Tyas mengecup lembut dahi anaknya yang baru saja tertidur. Semalaman, setelah membawa anak itu ke dokter, Tyas terus terjaga. Bocah cilik berusia dua tahun itu berkali-kali bangun dan menangis keras. Karena balita seperti itu tak bisa mengutarakan apa yang dirasa, maka yang bisa ia lakukan hanyalah menggendongnya, memeluknya, menyanyikan lagu yang disukainya. Dan pagi ini, setelah anaknya itu tenang, ia justru tak boleh tidur.
Dulu, waktu anaknya itu masih ada di dalam rahim, Tyas sangat membencinya. Seolah anak itu adalah penyakit yang tak diinginkannya. Berkali-kali ia berpikir untuk melakukan aborsi, mencabut nyawa sang bayi sebelum melihat dunia. Namun, berkali-kali pula hal itu dicegah oleh mamanya. Beliau sering mengingatkan betapa Tyas itu adalah anugerah yang tak terkira. Setelah bertahun-tahun tak dikaruniai anak, mama Tyas memilih prosedur khusus agar bisa hamil. Itupun tak langsung berhasil, harus dengan perjuangan keras.