Setiap wanita yang telah menikah pasti merasa bahagia ketika mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung benih cinta dari suaminya.
Inilah yang saat ini tengah di rasakan sinta dan jhona. Kebahagiaan mereka, kini bertambah. Mereka akan segera menjadi orangtua.
Para sahabat pun turut mendoakan untuk kesehatan ibu dan calon anak itu.
Dewi sebagai sahabat sinta, bahkan sangat antusias menyambut kehamilan sinta. Begitupun alena. Kedua orangtua sinta dan adiknya santi, ikut berbahagia. Kakek albert, kakek dari jhona pun sangat bahagia.
Sama halnya dengan para calon ibu yang lain, sinta pun merasakan keinginan-keinginan pada masa awal kehamilan.
Satu hari sinta begitu menginginkan sesuatu yang harus di penuhi jhona sendiri. Hingga ketika jhona menolak keinginan sinta, ia menangis sejadi-jadinya.
Tak tega, jhona pun menuruti keinginan isterinya itu.
"Sayang, aku ingin makan sesuatu."
"Makan apa sayang ? Katakanlah?!!"
"Aku ingin, kamu membuatkan aku masakan ikan asam manis. Jangan lupakan rasa pedasnya." jhona terkejut mendengar keinginan itu.
"Ya sudah aku akan katakan pada pelayan makanan yang kau minta." raut wajah sinta berubah seketika seakan ia sedang merajuk.
"Bukankah tadi kau ingin makan itu?" jhona mencoba memperjelas.
"Tapi aku ingin, kau yang memasaknya. Bukan pelayan."
"Sayang, aku tidak bisa. Kau kan tahu, aku begitu sibuk belakangan ini?"
"Pokoknya, aku ingin kau yang memasaknya. Jika tidak, aku tidak akan makan." sinta menangis sejadi-jadinya.
Di satu sisi jhona tak tega menolak. Karena jhona tidak pernah mendengar sinta merajuk. Ini adalah yang pertama. Namun, di sisi lain, jhona sendiri tidak punya waktu untuk memasak.
Dia mencoba membujuk isterinya. Namun sinta tetap bersikeras. Jhona pun menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan kemudian:
"Baiklah. Tapi tidak besok. Bagaimana jika kita membuatnya pada hari minggu?" sinta mengangguk antusias.
Jhona menuruti kemauan isterinya, karena sejak menjalin hubungan kekasih dengannya, tak sekalipun sinta meminta sesuatu pada jhona.
Ini, adalah pertama kalinya isterinya itu meminta sesuatu padanya. Meski pun hanya sebuah masakan. Itu sebabnya, jhona ingin membuat makanan yang sinta minta.
Saat melihat kebahagiaan di wajah isterinya, membuat jhona ikut merasakan kebahagiaan itu.
*****
Hari yang di nanti sinta tiba. Sinta bangun lebih pagi. Ia begitu bersemangat menanti suaminya itu memasak makanan yang ia minta. Ia sangat antusias.
Setelah ia siap dan berpakaian rapih, ia bangunkan suami tercintanya itu.
"Sayang, ayo bangun. Kau tidak melupakan janjimu kan?" jhona yang msaih terlelap, perlahan membuka matanya. Melihat isterinya sangat antusias, ia pun mengakhiri tidurnya.
Ia menunjuk pipinya bermaksud untuk meminta kecupan dari sang isteri.
"Apa?" sinta berpura-pura tak mengerti. Jhona terus menunjuk pipinya. Dengan kecepatan kilat, di kecupnya pipi suaminya itu lalu sinta berlari meninggalkan jhona di kamar.
Jhona hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Segera jhona membersihkan diri dan menuju dapur.
Meski mereka masih termasuk dalam kategori pengantin baru, namun mereka telah hidup bersama beberapa bulan terakhir. Hingga saat ini usia kehamilan sinta sudah memasuki 5 minggu. Sinta, masih saja merasa sedikit malu pada suaminya. Entah karena sinta memang pemalu, ataukah ini di karenakan hormon kehamilan.
Sebenarnya, sinta bukanlah pemalu. Tapi entah mengapa, di depan jhona, sifatnya berbeda. Mungkin ini adalah sifat kekanakkannya yang tersimpan. Di karenakan hormon kehamilan, sifat itu timbul dengan sendirinya.
