terisak.
" Daddy, kami pergi dulu." dion berpamitan.
Sinta masih terdiam di tempatnya. Dia memperhatikan tommy.
" Jangan urusi yang bukan urusanmu anak kecil. Kau tahu aku lebih kejam di banding putriku." ucapnya seraya berlalu
Tommy, tahu betul, sinta ingin bertanya. Tapi ia lebih memilih pergi, sebelum sinta bertanya.
Sinta terdiam. Dia tak mengerti yang terjadi.