Part 7

Cahaya matahari mulai menyambut tidur keempat penghuni rumah tersebut. Tay yang lebih dulu bangun mendapati Zion tak berada disana, cowok itu menyisir rumah untuk mencari keberadaan Zion. Langkahnya tiba dipelataran belakang rumah, dan tampak lah Zion sedang menyusun beberapa gelas darah segar dan beberapa daging yang sudah dibakar. "Lo udah bangun?" Sapa Zion ketika Tay mendekatinya. "Udah, dan lo... biasa bangun sepagi ini?" Tay duduk di salah satu kursi yang tersedia. Ada 4 kursi yang mengitari satu meja bundar yang sedang Zion tata, mengindikasikan jumlah mereka berempat.

"Sejak 4 tahun lalu, gue mengemban misi bareng Eryk, gue adalah yang paling dulu bangun." Kekeh Zion menyuguhkan segelas darah segar pada Tay. "Oh ya, gue inget kalo kalian beda klan, emang ke 13 klan bekerja sama buat nyariin gue?" Tay tak meminum darah itu, hanya menatapnya menunggu jawaban dari Zion. "Hahaha, semenjak kepergian lo, kami memilih untuk memisahkan diri dari kerajaan. Setiap klan mengutus utusan mereka dan membuat satu tim dengan klan lain buat nyari lo. Biar gimanapun peradaban kita harus tetap kembali seperti semula, Tay." Zion duduk di dekat Tay "Dan seperti yang lo liat, gue satu tim sama Eryk."

"Really? Hanya lo berdua dalam satu tim ini?" Zion mengangguk. "Sebenarnya kami bertiga, tapi gue gak tau keberadaan adik gue itu dimana sekarang." Zion berujar sedikit muram. "Adik lo siapa?". "Dia yang termuda diantara kami, jadi gue dan Eryk sepakat buat anggap dia adik kita. Albert Labradorite.". Tay berpikir sejenak kemudian menyesap darah yang tadi dihidangkan Zion.

"So, hari ini lo ada rencana?", "Pastinya, tapi pertama gue bakal ke kantor dulu, gue gak yakin kalo adek gue yang satunya itu gak khawatir kalau gue ilang tanpa kabar.". Tiba-tiba Eryk dan Rai menyusul dari belakang dan keempatnya pun menikmati sarapan bersama.

Luther's Pov

"Sebenarnya serangan macam apa kemarin, pola serangan dan jenis kekuatannya tak pernah aku lihat sama sekali." Ujar pria itu kepada penasehatnya. "Yang Mulia, apakah mungkin serangan itu berasal dari 13 klan yang melepaskan diri?" Luther mengangguk sejenak berusaha mengingat pola serangan yang kemarin.

"Sekarang, perintahkan seluruh tentara terkuat kita dan mata-mata kita untuk mulai menyyelidiki siapa mereka. Temukan informasi pergerakan ke 13 keluarga itu, dan temukan informasi mengenai pangeran. Hidup atau mati." Luther memerintah asistennya. Dan dengan cepat pria itu segera menuju ke Barak dan memanggil para tentara untuk segera berbaris dan menjalankan misinya.

Hanya dalam hitungan detik puluhan tentara vampir yang tergolong elite pun berbaris mendengarkan instruksi dari sang asisten raja dan bergegas menjalankan tugas masing-masing. Beberapa vampir mulai berjaga di kediaman Luther dan beberapa mulai menyisir daerah demi daerah makhluk immortal.

Tay's Pov

Tay keluar dari kantor dengan perasaan kesalnya menyadari bahwa terdapat beberapa vampir yang berkeliaran disekitarnya. Aroma vampir asing yang identik dengan aroma Luther. Cowok itu melesat dengan topengnya mengincar vampir-vampir tersebut.

Brakkk!

Tay berhasil melempar tubuh salah satu vampir pria ke salah satu kap mobil yang tengah diparkir ditepi jalan. Pertarungan pecah ditengah keramaian tersebut, orang-orang lari berhamburan dengan ketakutan. "Bangun lo!" Tay menarik paksa kerah jubah vampir tersebut. Vampir itu tak melawan, menahan sesak di dadanya dan mulai batuk darah sementara vampir lain berusaha menyerang Tay dan membantunya.

"Shiit." Gumam Tay melempar satu persatu tubuh vampir yang menyerangnya tanpa nyawa. Vampir yang tadinya sekaratt itu berhasil dibawa kabur oleh vampir lainnya, Tay hendak mengejarnya tapi... entah mengapa urusan cinta mengalahkan segalanya. Cowok itu melihat Diana berdiri tak jauh darinya, cewek itu mematung sjock ketika salah satu mayat terlempar tepat dihadapannya, dibelakang gadis itu sebuah mobil yang melaju sangat kencang tiba-tiba mengerem mendadak hingga oleng dan mengarah ke Diana.

