Sepertinya Hamil??

Hari ini sinta terlihat sangat lelah. Tak hanya itu, ia pun merasa tubuhnya tak bertenaga. Dia memaksakan diri untuk memasak. Entah kenapa, sinta ingin memasak sesuatu dan membuatkan bekal makan siang untuk suami tercintanya.

Dia pun melangkah ke dapur dan membuka kulkas melihat bahan makanan yang ada.

"Nona muda mencari apa? Biar saya bantu."

"Tidak apa bi. Biar saya saja. Bibi kerjakan saja yang lain." sinta tersenyum.

Pelayan pun meninggalkan sinta dan melanjutkan pekerjaannya.

Sinta mengeluarkan paprika, daging sapi, dan bahan yang dirasa ia butuhkan. Dia juga melihat ada bubuk puding. Di keluarkannya bubuk puding itu.

Dengan lihai, sinta mulai membersihkan dan memotong setiap bahan. Merajangnya dan mulai memasaknya.

Setelah hidangan utama siap, sinta membuat puding. Sambil menunggu puding matang, ia memotong buah-buahan dan membuat jus.

Puding pun sudah selesai di masak. Di biarkan agar sedikit dingin, kemudian sinta memasukkan kedalam loyang yang telah di isi buah. Setelah selesai, ia masukkan puding ke dalam kulkas agar kokoh sempurna.

Saat sinta masih sibuk menata makanan itu, kakek albert menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan nak? Sudah biarkan asisten rumah tangga yang mengerjakannya." sinta tersenyum.

"Tidak apa kek, ini sudah selesai. Kakek ingin mencicipi?" sinta menawarkan.

"Terimakasih nak. Tapi saat ini kakek masih kenyang." jawab sang kakek.

"Baiklah, sinta simpan ke dalam kulkas ya kek, jika kakek ingin makan, minta tolonglah pada asisten rumah tangga untuk memanaskannya." kakek mengangguk. Kakek berlalu meninggalkan sinta.

Sinta kembali menata makanan iti ke dalam kotak makan. Setelah semua selesai, ia pun mandi dan berganti pakaian. Tubuhnya telah bermandikan peluh sejak tadi.

Tak lama ia sudah siap.

"Oke, makanan sudah, jus sudah, puding buah pun sudah. Saatnya berangkat." gumam sinta.

Sinta mulai membawa bekal itu masuk ke dalam mobil. Dia berencana membawanya ke kantor jhona. Sinta pun melesat pergi.

Sinta sudah terbiasa memasak. Masakan sinta pun tidak kalah enak dengan buatan restoran.

Sesampainya di Mega Corporation, ia bertanya pada resepsionis tentang meeting yang sedang berlangsung.

"Maaf nona, apa Tuan jhona masih meeting?" resepsionis yang mengenal Nona muda mereka pun mempersilahkan sinta menunggu di ruangan jhona.

"Nona, sikahkan langsung tunggu saja di ruangan Tuan muda." jawabnya sopan.

"Ah, tidak apa. Aku hanya bertanya apakah sudah selesai atau belum?"

"Sepertinya sebentar lagi Nona."

"Baiklah. Kalau begitu, aku permisi dulu." sinta berpamitan. Mereka pun membungkukkan tubuhnya.

Saat sinta keluar dari lift dan menuju ruangan jhona, sekretaris jhona pun, mempersilahkan sinta masuk.

"Silahkan tunggu di dalam Nona. Sebentar lagi Tuan muda akan selesai rapat."

"Tidak apa. Aku titip ini saja ya. Tolong berikan pada suamiku.

"Baik Nona." ia membungkukkan tubuhnya.

"Kalau begitu aku permisi." sinta berbalik. Namun, ia tak menyadari jhona sudah ada di belakangnya hingga saat ia berbalik, ia menabrak dada bidang suaminya itu.

Sebenarnya sudah beberapa detik jhona ada di belakang sinta. Hanya ia memberikan kode pada sekretarisnya unguk diam.

"Ah... Maaf..." sinta terpaku karena tubuhnya sudah direngkuh ke dalam pelukan suaminya itu.

"Kamu mau kemana sayang? Ayo kita makan bersama." ajak jhona.

"Sejak kapan kamu di belakangku?"

"Baru saja. Ayo." sinta pun mengikuti mau jhona. Jhona mengambil kotak makan siang itu dari meja sekretarisnya.

