Hari ini, jhona dan kakeknya akan segera menemui keluarga sinta. Jhona siap melamar sinta.
Di kediaman sinta pun, sudah terlihat sibuk mempersiapkan ruang keluarga yang akan di pakai sebagai tempat pertunangan.
Tak banyak yang di undang dalam acara pertunangan itu. Hanya keluarga dan sahabat. Jhona dan sinta, memang sudah sepakat jika saat pertunangan, hanya keluarga dan sahabat terdekat yang hadir.
Akan tetapi, pada saat pernikahan nanti, para kolega mereka akan turut hadir di acara tersebut.
Sore hari, para sahabat dan keluarga telah hadir di kediaman sinta. Jhona dan keluarganya pun sudah tiba. Keakraban terlihat jelas.
Saat sinta memasuki ruang acara, semua mata memandangnya. Berdecak kagum karena kecantikkannya. Gaun berwarna silver yang di pakainya, semakin menonjolkan aura kecantikkannya.
Sinta di dampingi alena, dewi dan santi. Jhona pun memandang sinta yang begitu anggun. Tersenyum ke arah sinta. Sinta yang melihat pun, semakin melebarkan senyumnya.
Tepuk tangan yang meriah menandai di mulainya acara itu.
Selama 3 jam acara berlangsung dengan penuh canda dan tawa. Semua sahabat mereka pun mengucapkan selamat atas pertunangan mereka dan berharap jhona dan sinta segera naik ke pelaminan.
"Kau sangat cantik sayang." bisik jhona. Wajah sinta bersemu.
"Apa selama ini aku tidak cantik?" tanya sinta menggoda jhona.
"Kau selalu tampak cantik. Tapi hari ini, kau lebih cantik dari biasanya."
"Jangan menggodaku." jhona tertawa melihat wajah sinta semakin merah.
"Aku sungguh-sungguh sayang."
"Jhona...." seorang pria menghampiri mereka. Sinta merasa pernah mengenal pria itu, namun ia abaikan.
"Frederick..." mereka saling berpelukan dengan gaya maskulin. "Ku fikir kau tak kan datang?!?"
"Kita ini sahabat. Tentu aku harus datang. Sinta, kau ingat aku?" jhona melihat ke arah sinta. Sementara sinta mengernyitkan dahinya mencoba mengingat pria itu. Pria itu tersenyum.
"Kalian saling kenal?" jhona bertanya.
"Sejujurnya aku agak lupa. Tapi memang aku merasa mengenalmu."
"Ya, saat di perguruan tinggi." sinta akhirnya ingat.
Mereka teman satu fakultas saat itu. Frederick dan jhona adalah sahabat sejak kecil. Mereka berbeda perguruan saat masuk perguruan tinggi.
"Jhona, pasti kau ingat tentang gadis yang kau lihat di sekolah ku saat kau datang menjemputku." mereka sedang bernostalgia. Jhona berfikir sebentar lalu menggeleng.
"Hahahaha....." frederick tertawa. "Kau itu di butakan cinta lama mu sepertinya. Di tambah dengan cintamu yang sepertinya baru sampai tak mengingatnya. Aku saja tertawa geli saat mengingat itu."
"Coba beritahu aku..." pinta jhona. Sinta menyimaknya.
"Saat itu kau menelepon ku. Kau bilang ingin aku menemanimu untuk mencari hadiah. Karena saat itu ulang tahun kakekmu." jhona mencoba mengingatnya.
"Saat itu, aku menunggumu didepan sekolah. Aku sedang berbicara dengan seorang gadis cantik dan beberapa teman lainnya. Saat kau tiba, kau tak langsung memanggilku. Kau menggunakan mobil sportmu yang berwarna merah. Sampai aku sadar, ternyata kau sudah ada di sana.
Aku melihat arah matamu. Ternyata kau sedang memandang gadis di sampingku yang sedang tertawa lepas. Saat itu kami sedang bersenda gurau.
