Suara jarum jam berdetak-detak dari dinding apartemenku, memberitahu kami berdua bahwa waktu terus berjalan.
Tak terasa, kira-kira sudah sepuluh menit terbuang setelah aku mengatakan kalimat terakhir kepada Amber.
Dengan keingintahuannya yang begitu besar—seperti biasa, Amber datang ke apartemenku sehabis pulang bekerja. Dia membawakanku makanan dari restauran, dan menghadiahiku anggur merah. Aku tidak tahu apa maksud sesungguhnya dia membawa semua itu. Mungkin dia sedang menyuapku, dia ingin menyenangkan suasana hatiku supaya aku mau buka suara dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Well, setidaknya aku mengapresiasi usahanya tersebut, karena kebetulan aku pun sedang kelaparan dan membutuhkan makanan yang tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk mendapatkannya.