Melewati hutan yang cukup lebat, Tay dan Zion pun tiba di tepi sebuah danauu dengan pancuran air terjun yang indah. Keduanya pun pergi menembus air terjun itu yang merupakan portal antara dunia manusia dan dunia makhluk immortal seperti vampir dan kawan-kawannya hidup dan membangun suatu peradaban.
"Tempat ini masih sama ya, bahkan setelah 18 tahun gue ngga kesini." Tay membuka percakapan ketika keduanya melewati hamparan padang rumput yang luas setelah menembus air terjun tersebut. "Alam memang ngga berubah Dav, makhluknya aja yang berubah." Zion dan Tay mulai memasuki sebuah pasar, serupa pasar manusia akan tetapi yang diperdagangkan didalamnya, berbagai macam darah segar, daging segar, cawan-cawan yang biasa digunakan untuk pesta darah para vampir, dan berbagai perlengkapan berburu. Batu-batu permata dan berbagai macam perhiasan atau juba-jubah juga ada di dalamnya.
Langkah Tay dan Zion terhenti ketika salah seorang vampir tersungkur penuh lebam di hadapan di hadapan mereka. dibelakangnya muncul 2 vampir yang terindikasi merupakan penyebab vampir tersebut penuh luka lebam. Tay ingin menolong namun Zion lebih dulu mencegahnya. Tiba-tiba sesosok vampir dengan jubah lengkap dengan mahkota kerajaan muncul dari belakang 2 orang tersebut. Tay tersekat, matanya menatap nanar pada sosok tersebut "Luther." Gumam Tay lirih. Luther adalah penasehat ayahnya yang dulu membuangnya dan merebut takhta darinya.
Sosok yang tersungkur tadi di tarik paksa kemudian dipukul oleh lutjher dengan begitu kerasnya. Tangan Tay mengepal kuat menahan amarah, menyadari hal itu Zion segera menarik Tay pergi meninggalkan tersebut. Tay meronta melepas paksa cengkraman Zion dari tangannya. "Zion, maksud lo apasi? Lo tega liat orang itu tadi di pukulin kayak gitu. Dan lo juga tau kan siapa yang mukul dia itu.". "Iya Dav, gue tau. Tapi lo jangan gegabah, belum saatnya Luther tau siapa lo, Dav.". Tay terdiam begitupun Zion berusaha memikirkan suatu siasat "Lalu?" pertanyaan Tay terjawab dengan Zion yang menariknya menuju ke sebuah lapak pedagang. Tay langsung bisa menebak arah pemikiran Zion begitu melihat lapak tersebut dipenuhi oleh berbagai macam jenis topeng.
Zion langsung masuk ke kedai tersebut dan kembali keluar dengan 2 buah topeng hitam. Tanpa disuruh Tay segera memakainya dan melesat menuju tempat kejadian tadi. Zion mendengkus pelan lantas turut mengikuti Tay sembari memakai topengnya. Tay tiba tepat sebelum para vampir itu membunuh sosok tadi dengan mematahkan lehernya. Cowok itu segera memukul mundur kedua vampir itu termasuk Luther hingga mereka terpental menimpa beberapa lapak pedagang. Luther menatap nanar ke arah Tay "Siapa kau?" Teriaknya lantang. Suara Luther mengundang beberapa vampir disekitar mereka mendekat, beberapa lagi melesat kabur ketakutan. Biasanya vampir-vampir tersebut adalah vampir-vampir golong terendah yang terkadang berasal dari manusia yang berubah menjadi vampir, meskipun tak selalu manusia yang berubah menjadi vampir bisa digolongkan lemah.
Zion datang membelah kerumunan, cowok itu berdiri dengan gagahnya di seblah Tay. Sementara Luther yang tak kunjung mendapat jawaban punmulai naik pitam, pria itu berdiri diikuti kedua anak buahnya yag langsung menyerbu Tay dan Zion. Keduanya langsung melayangkan pukulan tinju yang dengan cepat langsung ditangkap oleh Zion. Zion pun melesat menarik kedua anak buah Luther tersebut pergi menjauh seolah memberi isyarat pada Tay bahwa mereka akan di urus oleh Zion. Tay menatap datar ke arah Luther "Oh jadi begitu." ujar Luther sembari melayangkan kepalan tinju ke arah Tay.
Tay dengan secepat kilat menangkis tangan Luther balas dan balas membantingnya ke tanah.
Brakkk! Arghh!!
