Mataku masih jeli mengamati lelaki itu. Sebenarnya dia tampan, tapi dingin sekali seperti sedang berada di Eskimo. Apa mungkin dia keturunan suku Eskimo, sehingga dia terbiasa suasana dingin. Suara anak kecil itu, mengintrupsik lamunanku.
"Tante..." Suara pekikan bocah 3 tahun menyeruak di gendang telingaku. Anak lelaki itu berlari menghambur ke pelukan Gea.
"Ini keponakan kamu kak?" Tanyaku dengan sebelah alis terangkat. Gea hanya menjawab dengan anggukan. Gea menciumi seluruh wajah lelaki kecil itu dengan gemas. Aku baru ingat sedari tadi aku mengamati foto lelaki paling tak romantis sedunia versi world record. Aku masih saja mengingat moment dimana lelaki itu melamar kekasihnya, yang sekarang jadi istrinya.
Nico, keponakan Gea sedang asyik bermain pedang hellious dan mengenakan topeng satria azazel. kenapa bocah ini mempunyai kesukaan yang sama denganku? Sejujurnya aku ingin bermain denganya menggunakan Pedang hellious, pouston ataupun topeng. Namun, mataku lebih tertarik mengamati setiap foto keluarga disini. Disamping foto pre wedding, terlihat foto acara pernikahan abangnya Gea yang bernama Giovanno, menurut foto sih namanya Giovanno dan Resy . Dalam hati, aku bertanya-tanya kenapa setelah foto pernikahan itu tiada foto keluarga? Bahkan hanya foto Gio dan Nico saat masih bayi.
"Sorry ya, cuman ada sirup ini" Gea datang membawa senampan minuman es. Sangat cocok dengan suhu panas disini. Aku meraih segelas sirup itu, dan meneguknya menyisakan separoh. Aku masih punya etika untuk menghabiskan minuman itu hingga tandas, meski aku sangat kehausan sekarang.
"Jadi, keponakan yang sering kamu ceritain itu Nico Ge?" Kak Gea sering bercerita dengan kak Sha. Meskipun mereka sudah kenal dari awal semester 1, namun hanya sebagai teman sekelas atau sekedar kenal saja. Berbeda dengan akhir semester 4 kemarin, mereka sering bersama karena himpunan organisasi tertentu.
"Iyalah Brin, siapa lagi kalau bukan Nico anaknya abang Gio yang nakalnya gak ketulungan itu"
Gea menceritakan tentang betapa nakalnya Nico. Beberapa hari yang lalu Nico membuat anak tetangga menangis gara-gara bermain petak umpet di taman komplek namun Nico malah meninggalkan anak tetangga itu pulang dan bermain dengan PS nya. Meski baru berusia 3 tahun Nico sangat suka bermain PS, begitu menurut Gea. Yah mungkin masih asal-asalan mencet stick.
"Tante, temenin Nico main PS" Nico menarik-narik ujung rok Gea. Gea mendesah tidak setuju.
"Tante gak bisa main Nico, Nico kan tau sendiri tante gak bisa sama sekali" tolak Gea.
"Tante payah" cibir Nico. Sambil menyebikkan mulutnya, matanya berkaca-kaca tangisnya pecah. Aku yang merasa sedikit mahir dalam bermain PS akhirnya menawarkan diri untuk bermain dengan Nico.
"Gimana kalau dengan kakak?" Tawarku.
"Serius tante, emang tante bisa?" Tanyanya dengan sedikit cadel.
"bisalah , tapi jangan panggil tante ya. Panggil aja kakak" Nico mengacungkan jempol dan menarik lenganku untuk kedepan TV.
Nico menyalakan PS model terbarunya dan memilih game basara. Yah untuk seusia nico gak terlalu susah sekali mencet juga bisa. Dan benar saja dia asal-asalan dalam mencet stick.
Nico sibuk menghabiskan musuh-musuhnya. Hanya fokus berantem tanpa menyelesaikan misi. Sebenarnya game ini udah lama, apalagi PS 2 sudah termasuk lawas. Namun sayang juga untuk anak seusia Nico diberi PS model terbaru yang ada malah rusak. Akhirnya aku mengajari Nico gimana bermain dengan benar. Yang sesuai misi, tidak asal-asalan.
"Wah kakak hebat, papa juga bisa gitu kak. Pokoknya kakak harus main dengan papa" aku menautkan kedua alisku tak mengerti dengan ucapannya. Namun aku mengiyakannya untuk menyenangkan hati Nico. Walaupun sebenarnya papa Nico tak mau membuang waktu untuk bermain PS denganku, aku hanya menduga-duga saja dia orang yang sibuk dan tak mumgkin punya waktu untuk bertanding PS denganku.
"Mama kan sudah bilang, kamu itu cari istri biar bisa mengurus kamu." Samar-samar aku mendengar suara itu dari luar. Aku melirik jam tanganku. Sudah menunjukkan pukul 5 sore. Mungkin kakak Gea sudah pulang. Dan mati akuu masih pakai seragam. Ayah akan membunuhku nanti.
