Musim Kedua; Bagian 3

ANGGAPLAH Lee Jian itu, gadis setengah sinting yang memiliki keberanian penuh untuk berhadapan dengan pria penggoda yang sempat mampir; lantas memporak-porandakan kehidupannya. Membuat ia tak memiliki pilihan, selain menerima uluran tangan dari dua pria yang terus menjaganya tanpa bosan. Ada Park Yoongi; yang mendapat panggilan Daddy dari Nam Eunwoo, serta Tae Oh; si gegabah yang juga mendapat panggilan papa dari bocah gembil itu. Konyol memang. Tatkala alasan demi alasan, selalu saja dilontarkan oleh Lee Jian; untuk menanggapi pertanyaan dari jagoan kecilnya, perihal marga yang bocah itu miliki; sungguh berbeda dari dua pria dewasa yang dianggapnya Ayah. Sialnya lagi, tatkala bayang-bayang Jungkook selalu saja menghantui gadis itu; melalui Nam Eunwoo. Hingga membuatnya, sesekali menaruh amarah akan apapun yang dilakukan oleh Eunwoo.

Andaikata, empat tahun lalu Tae Oh tak menghentikan aksi gila Lee Jian, telah dipastikan jika si tampan Eunwoo; tak kan hadir di dunia ini, sebagai hadiah terindah dari Tuhan untuk seorang Lee Jian. Setidaknya, sudah lima menit lamanya; dua manusia yang kembali berhadapan itu, hanya melempar tatap dalam diam. Satu dengan sorot nyalang yang sarat akan kebencian, dan satu lainnya dengan iris pekat namun teduh; begitu penuh penyesalan. Mungkin keduanya masih betah tenggelam akan situasi; dimana inilah saatnya mereka dapat saling memuaskan diri untuk menatap satu sama lain. Guna mengobati sedikit rindu, yang terus membuat keduanya merasa frustasi.

"Maaf—" lagi-lagi, Jungkook hanya melontarkan kalimat yang sama seperti sebelumnya. Menyisakan Lee Jian yang masih bertahan akan raut datar, sebelum menukas, "Memaafkan, tidak ada dalam kamus hidupku." pria itu diam sejadi-jadinya. Sedikit merutuk dalam benak, sebab perkataan yang ditembakkan oleh gadis dihadapannya itu; sungguh memiliki kebenaran yang akurat.

Ia memang bersalah, ketika kedua tangannya sempat mengudara ringan untuk menyakiti gadis yang selalu menjadi korban sikap posesifnya itu, "Apa Nam Eunwoo, tumbuh menjadi anak yang penurut?" pria itu berkilah, sedikit mencari topik pembicaraan lain; yang malah membuatnya kian tenggelam dalam kesalahan.

Kini kesabaran gadis yang kembali memiliki surai panjang sepinggang, sungguh tengah diuji. Membuatnya terlihat mengehela nafas kasar, sebelum kembali memberikan tanggapan sarkasme; yang terselip sumpah serapah, "Buang saja rasa penasaranmu itu, brengsek! bukankah kau bilang, dia itu bukan darah dagingmu huh? oh satu lagi! seingatku, kau juga menuding aku yang telah tidur dengan banyak pria. Apa ada lagi yang kau curigai, selain Tae Oh, Yoongi, dan Jimin, huh? sinting!" gadis itu kembali menyerang tanpa ampun.

Lekas menyilangkan kedua kakinya, bersama sepasang tangan yang bersidekap begitu angkuh. Menyisakan Jungkook yang merunduk sekilas, sebelum dagunya turut terangkat; guna menatap gadis yang berkali lipat lebih menawan jika dilihat dari jarak pandang dekat, seperti ini.

Nam Jungkook berdehem singkat, seakan begitu sengaja untuk tak menanggapi lontaran kalimat gadis itu secara langsung; hingga berniat kembali mengalihkan pembicaraan, "Minumlah terlebih dulu, Noona. Jangan terlalu bersitegang dipertemuan pertama kita, setelah empat tahun ini." mendengar serentet kalimat itu dari bibir Jungkook, sontak gadis itu terkekeh menanggapi, seraya menepuk angin secara berulang. Sebelum punggungnya tergerak untuk sedikit condong ke depan, guna membisikkan sesuatu; tepat pada daun telinga Jungkook. Membuat sang empu meremang, sebab nafas hangat gadis itu serta merta menggelitik tengkuknya begitu kentara; tepat ketika ia bersua, "Klasik! .. memangnya aku tak tau kebiasaanmu itu eoh? perangsang apa lagi yang sudah kau masukkan ke dalam minuman ini? oh, memangnya, berapa kali klimaks yang dijanjikan oleh penjualnya? apa kau yakin, ini cukup berguna untukmu? Aigoo, kau terlihat begitu frustasi secara seksual. Bahkan jalang diluaran sana, belum tentu bisa mengimbangi libidomu yang menggila itu, Nam Jungkook-ssi!"

