Sekarang, sinta sudah menjadi seorang isteri. Ia melakukan segala hal yang berhubungan dengan
tugas seorang isteri.
Sekalipun, ia seorang CEO dari perusahaan yang cukup ternama, tak menghalanginya untuk tetap melakukan tugasnya. Ia bukanlah sinta yang dulu.
Sinta menyiapkan sarapan pagi. Kemudian, membangunkan jhona suaminya. Setelah jhona mandi, mereka makan pagi bersama.
Saat di meja makan, mereka makan sambil bercengkerama. Selesai makan pagi, mereka pun berangkat bersama menuju kantor. Jhona mengantarkannya lebih dulu baru ia akan menuju kantornya.
Sebenarnya, sinta pernah mengutarakan pada sang suami untuk membawa mobil sendiri ataupun menggunakan supir pribadi untuknya. Namun, jhona menolak dengan tegas.
Alasannya, jhona tak ingin kemesraan yang sedang terjalin ini terganggu. Dengan pasrah, sinta pun menerima keputusan jhona.
Saat jam pulang, sinta akan menunggu jhona menjemputnya. Biasanya, mereka akan bertemu di lobi perusahaannya. Mereka pun pulang bersama.
Namun, jhona berkata, sinta bisa menggunakan mobil sendiri atau pun supir pribadi ketika jhona sedang melakukan perjalanan bisnis atau saat ia sangat sibuk hingga tak mungkin menjemputnya.
Inilah rutinitas yang mereka jalani setiap hari.
Dalam perjalanan pun, mereka akan saling berbagi cerita. Baik suka maupun duka.
Pasangan ini, menikmati setiap moment kebersamaan mereka.
*****
"Bagaimana harimu hari ini sayang?" tanya jhona saat sinta masuk ke dalam mobil.
"Hari ini sangat melelahkan." sinta menyandarkan tubuhnya. Ia terlihat sangat kelelahan. Jhona, mengulurkan tangannya, membelai wajah cantik isterinya itu
"Istirahatlah."
"Kau sendiri bagaimana?" sinta bertanya.
"Seperti biasa. Sangat sibuk." jhona tersenyum menenangkan.
"Tapi,... Kau terlihat tidak lelah?" sinta mengernyiykan dahinya.
"Karena kamu adalah sumber energiku sayang..." wajah sinta merona.
Jhona selalu mengatakan hal-hal manis pada isterinya. Dan itu sukses membuat wajah sang isteri bersemu merah.
Selama di perjalanan, mereka membicarakan banyak hal. Terkadang, mereka saling mengucapkan kata-kata manis hanya untuk sekedar menggoda satu sama lain. Hingga tawa dan wajah bersemu terlihat di wajah mereka.
Sederhana. Tapi sungguh berarti dalam menata hubungan mereka ini.
Jika di tanya, apakah sinta dan jhona bahagia? Jawabannya, Ya!
Tak ada hari tanpa senyum dan tawa. Meski terkadang bukanlah hal istimewa, tapi inilah cara mereka untuk bahagia.
Bagi mereka, kemewahan tak menjadi prioritas dalam menciptakan bahagia. Tapi ketulusan, kepercayaan, akan menjadi awal teeciptanya kebahagiaan itu.
Semua itu tercipta dari hal sederhana yang mereka lakukan bersama. Mereka menikmati hari-hari mereka.
*****
"Sayang, mau tidak jalan-jalan ke pantai?" ajak sinta sambil menggenggam tangan jhona. Jhona mengecup punggung tangan sinta dan mengangguk antusias.
Jhona, membelokkan mobilnya ke arah pantai. Ini sudah masuk satu bulan setelah pernikahan mereka.
Mereka ingin menghabiskan waktu berdua. Sebelum Tuhan menitipkan buah hati pada mereka.
Ya, meski pun tanda kehamilan belum terlihat untuk melengkapi kebahagiaan mereka.
Mereka menyusuri pantai dengan bergandengan tangan. Menikmati udara malam dan hembusan angin.
"Boleh aku bertanya, sayang?" tanya sinta.
"Hmmm tentu, katakanlah"
"Jika kita sudah di percayakan buah hati, Kau ingin anak perempuan atau laki-laki?" jhona memeluk pinggang sinta dari belakang, membenamkan wajahnya di ceruk leher isterinya, menghirup dalam-dalam aroma tubuh wanita yang di cintainya itu.
"Aku menerima apapun jenis kelamin yang di berikan Tuhan pada kita." jhona mengeratkan pelukkannya. Sinta tersenyum mendengar jawaban suaminya itu.