Luther mengerang kesakitan. Namun sepersekian detik setelahnya dia kembali melayangkan tendangan ke arah Tay. Tendangan tersebut mengenai perut Tay, cowok itu sempat limbung lantas kembali melayangkan pukulan tinju ke arah Luther. Perkelahian hebat pun tak terelakkan, berbagai macam seni bela diri hingga salto menyalto dari atap satu kedai ke kedai lain pun terjadi. Bahkan tak segan keduanya bertarung memakai senjata tajam milik beberapa pedagang yang lapaknya telah hancur. Perkelahian tersebut dimenangkan oleh Tay dengan Luther yang tersungkur bersimbah darah yang menyembur dari bekas luka di lengannya dan luka dalam yang cukup parah hingga darah tersebut pun turut menyembur dari mulutnya. Pria bersusah payang meraih mahkotanya kembali yang lepas tak jauh darinya.
Tangan Luther belum sempat menggapai mahkota itu, ketika tiba-tiba mahkota tersebut tertimpa tubuh kedua anak buahnya yang sudah babak belur. Sepersekian detik kemudian disusul oleh kemunculan sosok Zion. "Jangan pernah berbuat semena-mena, pecundang." Ujar Tay sembari membantu sosok yang tadi tertindas. Tay dan Zion melesat meninggalkan tempat itu pergi melewati portal dan duduk di tepaian danau. "Kalian siapa?" Tanya sosok tersebut gemetar. "Kamu ngga perlu tau siapa kita, sebaiknya cepat cari tempat aman sampai dirimu benar-benar pulih." Sosok itu tak membalas, hanya mengangguk sembari berjalan meninggalkan tersebut. Tay dan Zino diam di tempat, berjaga kalau-kalau Luther mengirim anak buah susulan untuk mengejar.
Pekerjaan kantor cukup memuakkan buat Rai hari ini, hal tersebut membawa Rai menghabiskan harinya di Gym melatih beberapa otot-otot kekakrnya. Tidak jauh dibelakangnya seorang wanita sedang memainkan barbel. Rai dapat menyaksikan dengan jelas wanita tersebut melalui pantulan kaca di hadapannya, kaca itu membentang cukup besara hingga seluruh ruangan dapat nampak dengan jelas dari padanya.
Rai pun fokus dengan barbel ditangannya, tiba-tiba wanita itu mengerang. Refleks beberapa orang diruangan itu menoleh ke arah si wanita yang ternyata terluka terkena sebuah besi yang tajam. Beberapa orang datang menghampirinya, sementara Rai diam mematung. Mata cowok itu terpaku pada kaca dihadapannya, ada hasrat liar dan memburu yang muncul dalam benaknya. Rai sedikit takut mendapati perubahan pada dirinya, matanya mulai berubah serupa darah dengan taring yang perlahan tumbuh. Rai berlari menuju ke kamar mandi, khawatir perubahannya akan disadari banyak orang. Cowo itu mati-matian menahan hasratnya terhadap darah hingga dirinya membentur-benturkan badannya ke pintu besi kamar mandi membuatnya remuk. Tanpa cowo itu sadari, ternyata di tempat itu ada vampir lain yang memerhatikannya sedari tadi. Vampir itu mendobrak paksa pintu yang telah Rai buat penyok. "Gue udah tau siapa lo, hanya gak gitu caranya nahan hasrat lo, tinggalin Gym ini sekarang." Rai yang belum tau menau soal melesat pun akhirnya ditarik pergi oleh sosok tersebut menuju ke sebuah gang sepi.
"S-Siapa Lo?" ujar Rai tergopoh menahan hasratnya yang masih menggebu. "Kenalin, gue Eryk. Dari klan Amethyst." Sosok tersebut mengulurkan pada Rai. Rai yang masih tergopoh berusaha menjabat tangan Eryk. "Gue Rai. Gue ngga tau gue dari klan apa." Eryk tertawa mendengar pernyataan Rai. Rai tak lagi tergopoh setelah menajabat tangan Eryk, Eryk pun tersenyum melihat Rai yang mulai tenang "Ahhh ya udahlah gue juga ngga mempermasalahin klan lo." Eryk menepuk bahu Rai menggunakan salah satu tangannya yang lain "Mau jadi temen gue?". Rai mengangguk dan dengan kedua pun akhirnya saling rangkul meninggalkan gang tersebut.
Eryk mengajak Rai kerumahnya dan mulai menceritakan mengenai apa itu vampir, sejarah terciptanya, termasuk sejarah 13 keluarga dan keluarga ke 14. Disana juga lah Eryk menjamu Rai dengan secangkir darah yang menjadi kali pertama Rai meminum darah seumur hidupnya. Ditengah asiknya obrolan antara keduanya, tiba-tiba pintu rumah Eryk dibuka oleh seseorang. Refleks keduanya yang tengah duduk di ruang tamu pun menoleh mendapati Zion dan Tay berdiri diambang pintu. Rai yang melihat Tay langsung beranjak menghampiri Tay, begitupun juga Tay. Keduanya saling berpelukan erat satu sama lain. Setelah berpelukan erat, mereka berempat pun saling berkenalan satu sama lain dan Tay juga Rai pun menginap dirumah tersebut selama semalam.