Pertemuan kembali

Cathleen Sastrawati, 29 tahun, seorang yang introvert, tetapi sangat menikmati pekerjaannya sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan besar bernama Wijj Group. Wijj Group sendiri membawahi beberapa bidang bisnis seperti real estate property, rumah sakit, mall, taman wisata rekreasi, perbankan, juga ekspor impor. Cathleen sudah lima tahun bekerja di kantor utama Wijj Group. Awalnya ia masuk sebagai assistant event manager, lalu naik jabatan menjadi project leader, dan dua tahun terakhir ini ia menjadi seorang sekretaris CEO Wijj Group. Setiap ditektur bidang bisnis pasti memiliki beberapa sekretaris, terlebih lagi CEO nya.

Cathleen adalah satu dari 5 sekretaris yang bekerja untuk mengurus semua urusan CEO perusahaan itu. Masing-masing memiliki tugasnya sendiri-sendiri, ada yang bertugas mengurus urusan bidang bisnis property, ada yang mengurus bisnis kesehatan dan hiburan, bisnis ekspor impor, bidang umum, dan ada yang menjadi sekretaris utama. Tugas sekretaris utama adalah yang paling berat karena perlu memastikan semua jadwal si bos, mengatur semua pertemuan dengan berbagai orang penting, dan bersedia hampir 24 jam untuk diganggu kalau si bos meminta ditemani untuk mengurus urusan bisnis apapun.

Cathleen kebagian urusan bisnis kesehatan dan hiburan, yang mengharuskannya memastikan bahwa ke-5 rumah sakit dan 6 taman wisata hiburan di 3 negara berbeda - yang berada dibawah naungan Wijj Group, dapat berjalan tanpa kendala. Bila ada suatu masalah, Cathleen perlu dengan cepat meneliti masalah itu terlebih dahulu dan membahasnya dengan direktur cabang bisnis kesehatan dan hiburan, sebelum melaporkannya kepada si bos CEO untuk dicek ulang dan ditindaklanjuti.

Sangat lelah memang dan hal ini merupakan tanggung jawab yang besar, Cathleen menyadari hal itu. Akan tetapi ia menikmati pekerjaannya.

"Pagi, bu Cathleen." Beberapa orang menyapa Cathleen begitu ia memasuki lantai dimana kantor nya berada.

Cathleen, yang terkenal tidak banyak bicara, hanya menganggukan kepalanya dan menampilkan senyum tipis.

Ia segera memasuki ruangannya yang terletak di paling ujung. Ada 4 ruangan lainnya yang berjejer disitu dan semuanya diisi oleh para sekretaris CEO.

Baru saja ia menduduki kursi kerjanya, suara ketukan di pintu ruangannya terdengar dan seorang perempuan paruh baya yang berusia lebih tua beberapa tahun darinya memasuki ruangan itu.

"Ada apa, bu Rana?" Cathleen sedikit mengerutkan keningnya karena tidak biasanya bu Rana, sekretaris CEO di bidang real estate property, menemuinya di pagi hari seperti ini.

Kalau hanya sekadar untuk mengobrol, tidak mungkin bu Rana datang ke ruangan ini. Semua orang disini mengetahui bahwa Cathleen adalah orang yang tidak suka menghabiskan waktu hanya untuk mengobrol, apalagi menggosipkan hal tidak penting.

"Kita harus segera bersiap, Cath," bu Rana berkata dengan nada tergesa.

"Memangnya mau kemana?" Cathleen tidak mengerti.

"Kamu gak baca email tadi malam? Atau, baca whatsapp grup kita?"

Cathleen menggeleng. Semalam fertigo-nya kambuh dan ia langsung tertidur setelah meminum obatnya. Pagi ini karena terburu-buru, ia belum sempat membuka email ataupun whatsapp.

"Pak CEO kita itu...." bu Rana menjelaskan dengan ekspresi bingung. "... sudah kembali ke Indonesia. Pagi ini dia akan datang kesini."

Ekspresi Cathleen lebih lagi menunjukan kebingungan dari bu Rana ketika mendengar berita ini.

"Bukankah dia .... maksud saya, bukankah pak Reynold sudah menetap di Australia?"

Bu Rana mengedikan bahunya. "Saya mana tahu, Cath. Bukannya kamu yang biasanya lebih dekat dengan pak Henri dan pak Reynold?"

Melihat Cathleen tidak juga bereaksi, bu Rana menarik lengannya menyuruhnya berdiri. "Ayo, Cath. Yang lain sudah bersiap-siap di ruang meeting."

***

Sesampainya di ruang meeting, sudah ada setidaknya sepuluh orang di dalamnya. Ada direktur dari setiap cabang bisnis dan para sekretaris CEO dari ke-tiga cabang bisnis lainnya. Bu Rana sedikit mendorong Cathleen untuk duduk di kursi di paling ujung dan dia dudu di sebelahnya.

Beberapa orang terdengar saling berbisik satu sama lain. Sepertinya semuanya membicarakan hal yang sama, yaitu mengenai CEO Wijj group yang tiba-tiba saja kembali ke Jakarta.

Si CEO yang sedari tadi disebut-sebut bernama Reynold Widjaja, pewaris tunggal segala bisnis Wijj Group. Adiknya, Raika Widjaja atau biasa dipanggil Rara, lebih tertarik mengurus bidang kesehatan, menjadi direktur bagian bisnis kesehatan, dibandingkan mengurus Wijj Group secara global. Juga tentu saja, sebagai anak laki-laki dan anak pertama, Reynold memiliki hak penuh atas jabatan CEO.