"Tapi, kenapa kau bertanya itu? Apa kau sudah...." jhona tak melanjutkan kata-katanya. Tangan besarnya beralih membelai perut rata sinta.
"Tidak sayang, tidak.." sinta tersenyum. "Aku hanya bertanya..." sinta membalikkan tubuhnya ke arah suaminya, dan kedua tangan mungilnya, memegang pipi suaminya itu. " Mana mungkin aku menyembunyikan berita bahagia itu?" sinta memeluk suaminya. Menyandarkan kepalanya di dada bidang jhona.
Jhona tersenyum. Ia pun membalas pelukkan sinta.
Malam semakin larut. Mereka memutuskan untuk kembali ke rumah.
Saat di rumah pun, kemesraan mereka belum berakhir. Hingga kemesraan itu berlanjut di atas ranjang. Mereka benar-benar menikmati saat-saat ini.
*****
Hari ini, sinta menemui ayahnya.
"Pah.." sinta mencium tangan ayahnya.
"Duduklah nak." ayahnya datang ke ruangan sinta. Hari ini, ayahnya berkunjung ke perusahaan. Melihat perkembangan usahanya, dan melihat putri-putrinya bekerja.
"Pah, bisa sinta bicara serius?"
"Kenapa, sayang? Apa ada masalah besar?"
"Tidak, bukan masalah, pah."
"Lalu, apa nak?"
"Bisakah sinta mengundurkan diri?" ayahnya terkejut. Ia tak mengira putrinya ingin berhenti bekerja. Tak lama kemudian, ia tersadar.
"Apa, jhona melarangmu bekerja?" kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut ayahnya.
"Tidak, pah. Kenapa papah berfikir seperti itu?"
"Papah hanya menebak. Jadi apa alasanmu?"
"Aku hanya kelelahan pah." ucap sinta.
Ya, sinta memang merasa kelelahan. Tubuhnya seakan tertimpa beban yang begitu berat. Itulah sebabnya, sinta ingin berhenti bekerja. Jhona senfiri, tak mengetahui hal ini.
"Kau baik-baik saja?" tanya papahnya.
"Sinta baik-baik saja pah."
"Apa jhona tahu hal ini?"
"Tidak pah. Ini inisiatif sinta sendiri. Sinta merasa sangat kelelahan. Itu saja." ayahnya menarik nafas dalam dan membuangnya perlahan. Seakan sedang memikirkan ucapan sinta.
"Baiklah. Jangan berhenti. Santi belum bisa menjalankan perusahaan. Papah beri kamu cuti sampai batas waktu yang tidak di tentukan. Ajari adikmu dalam setiap tugas." sinta mengangguk tanda mengerti.
"Berarti, jika santi sudah siap, aku bisa berhenti?" tanyanya ragu. Ayahnya terlihat berfikir.
"Ok." sinta menghambur ke pelukan ayahnya.
Sinta menyayangi keluarganya.
*****
Keesokan harinya, sinta tidak wajib datang pagi ke kantor. Ia mulai membimbing santi untuk meneruskan perusahaan. Jhona yang tidak mengetahuinya pun, mulai bertanya.
"Sayang, kau tidak siap-siap ke kantor?"
"Tidak sayang. Mungkin siang nanti.
"Baiklah. Aku ada meeting penting. Apa kau perlu supir pribadi, atau kau akan menyetir sendiri?"
"Tidak apa sayang, jangan khawatir ya. Aku bisa pergi sendiri."
"Kau baik-baik saja?"
"Kenapa bertanya seperti itu?" sinta terheran.
"Tidak. aku hanya bertanya saja. Wajahmu terlihat pucat. Apa perlu kita periksakan ke dokter?" tanyanya.
"Benarkah?" sinta berlari menuju meja rias dan bercermin. "Ah, ini tidak apa sayang, aku hanya kelelahan." sinta menenangkan jhona.
"Baiklah. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku. Istirahatlah sayang." jhona mengecup kening sinta dengan sayang, memeluknya sebentar dan pergi. Sinta tersenyum.
.
*****
Hai, para pembaca. Mohon maaf ya karena tidak setiap hari menulis novel. Karena aku pun punya ke sibukkan lain. Mohon di maafkan ya semua.
Jangan lupa dukung novelku ya. Tinggalkan jejak kalian....
Trimakasih banyak.....
I love you....
Salam hangatku untuk para pembaca setiaku....😘😘😘😘😘🤗🤗🤗🤗☺️☺️☺️☺️