"Tapi ma, aku bisa menyewa pembantu untuk mengurus kebutuhan pribadiku" sangkal suara bass milik pria yang tak ku ketahui wajahnya sekarang.
"Apakah kamu mendapatkan kebutuhan biologis darinya? Dan apakah dia akan mengasihi Nico. Aku ingin cucu semata wayangku itu tumbuh dengan kasih sayang ibu. Memang mama akui kamu ayah super yang bisa merangkap jadi ibu. Tapi percayalah Gio, rasanya tetap akan beda jika Nico mendapatkan kasih sayang dari seorang Ibu."
"Aku tak bisa menikah dengan orang lain begitu saja Ma"
"Sebegitu cintakah kamu pada Resy? Oh iya mama setuju kamu tidak menikah, dan biarkan Nico ikut tinggal bersama Mama di Bogor"
"Tapi ma.."
"Stop merengek Gio , menikahlah lagi. Atau setidaknya kenalkan calon"
Akhirnya wajah mereka tampak dari balik daun pintu. Mereka sempat terdiam mengetahui bahwa dirumah ini ada orang asing yang mendengar pembincaraan keluarga itu.
"Aku sudah punya calon ma.." Gio kembali membuka suara.
"Siapa dia? Kenalkan ke mama" Jantungku berdegup sepuluh kali lebih cepat saat Gio mendekat kearahku. Aku yakin dia akan menyemprot diriku karena mengajari Nico bermain Smackdown versi bra and panties, jika kalian tidak tahu aku akan memberi tahu jika game ini hanya memelorotkan bra dan panties yah walaupun sedikit perkelahian didalamnya. Namun memang kurang pantas dimainkan oleh anak di bawah umur.
"Hai sayang kau sudah lama di sini" Gio mencium keningku mesra, aku hanya melongo. Hah?? Hah?? Diriku macam penjual keong yang. Ingin aku menampar wajahnya dan memakinya habis-habisan. Namun apa dayaku yang langsung lemas seketika. Bahkan aku tak punya tenaga untuk mengangkat stik ps. Stik ps itu terjatuh dari peganganku.
Gio menyenggol-nyenggol lenganku memberi isyarat untuk membantunya bermain drama. Bukan hal yang sulit, karena aku sering menonton drama korea, mungkin sedikit bisa membantu.
"Baru aja kok hehe.." jawabku kikuk sembari menggaruk tengkukku. Kulihat mata Gea dan Kak Sha melotot ingin keluar seketika. Untung saja Gio memilihku, coba kalau itu kak Sha pasti sudah di sunat habis Gio.
"Perkenalkan Ma, ini pacarku" Gio berkedip dan membisiki untuk memperkenalkan namaku. Oh shit tentu saja , dia kan tidak tau namaku.
"Saya Naily tante" salamku kikuk sembari mengulurkan tanganku. Gio mendekap bahuku semakin erat. Hei.. dia lancang sekali. Dan perlakuan selanjutnya membuatku semakin membeku ditempat. Dia mendaratkan bibir yang err... sexy itu tepat di jidatku. Alias dia mencium keningku. Hanya di kening, namun mampu membuat seluruh tubuhku lemas seketika, tembok mana tembok. Untung saja Gio mendekapku, kalau tidak mungkin aku sudah menyatu dengan tanah emm maksudku aku tersungkur pingsan.
"Mama seneng banget akhirnya Gio mau jatuh cinta lagi. Mama berterimakasih karena sudah mampu membuat Gio membuka hatinya" aku sedikit menghela nafas, hahh ayo Naily kamu bisa mainkan peranmu disini anggap saja kamu lagi casting.
"Iya tante.." jawabku lantang. Aku tidak tahu ternyata bakatku pada dunia akting.
"Panggil saja mama, kan kamu juga nantinya nikah sama Gio" omaigat! Ini mah boong dikit akibatnya ribet amat. Aku menatap Gio meminta pertanggungjawaban. Dan dia memberi tatapan seolah dia butuh sekali bantuanku dan akan membalas budi nantinya.
"Iya mam..ma" jawabku kikuk, aku gagal akting kali ini.
"Nenek, pacar itu apa? " tanya Niko dengan polosnya.
"Pacar itu pasangan sayang" jawab mama Gio sembari mengelus puncak kepala cucu semata wayangnya.
"Jadi kak Naily pasangnya papa?"
"Iya sayang, kak Naily bakalan jadi mama kamu. Jadi manggilnya mama aja" jawab mama Gio yang menohok tepat dihatiku. Ya tuhan kebohongan ini semakin besar, dan aku tak sanggup menanggung dosa ini lagi. Tuhan, Gio yang memintaku ini, jadi tolong dosa berbohong ini limpahkan pada dia.
"Asyik aku punya mama baru!!! Yey ada temen main, yeeyy bisa pamer ke teman-teman" Niko bersorak ria. Aku jadi tak tega mengatakan yang sebenarnya, namun secara tidak langsung aku telah memberi Niko harapan palsu.
Mataku beralih kepada kak Sha dan Gea yang menatapku penuh tanya, oh mengapa masalah ini menjadi runyam. Gio awas kau, harus pertanggung jawabkan semua ini.