Bab 3

Tanpa ragu Faiza masuk dan mendapati ruang kerja seperti ruang kerja para raja yang sering ia tonton di TV pada film kolosal. Disana ada orang laki-laki yang sanagat tampan dan persis seperti orang dilukisan dikamarnya.

''Ada apa?" Tanyanya dingin.

''Maaf Mr Juan saya minta ijin untuk pergi keluar dari tempat ini"

''Untuk apa?"

''Ya untuk piknik lah masa mok mandi" katanya sewot.

Mr Juan mendelik tajam kearah Faiza karena omongannya tak sopan.

''Tidak boleh"

''Kenapa?, och ayolaah..saya benar-benar bosan kalau disini muluk dan lagian saya datang ke china untuk liburan ya harus keliling ketempat-tempat sejarah disini bukan dikurung seperti ini..''

''Katanya kamu bosan disini? Apa kamu mau aku beritahu sesuatu hal yang mengasyikkan yang nantinya kamu takkan bosan?" Mr Juan pun berdiri dan mendekat kearah Faiza. Faiza yg tahu laki-laki didepannya mendekat kearahnyapun ia reflek mundur kebelakang.

''A...apa?" Iapun sudah mentok ke pintu di belakangnya. Dan iapun mendongak keatas melihat wajah rupawan yang kira-kira berumeur 25 tahun dan tinggi 180 cm. Dan Faiza tingginya 160 cm, ia tampak mungil dihadapan Mr Juan.

''Bercinta denganku seharian" bisik laki-laki itu serak, setelah melihat kulit mulus Faiza yang terekspos didepan matanya karena jaket yang ia kenakan tadi sudah ia tanggalkan dikamarnya.

PLAAAK

PLAAK

Suara tamparan menggema diruangan itu. Juan Shi membulatkan matanya tak percaya. Gadis ingusan dihadapannya berani menamparnya yang calon seorang raja di dinasti Tang yang adidaya? Bila ia hidup di dinasti itu pasti penggal hukumannya.

''Kau..''katanya berbahaya''menampar Zhen ini? Apa kau tak takut kalau kepalamu terpisah dari tubuhmu itu, hmm?" Sambil mencekeram dua tangan Faiza erat dan menghimpit tubuhnya kepintu sampai tak ada celah diantara keduanya. Faiza yang seumur hidupnya yang lima belas tahun belum pernah bergesekan dengan laki-laki lainnya kecuali keluarganya saja, tentu ia merasa takut dan bahaya.

''Lepas...''katanya lirih ada sedikit gemetaran di suaranya.

''Takut? Hmm..''

''Aku tak takut ama manusia macam dirimu yang seharusnya diberantas dimuka bumi ini agar para gadis tak dilecehkan seperti ku ini.!'' Geramnya.

''Kau tahu...''

''Tidak!"

''Ck. Zhen ini belum selesai bicara..''katanya geram dan gemas, ingin menelannya dibawah tubuhnya segera. Eeh?

''Gak peduli" sambil menolehkan wajahnya kekiri.

''Kau membuatku semakin bergairah..ingin cepet-cepet agar perutmu ada benih putra mahkota, tapi sayang...harus menunggu sampai bulan purnama datang" diapun pura-pura sedih.

''KAU...KU..HMMMMMMM"

Mr Juan Shi langsung melahap bibir mungil Faiza yang sudah melambai-lambai ingin dia cipok. Uch... benar-benar manis dan lezat..kalau bukan Faiza kehabisan nafas, si Juan tak akan melepas kannya. Terbukti setelah Faiza menghirup udara cukup ia langsung menyerang bibirnya lagi dan lagi..

●_●. ●.•

Faiza berbaring di tempat tidurnya, perlahan ia meraba bibir bekaknya. Wajahny memerah marah, bila membunuh tak berdosa pastilah Juan Shi itu sudah ia tusuk dengan pedang yang tergantung didinding kamarnya berulang kali sampai ia mati.

Ia baru tahu dari mulut si om genit plus mesum itu. Ia rela melakukan perjalanan waktu untuk mencari wanita yang diramalkan yang bisa memberinya keturunan untuk mendapatkan tahta kaisar. Dan dialah orang yang om mesum itu cari. Dengan bola ajaib yang ada di lesteron si engkoh Achen. Haaah..kalau tahu begitu ia tak akan datang., tapi...kata si om mesum itu kalau ia tak datang maka iapun akan tetap datang dengan diculik oleh anak buahnya yang selalu mengawasi sang pemenang undian itu.