Jhona tidak mempersalahkannya, justru ia sangat menyukai sifat sinta itu. Seakan melihat sisi lain dari isteri kesayangannya itu.
Di dapur, sinta sudah mulai mengeluarkan bahan-bahan yang akan di gunakan suaminya.
"Kau sudah menyiapkannya?" sinta mengangguk dan tersenyum.
"Ayo, cepat di mulai." ucap sinta tak sabar.
"Baiklah Nyonya jhona kita mulai. Dan kau, akan sangat menyukai masakanku." jhona sangat percaya diri membuat sinta terkekeh.
"Sudah buktikan saja dulu pada ku." jawab sinta.
Sinta memperhatikan setiap gerakan jhona. Dalam hati, ia memuji keterampilan suaminya dalam mengolah setiap bahan.
Hingga jhona di kejutkan dengan kata-kata sinta.
"Wah, ternyata suamiku ini sudah ahli ya dalam memegang pisau." jhona tersenyum namun tetap fokus pada apa yang sedang di kerjakannya. "Sayang, aku ingin rasa asamnya di dapat dari mangga muda. Bisa kan?" jhona menatap isterinya. Ada binar harapan di sana.
Jhona tak mengerti. Dia tak menjawab.
'Pantas ada mangga muda di sini. Ku fikir untuk apa? Ternyata isteriku ini ingin mencampurnya dalam masakan. Baiklah akan ku coba membuatnya.' batin jhona.
Jhona melanjutkan pekerjaannya tanpa menjawab pertanyaan isteri tercintanya. Ia memutuskan akan mencobanya. Entah bagaimana hasilnya nanti ia tak tahu.
Setelah menunggu hampir satu jam, ikan asam manis ala chef jhona dengan buah mangga muda, siap di hidangkan. Ia letakkan ikan itu di meja makan untuk segera di santap oleh isterinya.
"Hmmmm.... Wanginya.. Aku jadi lapar.."
"Makanlah." jhona mempersilahkan.
Sinta pun mulai menyantapnya dengan lahap. Melihat sinta menyukainya, membuat jhona merasa bahagia. Tak sia-sia ia menuruti ke inginan isterinya itu. Meski jhona sendiri, tidak tahu bagaimana rasanya.
Baru saja sinta memakannya dengan begitu lahap, tiba-tiba perutnya merasa bergejolak begitu hebat. Ia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Jhona mengikutinya dari belakang.
Di usapnya punggung sinta.
"Kenapa tiba-tiba seperti ini? Apa perlu kita ke dokter?" jhona sangat cemas.
"Tidak apa sayang. Aku tidak apa-apa." sinta lemas tak berdaya. Jhona membantu sinta berjalan. Wajah sinta terlihat pucat.
"Kau ingin makan lagi? Ikannya masih ada separuh lagi?"
"Tidak. Aku sudah kenyang."
Jhona mengantarkan sinta ke kamar untuk istirahat. Ia benar-benar merasa cemas.
"Rasanya pasti tidak enak ya masakanku tadi?"
"Tidak sayang, itu adalah makanan terenak yang pernah ku makan. Percayalah."
"Lalu kenapa kau memuntahkannya?"
"Itu tidak ada hubungannya dengan rasa masakanmu sayang." sinta melihat kekecewaan di wajah suaminya, ia mencoba menghiburnya.
Sebenarnya tidak ada yang salah jika sinta tiba-tiba muntah di saat makan ataupun tidak.
Itu hanyalah ketakutan jhona semata. Sinta mencoba menenangkan dan memberi pengertian pada suaminya itu.
*****
Hi, para readers, terimakasih karena masih setia membaca karyaku. Jangan lupa meninggalkan jejakmu di novelku ya.
Mohon maaf jika jarang update. Terkadang inspirasi ku buyar.
Terkadang, aku juga bingung, ingin melanjutkan seperti apa.
Terimakasih banyak untuk para pembaca semua.
Tetap tunggu kelanjutan kisahnya ya.
Jangan lupa berikan tanggapan kalian.
Aku siap menerima kritik dan saran kalian yang pasti akan membangun untukku.
Sampai jumpa lagi....
Salam hangatku...
Ruth89..😘😘😘