Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, INDONESIA.
Pukul 06.00 a.m.
Gadis cantik turun dari pesawatnya dengan anggunnya dan segera masuk ke dalam bandara. Saat dia masuk kedalam Bandara, dia disambut tatapan kagum, iri, dan tak lupa disambut pujian dan cibiran.
"Zay!" Panggil seorang laki-laki yang kemungkinan berkepala 4. Zay segera mengedarkan pandangannya dan terfokus pada seseorang yang berlari kearahnya.
"Udah...lama...nunggu?" Tanya Arjuna Alexander, paman Zay.
"Enggak"
"Gimana kabar keluargamu?"
"Baik"
"Paman kok ngerasa dikacangin, yak!"
"Ayo, paman!"
"Kemana?"
"Ke sekolah Dirgantara"
"Bukannya pulang ke mansion?"
"Gak"
"Tapi Zay, kamu baru dateng"
"Nanti Zay bisa istirahat di kelas kok"
"Kamu mau sekolah langsung?"
"Hm"
"Tapi..."
"Udah, paman. Ayo jalan. Nanti terlambat masuk"
"Yaudah paman pasrah dapet hukuman dari ayahmu." Zay segera berjalan cepat diikuti pamannya dibelakang.
Skip SMA Swasta Dirgantara
Arjuna dan Zay segera memasuki area sekolah. Sampai Arjuna berhenti mendadak karena suatu hal.
"Zio!". Teriak Arjuna dan datang seorang lelaki tampan dari segerombolan siswa yang duduk di depan kelas.
"Zay!". Teriak Zio Adinata Alexander, sepupu Zay. Zio segera memeluk Zay mungkin urat malunya sudah putus.
"Zay, jangan pernah nyebarin aib gw." Ucap Zio dibalik pelukannya.
"Hm"
"Bagus, sepupu yang pintar". Ucap Zio menepuk-nepuk kepala Zay.
"What!!! Zio pelukan sama cewek itu."
"Dari berbagai sudut sih masih unggulan dia."
"Cantik beud."
"Masukin daftar list cecan."
"Ngalahin Fany dkk"
"MasyaAllah, godaan apa ini yaAllah? Astaughfirullah, zina mata."
~Ucapan dari murid-murid SMA Dirgantara~
"Zio, kamu anterin Zay ke ruang direktur."
"Ngapain aku, yah. Kan ayah bisa."
"Apakah harus ayah hapus game dari hpmu?"
"Tidak...tidak. Oke, Zio yang anterin Zay."
"Good. Yaudah ayah pulang. Jaga Zay dengan baik, Zio."
"Hm"
Skip
Ruang Direktur Sekolah
Tok...tok...tok...
"Masuk!" Zay dan Zio segera masuk ke dalam ruangan kepsek tsb.
"Ada apa kalian kemari?" Tanya Direktur yang tetap terfokus pada komputernya.
"Pak, saudara saya mau sekolah disini." Direktur segera menatap kearah dua anak remaja didepannya.
"Zay!" Teriak direktur.
"Ternyata anda masih ingat saya". Panggil Zay.
"Kenapa anda disini? Apa ada kasus? Atau anda ada dinas ke Indonesia?"
"Bukan, saya ingin sekolah disini."
"Tapi, bukannya seharusnya anda sudah kuliah."
"Iya, saya disini hanya untuk sementara waktu."
"Tapi dengan alasan apa?"
"Haruskah saya beri tahu alasannya?"
"Tidak"
"Oh iya, rahasiakan identitas saya."
"Tapi, Zay..."
"Jelaskan saja bahwa saya murid pertukaran pelajar."
"Baik, Jaksa"
"Pendaftaran akan diurus ayah saya. Jadi, sekarang tolong berikan seragam saya."
"Zay! Lo baru nyampe udah sekolah aja!". Ucap Zio.
"Diam!" Bentak Zay. Direktur segera menelfon seseorang dan menyuruhnya membawakan seragam.
Tok...tok...tok...
"Masuk!"
"Ini pak direktur, seragam yang anda minta." Ucap seorang guru. Direktur segera mengambil seragam itu dan memberikannya kepada Zay.
"Terima kasih."
"Sama-sama." Zay dan Zio segera keluar dari ruangan direktur dan pergi menuju kamar mandi.
oo0oo
"Jangan ngintip." Ucap Zay.
"Ngapain gw ngintip."
"Kamu kan cebol mesum."
"Dari kapan?"
"Di kamarmu banyak poster anime, Apalagi di hpmu banyak banget...hhmmmppp." Goda Zay namun di potong karena di tutup tangan Zio.
"Lo jangan bongkar aib gw disini. Atau gw jadiin gembel lo nanti."
"Kayaknya kamu deh yang bakal jadi gembel."
"Zay!" Teriak Zio namun Zay segera menutup pintunya.
Skip
"Zio! Pintunya kekunci!"
"Zay!"
"Bukain!"
"Kok bisa kekunci?"
"Gatau. Pokoknya, bukain pintunya Zio!"
"Gue dobrak aja ya!"
"Jangan!"
"Kenapa?"
"Prank!". Ucap Zay sambil membukakan pintu. Ia tertawa puas karena pranknya berhasil.
"Zay!"
"Cantik"
"Dasar sepupu akhlakless!"
•••••
"Udah liatnya, aku emang cantik kok." Ucap Zay.
"Idih pede amat. Gue cuma kepikiran aja kenapa lo diem."
"Aku kepikiran kejadian di bandara."
"Kenapa?"
Flashback on
Saat Zay berjalan cepat, tanpa sengaja, dia menabrak seorang perempuan.
Brakk
"Bangsat!" Maki perempuan itu.
"Maaf, saya terlalu terburu-buru sampai menabrak anda." Ucap Zay sambil membantu perempuan itu berdiri.
"Klo jalan itu pake mata!" Bentak perempuan itu.
"Maaf, jalan itu memakai kaki."
"Lo berlagak ngajarin gw"
"Maaf, saya tidak bisa berlama-lama meladeni anda."
"Huh, sok sibuk."
"Maaf, kalau anda butuh uang untuk pengobatan. Ini ada kartu nama saya." Zay segera memberikan sebuah kartu nama dan diterima baik oleh perempuan itu. Namun,
"Gue gak butuh uang dari lo!" Perempuan itu mencoba menyobek kartu nama itu namun nihil.
"Maaf, kartu nama itu tidak bisa anda sobek." Ucapan Zay itu membuat gadis didepannya tertunduk malu.
"Sudah, Zay. Klo dia terus memakimu, gak ada gunanya juga kita ngeladenin malah kita yang terlambat nanti."
"Maaf, saya harus secepatnya pergi dari sini. Jadi simpan saja, kartu nama itu." Ucap Zay meninggalkan perempuan itu.
Flashback off
"Gak kenapa-napa". Jawab Zay.
"Kelas?" Tanya Zay.
"Apa?"
"Kelas?"
"Ngomong yang jelas."
"Kelas mana?!"
"Oh, kelas XI Ipa 1." Jawab Zio dan dibalas "oh" oleh Zay.
"Gue ngerasa dikacangin, klo ngomong sama kulkas"
"Siapa"
"Lo"
"Tanya?"
"Zayna!"
"Alzio!"