Pria itu termangu. Begitu tak berkutik, tatkla ia dapati raut gadisnya yang begitu menggoda. Entah itu sepasang iris sayu, ataupun bibir dengan lipstick mate berwarna maroon yang tak ia katupkan dengan sempurna. Menyisakan Jungkook yang begitu tersiksa; sampai ia tak menyadari jika raut menggoda yang diciptakan oleh Lee Jian hanyalah satu trik; agar ia dapat lebih mudah, untuk meraih ponselnya; dari genggaman Jungkook.

Tawa miring Lee Jian mengudara, bersama irisnya yang berpendar ke seluruh penjuru arah yang kini tak nampak banyak pengunjung. Selepas berpuas diri untuk meremehkan pria yang hanya menatap kosong ke arahnya, kini tubuh Lee Jian lekas bangkit. Nyaris merotasikan punggungnya, namun kembali terjeda. Seraya mengecap lidah secara berulang, tungkai gadis itu lantas kembali terseret. Guna mendekati pria yang masih bertahan untuk menatapnya tanpa ekspresi. Tak pelak membuat Lee Jian merasa geram, hingga mengujar, "Oh, tunggu. Perihal jalang yang sempat kusebutkan tadi, kurasa kau tak perlu susah payah untuk mendapatkannya diluaran sana, Jung. Bukankah, aku juga jalang; seperti apa yang terakhir kali kau ucapkan diempat tahun lalu? jadi, seperti permintaanmu saat didalam panggilan tadi—apa kau bersungguh-sungguh ingin menyewaku hm? memangnya berapa banyak yang kau punya, untuk membayarku? aku tak murah, tuan! oh, kau juga harus tau, jika sejak awal hingga sekarang ini; aku hanya bercinta dengan satu orang yang sama."

Nam Jungkook bungkam, mendapat tamparan pelak yang diberikan oleh gadis yang sesekali terkekeh pelan. Membuat tubuhnya turut bangkit; untuk mensejajari gadis yang sedikit terhenyak singkat. Selepas ia dapati, hantaran hangat telah menyapu perut ratanya dengan pergerakan seduktif, "Jika kau ingin, aku bisa saja memberimu segalanya, noona. Jadi berapa banyak yang kau inginkan? Lagipula, dibanding segera menggagahimu, aku lebih tertarik untuk mengamati tubuh polosmu terlebih dulu. Agar memastikan, berapa banyak bekas luka yang sudah kutorehkan." gamblang Jungkook, lekas membuat amarah gadis itu, telah sampai pada ubun-ubun.

Hingga kepala Lee Jian terasa begitu mendidih, bersama darahnya yang mulai berdesir hebat. Melalui satu pergerakan tak terduga, ia pun lekas menangkis lengan bawah pria yang serta merta menyungingkan seringai tipis; selepas satu tapak tangannya sempat bergeriliya dibalik kaos gadis itu—cukup lancang. Rupanya, Jungkook masih belum berubah. Hingga berlalu, adalah opsi paling tepat; yang harus ia ambil kala itu. Menyisakan pelupuknya yang kembali mengembun, meski begitu berbanding terbalik akan raut kesal yang kini ia tampilkan.

Seakan masih belum cukup, pria bersurai legam yang lekas mengejar langkah gadis yang telah ia klaim menjadi miliknya itu, pun kembali menikam Lee Jian melalui perkataan gila, hingga mampu mengundang atensi beberapa orang yang berlalu lalang. Tak pelak membuat sang gadis lekas memberikan satu bekapan mulut, untuk menghentikan ocehan pria yang terus bercicit, "Aku tak serendah pria hidung belang, yang lantas menyewa gadis dalam bar, untuk melayani nafsunya, noona. Dibanding hal seperti itu, aku telah melewati empat tahun belakangan untuk bercinta melalui fantasi dirimu. Oh, satu lagi! Bahkan aku tak bosan, meski jutaan kali menonton video bercinta kita yang ku rekam diam-diam, dikali terakhir kita bercinta—sebelum kau meninggalkanku."

.. sinting! libido Nam Jungkook sungguh diluar nalar. Membuat darah Lee Jian berdesir hebat, tatkala ia dengan sengaja melumat tapak tangan yang tengah membekap mulutnya, lantas bersua, "Kumohon noona, kali ini saja. Mari kembali bersama, meski hanya menghabiskan waktu; enam puluh menit, untuk kita saling melepas rindu." []

--o0o--