WebNovelSUARA66.67%

BERTEMU MASALAH BARU

"Baru kali ini aku menemukan seorang Wanita yang enggan menerima hukuman mudah, enak to nyanyi tidak capek, malah minta hukuman keleiling lapangan sambil jungkir balik," ujar salah satu pelatih.

"Ya sduahlah, ayo kami ingin mendnegarkan kamu nyanyi. Kamu semua tahu kalau Suara adalah gadis hebat seperti samson," jawab salah satu kakak kelas yang paling kocak diantara kami semua.

Karena terus menerus di desak untuk bernyanyi, maka Suara si gadis berkulit sawo matang cenderung gelap itu pun mulai bernyanyi. Entah, seburuk apa suaranya. Tapi, cukup meredam kegaduhan anak-anak yang sedang asik bercanda dan bercerita sendiri sejak tadi. Salah satunya sang pelatih Bernama Yoga.

Yoga adalah sosoj yang terkenal sangat dingin dan cuek sekali. Tidak pernah dengan serius melihat adik-adik yang ia latih saat dihukum, apalagi hanya sekedar bernyanyi. Tapi, entah kenapa, saat Suara yang menyanyikan lagu milik Intan Nuraini berjudul Dilema, dia tidak hanya memperhatikan. Bahkan, seseorang yang telah menelfonnya juga dia abaikan.

Sebenarnya tidak ada yang tahu. Tapi, tanpa sengaja Suara melihat raut wajah kak Yoga yang terlihat begitu panik dan seolah berusaha menjelaskan dan tiba-tiba saja mukanya berubah kecewa dan melihat kea rah ponselnya yang tau-tau sudah dimatikan.

Yoga melihat kea rah Suara yang sudah selesai bernyanyi. Mukanya datar. Tapi, tidak mau terlihat salah tingkah, gadis berusia empat belas tahun itu tersenyum santun, tipis sambil menganggukkan wajahnya pelan. Bukannya membalas senyuman gadis itu, tapi itu malah pasang muka jutek sambil buang muka.

Setelah beristirahat selama sekitar tiga puluh menit, Semua kembali berbaris dan Latihan pun dimulai kembali. Jika tadi hanya sebuah pemanasan, Latihan meninju, siwing dan juga kuda-kuda. Sekarang adalah semua siswa diminta untuk berbaris dan melakukan lompat harimau secara bertahap

Tanpa tersa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas lewat tiga puluh menit. Latihan pun berakhir.

Seperti biasa, Suara tidak pernah merasa nyaman nika terus menerus memakai pakaian pencak. Selain warnamya yang serba hitam. Bahannya sangat tidak nyaman. Kaku dan panas. Entehlah, kenapa pakaian pencak tidak terbuat dari bahan kaus saja. bukankah dipakai lebih lembut, nyaman adem dan meresap keringat dengan maksimal?

Tidak tahan dengan rasa gerah di tubuhnya setelah Latihan keras di bawah teriknya sinar matahari, Suara segera berlari menerobos teman-teman cewek yang lain untuk masuk ke kamar mandi. Dia tadi membawa sabun cair dari rumah yang ia letakkan di dalam botol kecil berisi kurang lebih limapuluh ml.

Yakin tidak akan ditinggalkan karena hanya ada tiga kamar mandi cewek, dan mereka ganti bajunya juga lelet, belum lagi nanti pasti ada yang cuci muka dan pakai skincare sebelum pulang, maka dengan cepat Suara melepaskan pakaiannya dan mulai menyiram tubuhnya dengan air dan mulai mandi. Kilat, tapi bersih membuat dirinya segar dan wangi.

Setelah suara keluar dengan pakaian yang tadi ia kenakan, ternya di luar sana masih ada salah satu teman yang masih belum ganti pakaian. Ia malah asik ngobrol sambil ngemil. Dia adalah Bella.

"Kamu gak ganti pakaian, Bell?" tanya Suara sambil menyisir rambutnya.

"Ganti, dong! Tapi, sebentar. Aku masih lanjutin makan enak banget," ujar Bella. Padahal, teman-teman yang lain sudah pada selesai berganti pakaian dan memakai skincare.

