Hari pernikahan telah di tetapkan. Satu bulan setelah pertunangan adalah hari bahagia jhona dan sinta.
Pagi hari setelah pertunangan, sinta bangun dari tidurnya. Menatap jemarinya yang tersemat cincin. Tak menyangka bahwa ia sebentar lagi akan menjadi seorang isteri.
Bahagia??
Tentu saja. Kebahagiaan ini telah lama di nantinya. Bahkan jauh sebelum jhona memasuki kehidupannya. Saat dirinya masih memikirkan dion. Sayangnya, harapan itu telah lama hancur tak bersisa.
Saat ini mimpi bersama dengan dion berganti menjadi bersama jhona. Dia berharap tak akan lagi ada yang menghalangi kebahagiaannya. Berharap jhona akan menjadi pelabuhan hatinya yang terakhir.
Sama halnya dengan yang di rasakan jhona. Meski ia tak menyangka bahwa cinta pertamanya akan menjadi isterinya. Namun, itu semua benar terjadi.
Hatinya begitu bahagia. Sangat...
Tak ada kata yang mampu melukiskan perasaan mereka.
Terlalu bahagia.
Hari-hari mereka di penuhi dengan senyum kebahagiaan.
Mereka mempersiapkan pernikahan mereka dengan baik. Memperhatikan setiap detail hingga tak ada yang terlewatkan. Mereka ingin, pernikahan ini menjadi yang pertama dan terakhir dalam hidup mereka.
Setiap orang, pasti menginginkan hal itu juga.
Hari yang mereka tunggu pun tiba.
Jhona mengenakan tuxedo berwarna navy, menambah 100% ketampanan pria itu. Dia semakin terlihat gagah.
Sementara sinta, mengenakan gaun putih panjang tanpa lengan bertahtahkan berlian swarovsky. Menampakkan bahu indahnya. Belum lagi kulitnya yang putih semakin terlihat berkilau.
Rambutnya di tata sedemikian rupa. Menampakkan lehernya yang jenjang. Riasan wajah yang tidak berlebihan, semakin menampilkan kecantikkan alaminya.
Semua mata menatap kagum akan pasangan ini. Sang pria yang luar biasa tampan, dengan sang wanita yang luar biasa cantik. Sangat serasi. Membuat iri semua orang.
Dihadapan Sang pencipta, keluarga, sahabat, dan rekan bisnis mereka, mereka mengucapkan janji pernikahan bahwa mereka akan setia sampai akhir hidup mereka.
Semua tamu undangan bertepuk tangan meriah saat janji itu telah terucap.
Kini, mereka telah menjadi pasangan suami dan isteri.
Semua tamu, mendoakan kebahagiaan rumah tangga mereka.
Ya, semoga sinta dan jhona akan selalu bahagia sampai maut nemisahkan mereka. Bukan manusia, melainkan Sang pencipta sendirilah yang memisahkan.
Wajah ceria, senyuman yang manis, terpancar dari wajah kedua mempelai. Para tamu undangan pun, turut berbahagia bersama mereka.
Tiada kata dapat terucap. Tiada kata dapat melukiskan. Dan tiada kata yang mampu menggambarkan bagaimana bahagianya mereka saat ini.
Jhona dan sinta, akan selalu bersama mulai hari ini. berbagi ruang dan waktu bersama. Berbagi suka dan duka bersama.
*****
( Perhatian:Konten 21+++)
Saat ini mereka sedang berbulan madu di sebuah pulau. Mereka menikmati hari-hari mereka. Tentunya dengan status Tuan dan Nyonya Jhona.
Berjalan menyisir pantai berdua, berpegangan tangan menikmati matahari yang akan segera tenggelam.
Duduk di tepi pantai, menikmati hembusan angin bersama. Terpancar raut bahagia di wajah mereka.
"Terimakasih sayang.." bisik jhona seraya mengecup singkat pipi sinta. Sinta menoleh.
"Untuk apa kau berterimakasih sauang?" senyum tak lepas dari wajah mereka.
Jhona memeluk sinta dari belakang.
"Terimakasih karena kau mau menjadi isteriku." jhona mengeratkan pelukkannya.
"Aku melakukannya karena aku sungguh mencintaimu." sinta berbalik dan mencium singkat bibir jhona.
Jhona tertegun. Sesaat ia sadar dan mengecup bibir sinta. Sinta membalas ciuman jhona. Lama mereka berciuman. Hingga akhirnya mereka melepaskan ciuman mereka karena kehabisan nafas.
Mereka saling berpelukkan dan kembali menikmati sore hari mereka.
Malam hari, mereka memilih makan malam di dalam villa. Setelah makan malam selesai, jhona dan sinta memilih bersantai di balkon kamar mereka.
Mereka berbincang satu sama lain.
"Sayang, boleh aku bertanya?" sinta memulai pembicaraan.
"Apa?"