"Kamu sungguh tak ingin memeriksakan diri? Wajahmu terlihat pucat sayang." mereka sudah duduk di sofa ruangan jhona. Secara intens jhona memandang wajah isterinya yang sudah pucat sejak pagi. Meski tertutup make up, namun wajah pucat sinta masih terlihat.

"Tidak apa sayang."

Mereka pun membuka kotak makan itu. Jhona memakannya dengan lahap. Dia menyukai masakan sinta.

Jhona pun menyuapi sinta. Namun, sinta seakan tak bernafsu untuk makan. Jhona terus memaksa. Hingga akhirnya sinta membuka mulut dan makan.

Baru beberapa suap ia makan, tiba-tiba saja perutnya bergelora. Rasa mual mulai menjalar. Secepatnya sinta berlari ke dalam toilet di dalam ruangan jhona dan memuntahkan isi perutnya.

"Hoek...Hoek...Hoek...." jhona menghampirinya dan memijat punggung sinta.

"Ada apa denganmu?" jhona terheran. "Kau baik-baik saja? Sebaiknya kita periksa ke dokter saja ya." ucap jhona.

"Aku tak mengerti sayang. Tadi saat aku memasak, aku baik-baik saja. Tapi saat aku memakannya, justru aku sangat mual dan tak sanggup memakannya." jhona khawatir melihat kondisi sinta saat ini.

"Sebaiknya kita ke dokter sekarang. Ayo." sinta tak dapat membantah. Sejujurnya, tubuhnya merasa sangat lemah sekarang.

"Batalkan semua jadwalku hari ini." perintah jhona pada sekretarisnya dan melangkah keluar menuju lift. Membuat sang sekretaris mengumpat dalam hatinya.

Saat berada di lift sinta seakan mengingat sesuatu. Sepertinya dia sudah melewatkan 2 kali masa menstruasinya.

"Sayang, sepertinya...." sinta terjeda.

"Kenapa sayang?" sinta terlihat berfikir. Apakah hanya perasaannya saja, atau memang ini benar terjadi?

Saat ini, sinta merasa dia tidak sakit. Melainkan sepertinya hamil??..

Benarkah?

Mungkin saja.

"Ada apa? Kenapa tidak di lanjutkan?" jhona terheran.

"Aku... sepertinya.... hamil.....!?!" mata jhona menampakkan binar kebahagiaan. Antara dia harus percaya atau tidak.

"Kita harus memastikannya ke dokter. Jika itu benar, maka itu akan menjadi berita paling bahagia sekarang." jhona menarik sinta kedalam pelukkannya.

Jhona membawa sinta ke rumah sakit. Dalam kurun waktu 30 menit, mereka sampai. Jhona mendaftarkan sinta untuk melihat kondisinya.

Setelah jhona menerangkan keluhan sinta pada perawat, mereka di arahkan ke bagian OBGYN. Mereka telah tiba di depan ruang pemeriksaan. Setelah menunggu beberapa waktu, giliran mereka yang masuk ke ruangan itu.

"Selamat siang Tuan dan Nyonya. Boleh saya tahu keluhan yang anda alami?" tanya dokter cantik itu. Dokter marta.

"Begini dok, seharian ini, saya merasa tubuh saya sangat lelah. Saat saya makan, tiba-tiba saja saya memuntahkan makanan itu." tutur sinta panjang lebar.

"Boleh saya tahu, tanggal menstruasi anda?"

"Sebenarnya saya tidak begitu menhingatnya. Tapi, seharusnya sudah 2 kali dok. Tapi sampai sekarang belum dok."

"Baiklah. Silahkan naik ke tempat itu nyonya." pinta dokter marta menunjukkan tempat tidur di sebelah kirinya.

Sinta naik ke atas ranjang periksa tersebut. Jhona nampak mendampinginya. Di genggam jemari isterinya itu dengan lembut.

Dokter marta, menarik kaus yang di kenakan sinta dan menuangkan gel ke atas perutnya. Lalu mengambil sebuah alat yang tersambung ke komputer. Lebih di kenal dengan alat USG.

Dokter marta tampak menjalankan alat itu dan menemukan adanya kehidupan di dalam sana.

"Selamat Tuan dan Nyonya, sebentar lagi anda akan menjadi orang tua. Ini adalah tanda kehidupan di dalam rahim anda. Dan sudah berusia 4 minggu." dokter marta menunjukan pada sinta dan jhona serta menjelaskannya pada mereka.

Wajah mereka menunjukkan binar kebahagiaan sambil menatap layar yang di tunjukkan dokter marta.

"Terimakasih dokter." ucap mereka bersamaan.

Kebahagiaan terpancar dari raut wajah mereka.