Sesampainya di ruangan sang ayah, Hardi langsung menyingkap tirai. Baru saja akan bicara, ibu dan adiknya menempelkan jari ke bibir, memberi isyarat agar dirinya diam. Mulut Hardi yang sudah setengah terbuka pun hanya bergerak-gerak, mirip mulut ikan yang ada di darat. Ternyata ayahnya sedang tidur dengan dengkuran halus.
“A… Anu, Bu…,” ucap Hardi lirih dan gelagapan, kata-kata yang sudah ia rangkai dalam perjalanan dari rumah makan menghilang sudah.
Tak peduli, Raras menyambar kantong plastik yang dibawa Hardi.
“Aku makan dulu, Bu.” Raras ngeloyor pergi begitu saja dengan membawa satu bungkus nasi padang.
Dan bahkan setelah adiknya itu keluar, Hardi masih saja tak bisa bicara.
“Kenapa, Har? Kok kayak orang sesak napas?” tanya ibu Hardi sambil mengerutkan kening.
Hardi mulai mengatur napasnya. “Itu, Bu… Aku harus kembali ke kota Mrapat lagi.”
“Bukannya kamu baru di-PHK?”