Saat ini mereka sedang duduk di bangku teras balkon kamar mereka sambil menikmati malam dan menyesap teh hangat yang telah di siapkan sinta.
"Benarkah kau sudah mencintaiku sejak lama?" sinta teringat ucapan frederick.
"Ya, tapi, maafkan aku ya, karena tak langsung mengucapkannya padamu" jhona menyesal. Jhona kembali menerawang saat dimana ia bertemu sinta pertama kali. Sinta hanya menggeleng.
"Seperti ini sudah cukup untukku." jhona tersentak. " Meski terlambat, saat ini aku bahagia." ucap sinta tulus.
Jhona berdiri dari duduknya ke arah pagar balkon. Dia menyandarkan tubuhnya di pagar itu. Sinta pun berdiri, dan memeluk jhona dari belakang.
"Bagaimana dengan mu?" jhona ingin tahu.
"Entahlah, aku tidak begitu yakin. Tapi saat ini aku yakin bahwa aku sangat mencintaimu." ucap sinta meyakinkan.
Jhona membalikkan tubuhnya menghadap sinta. Lama mereka saling berpandangan. Hingga bibir mereka saling bertautan.
Lama kelamaan, kecupan mereka semakin panas. Gelora hasrat mereka tak lagi tertahan. Malam pertama yang mereka tunda kemarin, mereka lampiskan saat ini.
Saling memuaskan gairah yang tertahan.
Jhona mengangkat tubuh sinta menuju ranjang tanpa melepaskan bibir mereka yang masih bertautan.
Satu persatu pakaian di tubuh mereka sudah terlepas. Entah sejak kapan pakaian itu terbuka. Jhona menikmati setiap inci dari tubuh isterinya itu.
Desahan dan erangan kenikmatan pun terdengar. Sinta menikmati setiap sentuhan jhona. Hingga mereka siap melakukan penyatuan.
Beberapa kali jhona mencoba namun gagal memasuki 'inti' sinta. Ia tak putus asa. Hingga akhirnya 'intinya' memasuki 'inti' sinta.
Sakit??
Tentu saja. Jhona pun bermain dengan lembut sampai sinta merasa nyaman. Saat sinta terlihat sudah nyaman dan menikmati, jhona melanjutkannya.
Entah sudah berapa lama waktu berjalan dan berapa banyak gaya mereka lakukan, bahkan sinta sudah mencapai pelepasan yang kedua, jhona belum sampai pada puncaknya.
Dalam hatinya, sinta berfikir 'betapa perkasa suamiku ini'. Sinta hampir mencapai batasnya. Hingga jhona mengerang dan bagian 'intinya' mulai semakin mengeras. Dan akhirnya jhona sampai pada puncaknya.
Jhona menelusupkan wajahnya di ceruk leher isterinya. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh milik sinta.
Hasrat mereka telah tersalurkan. Kini, mereka kelelahan. Sinta mulai tertidur di dada suaminya itu.
Jhona menarik selimut, dan menutupi tubuh mereka yang tanpa sehelai benang pun. Ia memeluk sinta erat dan mengecup kening sinta lama dan dalam.
"Aku mencintaimu sayang." ucapnya lembut pada sang isteri.
Sinta tak lagi membalas ucapan jhona karena ia sudah tertidur pulas. Jhona menerawang menatap langit-langit. Hingga matanya mulai terpejam.
Keesokkan harinya, sinta terbangun dan ingin ke kamar mandi. Namun terhenti, karena ia merasakan sakit pada pangkal pahanya.
Jhona yang merasakan pergerakan, membuka matanya.
"Kenapa sayang? Kau mau ke mana?" tanya lembut.
"Aku hanya ingin ke kamar mandi. Maaf membangunkanmu." ucap sinta.
"Sakit ya?" jhona segera mengenakan pakaiannya dan membantu sinta.
Jhona menggendong sinta masuk ke dalam kamar mandi. Sinta pun membersihkan dirinya. Setelah 15 menit, sinta keluar dari kamar mandi.
Jhona telah membereskan kekacauan yang terjadi malam tadi saat sinta mandi. Termasuk mengganti seprei kamar mereka.
"Maafkan aku telah menyakitimu sayang." ucap jhona dengan raut wajah menyesal.
"Tidak, itu bukan salahmu sayang." sinta membelai wajah suaminya itu.
*****
Satu minggu telah berakhir. Bulan madu mereka pun telah usai. Kini sinta tinggal di rumah keluarga jhona. Karena kakek albert meminta mereka tinggal bersamanya.
Kakek albert hanya tinggal berdua dengan jhona. Kedua orang tua jhona sudah lama meninggal. Sejak jhona masih kecil. Neneknya pun meninggal saat jhona berusia 16 tahun.
Jadi kakek albert tidak mempunyai siapa-siapa lagi sekarang selain jhona. Maka, sinta pun setuju tinggal di sana.