Suara tersenyum tipis. Dia tahu seperti apa karakter Bella. Aslinya ya penakut. Dia tidak akan berani tinggal di sekolahan sendiri. Apalagi, masuk kamar mandi sendirian. Biasanya, dulu dialah yang selalu dijadikan teman untuk nungguin dia. Mana sudah siang lagi. Suara naik bus. Jika langsung nemu bus, sih bagus. Tapi, jika tidak… ya, kepanasan dan digigitin nyamuk di Halte nanti.

"Kamu buru-buru banget, Suara?" tanya Bella yang masih asik terus mengunyah.

"Iya, ibuku mau pulang. kasihan jika nanti tidak ada aku di rumah. Soalnya, kunci rumah Cuma satu dan aku bawa," jawab gadis itu segera beranjak.

Soal ibunya akan pulang, itu hanyalah alasan saja. Sebenarnya sama sekali ibunya tidak akan pulang hari ini. Karena semalam, beliau sudah pulang. jadi, tidak mungkin ia akan pulang kembali sebelum seminggu. Apalagi siang hari, benar-benar mustahil.

Suara setengah berlari mempercepat langkah kakinya. Tiba di depan gerbang sekolahan, seorang pria bertubuh jsngkung, berkulit putih rambut hitam lebat memandangi dirinya di atas motor dengan wajah dingin.

"Keluar juga kamu? Kukira akan pingsan di dalam kamar mandi karena tertawa," ujarnya.

"Kenapa, Mas?" tanya Suara dengan ekspresi yang sangat polos dan tidak mengerti dengan maksut mas Yoga, salah satu pelatih yang memang memegang di SMPnya.

"Sini naik, ikut aku!"

"Ikut, ke mana?" tanya gadis itu dengan ekspresi ngeri.

"Sudahlah, kamu gak usah banyak tanya. Pokoknya naik!" ucapnya kasar dan tidak sabar.

'Kenapa dia? Kok maksa gitu?' batin Suara. Kembali ia teringat dengan traumanya semasa dia masih kecil saat seseorang yang dia kenal baik oleh keluarganya juga tiba-tiba datang di saat ibu dan ayah tirinya bekerja dan hendak melecehkannya. Di tambah lagi adanya berita seorang guru mencabuli muridnya, dan bahkan ada yang sampai tega mmebunuh.

"Tidak, kau pergi sendiri saja!" ujar Suara sambil berlari menjauhi Yoga.

"Heh, kamu sudah bikin pacarku marah. Kamu harus tanggung jawab lah! Enak saja kamu langsung maen pergi begitu saja?" teriak Yoga sehingga gadis itu pun menghentikan langkahnya.

Suara menoleh ke belakang. "Memangnya, siapa pacar kamu? Aku tahu, ta? Kayaknya siapa pacar kamu aku gak tahu, Mas."

"Aku beri tahu makanya ayo ikut sama aku!"

Suara diam sejenak. Dia melangkah perlahan mendekati Yoga yang berada di atas motor sport berwarna merah tersebut. Meskipun tubuh gadis itu sedang bersama dengan Yoga… tapi, pikirannya ke mana-mana.

Ia berusaha mengingat nama dan wajah siapapun gadis yang pernah dia jumpai. Mulai dari SMPnya dan juga SMP lain yang kira-kira dekat dengan mas Yoga. Tapi, rasanya sangat tidak masuk akal sekali apabila dia dianggap sebagai orang yang telah membuatnya ngambeg. Sebab, selama ini Suara sama sekali tidak pernah ganjen apalagi yang Namanya caper pada setiap laki-laki. Salah satunya Yoga. Walaupun dia adalah pelatih terganteng dari semua pelatih yang ada di sluruh cabang.

"Suka bakso, ap amie ayam?" tanyanya saat mereka sudah berada di perjalanan.

"Hah, apa?" tanya Suara yang kebetulan tidak kosen.

"Suka bakso, atau mie ayam?"

"Aku tidak tahu!" jawab Suara. Tidak tahu karena tak paham, dan tidak mengerti dengan seleranya sendiri. Sebab, dia merasa tidak memiliki makanan favorit. Baginya, semua makanan sama saja. asal pinter yang masak ya enak. Apalagi di makan Ketika perut sedang lapar. Sungguh, nikmatnya benar-benar tiada tara.