Aku lihat, sepertinya kau terpana dengan gadis itu. Aku pamit pada teman-temanku dan menghampirimu. Kau terkejut hingga memakiku.
Kau pun bertanya tentang gadis itu. Sampai disini apa kau sudah ingat?" tanya frederick.
Sinta sepertinya tahu mobil sport berwarna merah yang di maksud frederick. Mereka teman seperguruan tinggi. Dan saat itu mereka cukup akrab. Sinta sempat melupakannya. Namun sekarang sinta ingat pada frederick.
Jhona masih mencoba mengingat kejadian itu. Namun sepertinya tak berhasil dan menggelengkan kepalanya yakin.
"Mobil sport merah yang waktu itukah frederick?" frederick mengangguk membenarkan ucapan sinta. Jhona terheran sinta tahu.
Jhona ingat kejadian itu pernah ada. Namun, ia tak ingat nama gadis itu.
"Sepertinya aku lupa nama gadis itu." frederick tertawa geli. Sinta akhirnya tahu pemilik mobil yang memandangnya selama lebih dari 10 menit dan tersenyum adalah jhona.
"Sepertinya sinta sudah mengetahuinya." jhona melihat ke arah sinta dengan terkejut. Sinta tersenyum.
"Jadi itu kau sayang?!?" jhona mencoba lebih keras mengingat kejadian itu.
"Maksudmu gadis itu sinta?" frederick mengangguk.
Mereka bertiga tertawa geli. Jhona sendiri akhirnya tersadar bahwa sinta adalah cinta pertamanya yang belum sempat ia ucapkan pada gadis itu.
Karena jhona sempat kembali dari LN ke negara kelahirannya. Hingga saat ia kembali ia tak bertemu sinta lagi. Saat itu pun, jhona sedang terpuruk atas kepergian kekasihnya. Jadi ia sempat melupakan gadis cantik yang menjadi cinta pertamanya.
Cinta pertama dalam hidup jhona, kini akan segera menjadi pendamping hidupnya.
Frederick sendiri tak menyangka bahwa ternyata jhona dan sinta benar-benar berjodoh. Ia sempat berfikir, bahwa jhona hanya menyukai sinta sesaat karena ia melihat kehadiran maria di hidup jhona.
Ia sempat bersyukur jhona tak mengenal sinta dengan baik. Frederick takut menyakiti hati gadis lembut itu. Mereka bahkan hanya memandang dari kejauhan.
Saat maria meninggal dunia, frederick menjadi saksi betapa terpuruknya kehidupan jhona. Sekarang, melihat jhona dan sinta berbahagia, membuat frederick terkagum dan percaya bahwa cinta akan menemukan jalannya.
Sinta tak menyangka bahwa jhona sudah lama menyukainya. Jauh sebelum mereka menjalin kerjasama perusahaan, cinta itu sudah ada.
Saat itu, sinta sedikit pun belum melupakan dion. Sekarang sinta bersyukur, jhona mencintainya.
Jhona semakin mencintai sinta. Gadis tegar dan tangguh bahkan dia pun adalah gadisnya sejak 12 tahun yang lalu. Gadis manis yang sempat di lupakannya.
Gadis yang membuat jhona mengenal cinta. Meski saat itu, ia tak berani mendekati sinta. Dan jhona hanya mengenal sinta melalui sahabatnya frederick.
Selalu bertanya tentang gadis itu pada frederick. Bahkan jhona di ejek oleh frederick karena ia malu mendekati sinta. Jhona hanya mengenal sinta selama beberapa bulan.
Ia tak sempat mengenal sinta lebih dekat. Bahkan tak sempat menyatakan perasaannya sendiri. Dan cinta itu tersimpan jauh di lubuk hatinya yang terdalam. Tumbuh dengan subur dan kini telah berbunga indah.
Kisah ini sangat memalukan bagi jhona. Karena ia sadar, saat itu ia tak memiliki keberanian sebagai laki-laki untuk mendekati sinta.