Puteri Kecil Yang Menggemaskan

Waktu terus berjalan. Jhona yang sempat terpuruk akibat kehilangan kakek albert, sudah kembali ke dirinya lagi. Dia tak lagi murung dan sedih.

Saat jhona menumpahkan kesedihannya malam itu, ia melihat kesetiaan sinta. Bagaimana isterinya itu tak pernah menuntut di saat dirinya dalam kondisi terpuruk. Ada kehangatan yang menjalar dalam hatinya.

Meski ia masih sedikit tak rela kakeknya pergi dengan begitu cepat. Tanpa terlihat sakit sedikit pun. Sekarang ia tahu bahwa kakeknya sudah tenang dengan melihat kebahagiaan cucunya itu. Kakek albert percaya bahwa kebahagiaan jhona ada pada cucu menantunya sinta.

Saat ini, mereka tengah menanti kehadiran buah cinta mereka. Semua keperluan calon bayi mereka sudah siap. Mulai dari box bayi, pakaian, popok, dan segala keperluan lainnya sudah tersedia.

Jhona dan sinta tidak menyiapkan ruang kamar khusus untuk bayi mereka. Sinta ingin menikmati moment-moment menjadi orang tua.

Ingin merasakan bangun di tengah malam hanya untuk menyusui si kecil, atau pun sekedar mengganti popoknya. Sensasi yang tidak akan selalu terjadi dalam kurun waktu yang lama.

Jhona mendukung keinginan isteri tercintanya. Dia mengerti apa yang di rasakan isterinya. Sebisa mungkin, ia mencoba membantunya bila calon bayi mereka hadir di tengah-tengah mereka.

Jhona sudah mulai merasa harap-harap cemas. Terakhir kali mereka melakukan pemeriksaan, dokter martha, mengatakan bahwa kelahiran bayi mereka hanya tinggal menunggu waktu.

Di karenakan persalinan normal itu tidak terduga, itulah yang membuat jhona cemas. Sinta yang menjalani kehamilan, justru bersikap santai.

Malam ini, jhona merasa begitu gelisah. Setelah makan malam tadi, ia dan sinta langsung masuk ke dalam kamar. Sebelumnya, jhona sempat terlelap sambil memeluk sinta. Namun ia terbangun.

Waktu menunjukan pukul 12.30 malam ketika dia terbangun. Dia ingin melanjutkan tidurnya, namun matanya tak sedikitpun terpejam.

Jhona memutuskan bangun dari tidurnya. Ia keluar dari kamarnya. Sinta menyadari bahwa suaminya tak ada di sampingnya.

Ia mulai mencari keberadaan jhona tanpa memanggilnya. Dia membuka setiap ruang yang biasa di singgahi jhona.

Di mulai dengan ruang olahraga dan ruang kerjanya yang berada tidak jauh dari kamar mereka namun tidak di jumpainya suaminya itu.

Kemudian sinta turun, menyusuri tangga. Saat turun dari tangga, ia menoleh ke ruang keluarga dan dapur. Namun yang di cari tetap tak terlihat.

Akhirnya, sinta membuka kamar kakek albert yang sudah tak berpenghuni beberapa bulan ini. Dia membuka pintu perlahan, memasukkan sedikit kepalanya untuk mencari sosok itu.

Benar saja, dalam gelap sinta melihat siluet dari suaminya di dekat jendela. Berdiri memandang keluar. Kamar ini, entah sejak kapan menjadi tempat favorit jhona.

Dia mulai menghampiri suaminya itu. Di dekapnya pria itu dari belakang. Meski terhalang perutnya yang membesar, tak menjadi penghalang. Jhona yang tersadar dari lamunannya berbalik dan memeluk isterinya.

Jhona menciumi punca kepala sinta.

"Sayang, apa yang kau fikirkan? Kenapa kau tidak tidur?" tanya sinta. Jhona semakin mengeratkan pelukannya.

"Tidak ada sayang. Aku hanya tidak bisa tidur."

"Kenapa? Kau ingin makan sesuatu?"

"Tidak, tidak. Aku ingin seperti ini dulu. Sebentar saja." sinta mengangguk.

Beberapa menit mereka berdiam dalam posisi itu. Sambil jhona mencium punca kepala juga kening isterinya. Kemudian, jhona berjongkok dan mencium perut sinta. Sesekali meletakkan telinganya di sana. Seakan mencari tahu kegiatan calon anaknya itu dalam rahim ibunya.

"Sayang, papah dan mamah sudah tak sabar ingin melihatmu." di usap perut sinta itu. Sinta tersenyum dan membelai rambut suaminya dengan sayang.

