“Iya Bu. Aku nggak kenapa-napa, kok. Lokasi kerjaku itu jauh dari tempat penampakan monster-monster itu,” ucap Hardi, mengulangi jawaban atas pertanyaan yang diajukan sang ibu berkali-kali.
Terdengar desahan pelan dari ponsel yang menempel di telinga Hardi. “Kamu yakin nggak apa-apa? Ibu denger suara kamu kok… Cara bicara kamu, seperti terbebani.”
Hardi duduk di kasur tempat tidurnya. Sepertinya ia akan sulit mengelak. Insting seorang ibu memang tajam. Akan tetapi, bagaimana jadinya kalau sang ibunda tahu dirinya berlagak sok pahlawan dan melawan monster-monster itu?
Ya, paling tidak Hardi tak perlu menceritakan semuanya.
“Sebenernya…” Hardi menelan ludah, memantapkan hatinya. “Beberapa hari lalu, aku ketemu sama Tyas, Bu.”
“Di sana? Terus dia ngomong apa?”
Mendengar nada sumringah di kata-kata sang ibunda, Hardi jadi merasa bersalah harus mengatakan berita buruknya.
“Iya… Tapi… Dia udah punya anak.”