Sekarang..ia harus pergi dari sini. Ia tak mau jadi pemuas nafsu si om-om mesum itu dan tak mau di ajak ke 300 tahun kebelakang.. ia ingin pulang dan minta maaf ke ayah dan bundanya karena tak mengindahkan larangan mereka.

''Ayah...bunda...Iza minta maaf..tolong..cari Iza segera..'' rintihnya berdoa.

Paman Du sudah menjadwalkan semua kegiatan yang akan ia lakukan dikediaman itu sampai bulan purnama tiba. Itu masih sepuluh hari. Musik yang ia sukai adalah seruling, seruling batu giok putih pemberian Juan yang sangat indah tidak seperti seruling yang dia tahu.

Sambil mengamati disekitar dan menghafalkan pergantian penjaga, tempat mana saja yang jarang dijaga dan dilewati patroli. Hape pribadinyapun sudah kehabisan daya. Hape pemberian ayahnya ia tinggal dirumah agar tak dihubungi orang tuanya. Hp pribadi hp yang tidak bisa digunakan kecuali hanya dia saja. Keluarga dan teman-temannya tak tahu no hp pribadi ini. Ditempat ini tidak pakai listrik ini seperti jaman dahulu pakai lentera minyak kelapa.

Setelah dua hari pengamatan ia tau pintu belakang yang agak terpencil jarang dilewati dan dijaga karena itu hanya menuju tempat pembuangan sampah, tapi ada celah untuk bisa keluar dari kediaman ini.

Waktu melarikan diri sudah ditentukan tas gunung yang isinya hanya empat pakaian, tali, senter, alat kejut listrik dan semua perhiasan emas dan mutiara pemberuan Juan Shi ia masukan ke tas itu. Pasti kalian pikir si Faiza itu muna kan? Perhiasan itu akan ia jual untukmu beli tiket ke indonesia. Ia punya uang tapi takut kurang. Dana pribadinya belum ia cairkan dibank, tidak sempat ketika sampai dichina ia langsung dibawa kesini. Rute masuk ke hutan pun ia masih ingat jadi ia tak takut tersesat.

Malam semakin larut, setelah memastikan semua orang tertidur kecuali penjaga, Faizapun dengan pelan menyelinap keluar dari kamarnya menuju tempat pembuangan sampah, tapi satu hal ia lewatkan bahwa orang yang ia hadapi sekarang orang jaman dulu yang insting nya sangat kuat sekali. Dikegelapan sepasang mata tajam mengawasi gerak geriknya itu.

'Sampai mana kamu bisa melarikan diri..zhen akan lihat" gumam orang itu seram.

Faiza berhasil. Sekarang ia berada di jalan setapak. Ini aneh..waktu ia memasuki hutan jalannya beraspal dan bisa dilalui mobil. Tapi sekarang..jalan itu tidak ada, yang ada hutan belantara. Ia masih ingat beberapa pohon yang aneh disisi jalan yang ia lalui, dengan senter ia bisa melihat itu . Ini membingungkan dari tadi ia hanya berputar-putar saja dan sampai di pohon aneh itu lagi.

''Haahh' ia mendesah panjang ia sangat capek sekali. Berputar-putar lebih dari sepuluh kali. Ia bersandar di pohon aneh itu.

''Ya Rahmman. Aku ingin pulang dan minta maaf pada ayah bunda karena mengabaikan larangannya. Oh kamarku yang indah aku merindukanmuu...andai saja aku bisa teleport seperti di novel-novel itu" ia mendesah lagi dan memejamkan matanya, membayangkan ia berada di kamarnya.

Yang tidak ia dari tadi sepasng mata tajam memperhatikannya. Melihat gadis buruannya memejamkan mata, ia mengumpat karena kecerobohan si gadis. Ditengah hutan tanpa kewaspadaan ia berani tidur. Baru selangkah mendekati buruannya, ia dikejutkan akan sinar putih menyilaukan matanya yang mengelilingi pohon aneh dan gadis buruannya itu.

''APA?! TIDAK MUNGKIN! POHON TELEPORT TIDAK MUNGKIN AKTIF LAGI SETELAH RATUSAN TAHUN! DAN TANPA RITUAL?!" ia masih shock. Ketika ia sadar dari keterkejutannya..gadis itu sudah tidak ada dan pohon itupun ikut menghilang, tersisa pohon yang dekat dengan pohon aneh itu melambai-lambai kan daun cabangnya seakan mengejek dia yang gagal menangkap gadis buruannya itu.

''** , aku harus menangkapnya lagi. Tapi kemana ia di teleportkan?" Ia benar-benar frustasi. Kemudian ia melayang pergi dengan ginggongnya kembali kekediamannya.