Hardi menggeleng-gelengkan kepala dan membuka matanya, berusaha mengumpulkan kesadaran. Ia mengecek keadaan sekitar dan mendapati dirinya tengah berada di ruangan bertembok putih polos, berhadapan dengan satu kursi kayu.
Ia lalu melihat dirinya sendiri yang ternyata sedang duduk di sebuah kursi logam. Tubuhnya masih terbalut kostum, tapi matanya tak menemukan retakan-retakan hijau.
Begitu tahu kedua tangan dan kakinya dipasangi benda mirip borgol yang menjadi satu kesatuan dengan kursi, Hardi berontak. Ia berusaha mengalirkan kekuatannya ke kursi itu. Namun, seperti di kostum si cakram merah, retakan yang muncul di sana hanya sedikit, itupun langsung lenyap beberapa detik kemudian.
“Argghhhh!!!” Hardi menggeliat-geliat panik, tapi borgol berhias sirkuit-sirkuit yang memancarkan cahaya biru terang di tangan dan kakinya itu benar-benar tak terpengaruh.