Secepat kilat Tay melesat ke arah Diana membawa gadis itu menjauh dari lokasi kejadian. Diana hanya bisa mematung lemas menatap kedua mata Tay. Ada rasa tak percaya dalam benak gadis itu, Mata yang dia tatap adalah mata yang tak asing lagi baginya. Tay segera melepaskan pelukannya pada Diana dan melesat meninggalkan dia yang hanya menatapnya kaku.

"Diana." Gumam Tay lirih menatap gadis itu dari kejauhan sembari sembunyi. "Tay, kalau emang itu lo. Gue gak bakal pernah berhenti cinta sama lo, siapapun lo sebenarnya. Gue udah lamam menyadari perbedaan lo Tay, gue udah lama tau ada sesuatu yang aneh di lo. Tapi, apapun dan siapapun lo, gue bakal tetep cinta sama lo, Tay." Diana berlutut mulai menitikkan air matanya. "Selamanya, dan jika lo gak peduli itu, maka biar gue buktiin bahwa seekor burung terbang tanpa sayap kanan pun nyata adanya, Tay.".

Hujan selalu datang disaat yang tepat, Tay yang taka ingin Diana kedinginan pun segera melesat mengambil payung. Diana terkejut ketika Tay tiba-tiba memakaikan jasnya untuk menyelimutinya dari belakang dan disusul payung yang meneduhi keduanya. "Tay.." Gumamnya lirih. "Kasihan Kulit lo yang mulus kotor, Di. Kenapa lo disini kayak gini sih?" Tay membantu Diana berdiri dan membantu gadis itu berjalan mencari tempat teduh terdekat.

"Gue tau lo peduli, Tay."

"Di, lo ngga capek apa... itu terus yang lo pikirin. Itu juga keyakinan yang sayangnya salah buat lo yakinin."

"Bukan gue yang salah, Tay. Tapi lo, manusia yang selalu menolak isi hatinya."

"Sayangnya gue bukan manusia, Di. Dan... kalaupun memang masih ada hati dalam diri gue, maka hati itu hanya akan menjadi racun. Hati gue udah lama mati" Gumam Tay dalam hatinya.

Tay berlari menembus hujan meninggalkan Diana yang hanya terpaku menatapnya hilang dari kejauhan. Tay memburu mangsa-mangsanya yang tadi sempat lepas, akan tetapi hasilnya nihil. Targetnya berhasil lolos, bahkan indera yang dimilikinya pun tak dapat mendeteksinya sama sekali.

"Tay, lo ngga papa?" Seperti jelangkung Zion tiba-tiba muncul disebelah, Tay. Tay sempat terkejut sebelum refleks tangannya menabok kepala Zion. Zion mengerang kesakitan, dan tak lama setelah itu sebuah mobil BMW putih berhenti di dekat keduanya. Firasat Tay sudah tidak asing lagi dengan mobil itu, dan benar saja Jay turun dari kursi penumpang beberapa detik setelahnya.

"Widihh... lagi cosplay bang... pake topeng-topeng begituan segala." Jay cengengesan sementara Tay hanya bisa bengong tak mengerti. Kenapa dari sekian banyak makhluk yang tidak bisa mengenalinya, seorang Jay bisa mengenalinya dengan semudah hitungan detik.

"Lo kenal gue?" Jay tertawa geli "Yaelah Tay.... Tampang tampang lo itu tampang tampang satu dari sejuta umat."

"Wissss... tampang tampang pangeran dunia ngga tuh." Tay melepas topengnya, menaik naikkan alisnya tengil "Chyaaaa..... siapa bilang, tampang tukang gorengan mah iya." Tay refleksa langsung menabok mulut Jay. "Sekate kate lo." Ujar Tay ketus.

"Ini temen baru Tay, apa korban alamat palsu lo selanjutnya.", "Anjirrr... ngomong suka ngga disaring ya lo." Zion hanya diam tak mengerti olehtingkah laku keduanya. "Zion, kenalin ini temen gue Jay." belum sempat Zion mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Jay, cowok telah lebih dulu memeluknya "Wuisshhhh nama lo keren bro... mirip Zayn Malik nohhh yang lagunya enak buat goyang goyang."

Zion kehabisan reaksi sementara Tay menahan tawa melihat ekspresi cowok itu. Zion melepaskan pelukannya jijik, apalah jadinya jika bangsa vampir melihat Zseorang Zion berpelukan dengan cowok, bisa-bisa jadi ghibahan emak-emak vampir yang kurang kerjaan, mengingat Zion adalah rating tertinggi cowok yang menolak ribuan cewek bahkan yang seksoy sekalipun.

"H-hai Jay." Sapa Zion kaku. waktu perkenalan mereka singkat , Jay terlebih dahulu meminta diri untuk lanjut berngkat ke lokasi photoshot sedangkan Zion dan Tay kembali melanjutkan perburuan.