Reynold masih berusia 31 tahun saat ini dan dia sudah memegang jabatan CEO sedari dua tahun yang lalu. Ayahnya, Mordim Widjaja, memberikan kepercayaan itu kepadanya setelah melihat kepiawaiannya dalam menjalankan bisnis dan mengatasi masalah yang ada.

Tahun lalu, Reynold memutuskan untuk menetap di Canberra, Australia, yang memiliki cabang perusahaan Wijj Group yang terbesar diantara cabang perusahaan di negara lainnya. Dari sanalah ia memimpin Wijj Group, masih sebagai CEO. Adiknya, Raika Widjaja, bersama dengan ayahnya, Mordim Widjaja, mengurus semuanya dari Jakarta.

Akan tetapi saat ini, secara mendadak, Reynold kembali ke Indonesia dan akan kembali mengurus perusahaan dari Jakarta. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba begini?

Beberapa menit kemudian, rombongan keluarga Widjaja memasuki ruangan meeting itu. Ada Pak Mordim Widjaja, diikuti dengan Raika, dan kemudian Reynold. Di belakang mereka, ada Henri, sekretaris utama, dan ada seorang wanita cantik yang bisa dipastikan bukan merupakan anggota dari perusahaan ini.

Semua orang yang berada di dalam ruangan itu berdiri, menyambut kedatangan keluarga Widjaja. Akan tetapi, Cathleen tidak mampu untuk berdiri, sangking merasa terkejut dengan kehadiran orang-orang yang saat ini berdiri di bagian depan ruangan. Untung saja, bu Rana menyenggol pinggangnya dan membisikan perintah untuk berdiri. Cathleen mengerjapkan matanya. Mencoba mengatasi keterkejutannya, iapun ikut berdiri.

"Santai saja, silahkan duduk," pak Mordim berkata dengan nada ramah.

Setelah semua orang duduk, pak Henri, yang hari ini sepertinya bertindak sebagai juru bicara, berdiri dan memulai pembicaraan. "Selamat pagi semuanya. Terima kasih telah hadir di tempat ini walaupun dengan pemberitahuan yang mendadak. Saat ini, kita perlu membicarakan beberapa hal mengenai pembagian tugas kerja dan laporan singkat perkembangan di setiap bidang bisnis. Untuk memulai pembicaraan, saya akan mengumumkan hal yang mungkin sedari tadi masing-masing dari bapak ibu sekalian pertanyakan."

Pak Henri berhenti sejenak dan mempersilahkan Reynold berdiri. "Per hari ini, pak Reynold akan menetap kembali di Jakarta. Kantornya akan tetap sama. Untuk itu, semua jalur komunikasi mengenai seluruh cabang bisnis akan kembali ke keadaan semula."

Reynold sedikit menunduk. "Terima kasih atas pengertiannya selama satu tahun belakangan ini dan saya harap semuanya bisa berjalan dengan baik kedepannya," ungkapnya.

Pak Henri mengulas senyum, lalu kembali menjelaskan, "kita ketahui bersama bahwa alasan pak Reynold menetap di Canberra selama satu tahun belakangan ini adalah karena ia bersama dengan tunangannya sedang merencanakan pernikahan disana. Akan tetapi, berdasarkan beberapa pertimbangan, pernikahan mereka akan diadakan di Jakarta. Untuk itulah, mereka kembali kesini. Dan saya akan memperkenalkan, tunangan dari pak Reynold..."

Wanita cantik yang tadi tidak dikenali oleh seisi ruangan, kini berdiri, lalu menampilkan senyuman manisnya.

"Perkenalkan, ini Cecil Tirta Adi, tunangan saya," Reynold memperkenalkan wanita cantik itu sembari lengannya melingkari bahu wanita itu disampingnya.

Cecil sedikit menunduk sambil masih menampilkan senyum manisnya.

Saat itulah, Cecil bisa menatap wanita yang duduk di kursi paling ujung. Mata mereka bertemu. Cathleen, yang sedari tadi menatap Cecil, akhirnya mendapatkan balasan tatapan dari Cecil. Senyum Cecil menghilang. Ia terlihat terkejut, sama terkejutnya dengan Cathleen pada saat melihatnya pertama kali memasuki ruangan ini.

Sudah empat belas tahun mereka tidak bertemu, tetapi mereka masih dapat saling mengenali satu sama lain. Cathleen yang lebih dahulu tersenyum kepadanya, membuat Cecil sedikit gelagapan dan akhirnya menampilkan senyum kecil.

Cathleen, begitu juga dengan Cecil sama-sama tidak pernah menyangka bahwa mereka akan bertemu lagi. Akan tetapi, Cathleen sebenarnya merasa bersyukur bahwa adik tirinya itu terlihat baik-baik saja. Terlebih, adik tirinya akan menjadi calon istri dari bos-nya. Ia kemudian menatap kearah bos-nya, calon adik iparnya. Reynold akan menjadi adik iparnya. Meskipun Cecil adalah adik tirinya, tetapi Reynold tetaplah akan menjadi adik iparnya, bukan?

Cathleen mengulas senyum kecil.

***