Setelah beberapa saat, mereka memutuskan kembali ke kamar mereka. Meski rasa gelisah di hati jhona, belum sepenuhnya menghilang.

Sebelumnya sinta melangkah ke dapur di temani jhona. Sinta merasa sangat haus. Ia ingin meneguk segelas air.

Ketika akan kembali, tiba-tiba saja sinta merasa bagian bawah tubuhnya, mengeluarkan cairan. Sinta tidak tahu cairan apa itu, seketika panik. Jhona pun ikut panik.

Mendengar ada kebisingan, para pelayan pun menghampiri mereka.

"Tuan muda, apa ada yang tuan butuhkan?" tanya salah satu pelayan.

"Isteriku tiba-tiba mengeluarkan cairan dari bagian bawah tubuhnya." ucap jhona dengan raut wajah cemas. Salah satu pelayan senior, mencoba melihat keadaan yang terjadi. Seketika dia mengerti apa yang sedang terjadi sekarang.

"Itu air ketuban, Tuan muda." jawab pelayan senior itu. Sinta dan jgona langsung menatap air yang masih mengalir itu.

"Cepat bawa ke Rumh Sakit, Tuan. Saya rasa bayinya akan segera lahir." lanjut pelayan itu.

Jhona bergegas menggendong sinta dan membawanya ke Rumah Sakit. Dokter yang menangani pun sudag di hubungi.

Waktu yang masih menunjukkan pukul 1.00 dini hari, membuat jalan lebih lengang tanpa hambatan. Perjalanan yang biasa di tempuh dengan waktu 30 menit, kini menjadi 10 menit.

Sinta segera di bawa ke ruang persalinan untuk di periksa. Jhona ikut menemani. Meski para dokter memintanya menunggu di luar, jhona bersikeras ingin menemani isterinya itu.

Waktu terus bergulir. Hingga jam menunjukkan pukul 3.00 dini hari, bayi itu keluar. Bayi berjenis kelamin perempuan, kini hadir di tengah-tengah keluarga mereka.

Orang tua sinta, santi, alena dan dion, juga dewi dan arya yang mendengar suara tangisan bayi dari luar ruang bersalin turut merasakan kebahagiaan sinta dan jhona.

Sinta merasa sangat bahagia melihat kehadiran puterinya. Tak terasa, air mata kebahagiaan menetes. Jhona pun mengecupi kening sinra.

Berkali-kali ia ucapkan terimakasih pada isterinya karena sudah berjuang menghadirkan puteri mereka.

Jhona keluar dari ruang persalinan. Bayi itu pun fi bawa ke ruang bayi. Ucapan selamat, mengalir untuk mereka.

"Jhona, selamat ya atas kelahiran puterimu." ucap dion dan alena.

"Selamat jhona sudah menjadi seorang ayah." dion dan dewi pun tutut mengucapkan.

Kedua orang tua sinta memeluk jhona dengan senyum kebahagiaan. Begitu pula dengan santi.

Setelah para suster dan dokter selesai membersihkan sinta, mereka membawa sinta ke ruang perawatan. Keluarga dan para sahabat, ikut menuju ruang rawat sinta.

Tak henti-hentinya jhona mengecup tangan dan kening sinta. Sinta di biarkan istirahat karena rasa lelah setelah melahirkan. Sinta pun tertidur.

Keluarga dan sahabat yang datang, memutuskan pulang sejenak. Mereka akan datang kembali esok. Hanya jhona yang menemani.

Rasa cemas yang menghampiri jhona tadi, seketika menghilang. Jhona pun merebahkan tubuhnya di sofa yang ada di dalam ruangan itu.

*****

6 jam setelah kelahiran, bayi mereka di antarkan oleh perawat ke ruangan sinta. Sinta yang sudah bangun pun menggendong puteri kecilnya itu dan menyusuinya.

"Hai, puteri kecil. Terima kasih sudah hadir untuk kami." di ciumnya pipinya yang merah itu. Jhona yang baru selesai membersihkan diri, menggendong puterinya.

" Hai, sayang. Papah akan selalu menjagamu. Kau cantik." senyum merekah di wajahnya.

Tak berapa lama, mamah dan papah sinta memasuki ruangan sinta. Melihat cucunya, membuat mereka terharu.

"Cucuku yang cantik... Nenek dan kakek menyayangimu nak." ucap mamah sinta.

Kehadiran puterinya yang menggemaskan, menambah senyum dalam keluarga itu.

Selamat datang cantik. Jadilah anak yang membanggakan.