Kelas XI Ipa 1
Pukul 07.15
"Zio, kamu masuk dulu sama ibu. Nanti Zay biar ibu yang manggil."
"Baik, bu"
"Zay, kamu tunggu disini dulu ya! Nanti ibu panggil."
"Oke"
Zio dan Walkel segera masuk ke dalam kelas sedangkan Zay tetap stay di luar kelas.
"Anak-anak, kemarin kalian dapet guru baru yang cantik jelita ini. Hari ini ibu punya kejutan baru buat kalian."
"Apaan, bu?"
"Jangan ngeprank, bu."
"Kejutan apa lagi sekarang?"
"Ada murid baru yang akan masuk ke kelas kita."
"Zay, masuk!" Panggil guru. Zay mengangguki panggilan itu dan masuk ke dalam kelas.
"Zay, perkenalkan namamu."
"Introduce my name Zayna Adinata Asta. I'm an exchange student from London. Nice to meet all of you and ask for your help."
"Whoa! Bahasa inggrisnya lancar jaya."
"Cantik banget"
"Kukira tadi nerd ternyata nona peri"
"Do you not speak Indonesian yet?" Tanya seorang murid.
"Aku bisa bahasa indonesia."
"Whoa!". Teriak beberapa murid bar-bar.
"Oke, Zay. Sekarang kamu duduk di bangku yang kosong." Perintah guru.
"Baik"
Zay segera mencari tempat duduk yang kosong dan dia mendapatkan tempat duduk yang setrategis yaitu di samping jendela yang menghadap langsung ke lapangan. Setelah dia duduk, dia segera memasangkan airpodsnya dan mempelajari materi yang diberikan guru homeschoolingnya tanpa mendengarkan penjelasan guru di kelas.
Kring...kring...kring...
"Baik, anak-anak. Pembelajaran hari ini sampai disini dan akan dilanjutkan minggu depan."
"Baik, bu!"
Seketika semua murid segera berbondong-bondong keluar kelas dan menuju kantin menyisakan Zay dan beberapa murid. Namun tiba-tiba, dua mostwanted sekolah datang ke kelas XI Ipa 1 entah karena alasan apa dan tentunya menggegerkan kelas.
"Bang Leon makin gans aja"
"Bang Zaydan dong gansnya naik terus"
"Kurang Bang Zio ama Bang Vino ini"
"Bang, adek disini"
"Ngapelin siapa mereka?"
"Dimana yang namanya Zayna Adinata?"
"Itu". Tunjuk beberapa murid ke arah bangku Zay yang terlihat sangat damai. Mereka berdua segera berjalan menuju bangku Zay.
"Zay!" Panggil Leon.
"..."
"Zay!"
"..."
Brakk
"Zayna Adinata Asta!" Panggil Leon dengan nada tinggi. Mau tidak mau, Zay harus meladeni orang yang mengganggu ketenangannya. Zay mengangkat wajahnya dan matanya bertemu dengan manik-manik mata Zaydan.
"Woy! Yang manggil itu gw bukan Zaydan!". Bentak Leon yang membuyarkan lamunan Zay dan Zaydan.
"A moment, ma'am. There is a bit of a problem." Ucap Zay dalam telefonnya.
"Nothing"
"What?"
"Lo jadi wakil osis."
"No"
"Zay, lo harus jadi wakil osis."
"Never"
"Ini perintah dari direktur sekolah."
"Do not want"
"Leon, lo harus sabar ke dia." Ucap Zaydan. Dia adalah Zaydan Alifiandra Dirgantara. Anak pemilik sekolah dan pewaris dari keluarga Dirgantara.
"Seharusnya gue njelasin dulu siapa gw sebenarnya. Kenalin gw Leonard Kent Agatha. Pewaris keluarga Agatha"
"Zayna Adinata Asta."
"Lo...diplomat?" Ucap Zaydan.
"Ternyata anda tau tentang saya. Tapi, tolong rahasiakan ini semua."
"Bentar-bentar, jelasin dulu!" Kesal Leon.
"Ikut ke rooftop!"
Skip Rooftop
"Karena kalian semua sudah tau tentang sebagian identitas saya. Tidak berguna juga saya menutupinya di depan kalian."
"Perkenalkan nama saya Zayna Adinata Asta Martawangsa. Anak kedua keluarga Mastawangsa dan bekerja sebagai diplomat dan jaksa."
"Klo lo udah jadi jaksa sama diplomat kenapa harus sekolah lagi?"
"Apakah saya harus memberitahukan alasannya?"
"Tidak"
"Karena kalian sudah tahu identitas saya, saya pergi dulu."
"Sebentar, permintaan jadi wakil osis?"
"Baik, saya terima. Imbalannya jangan sebar identitas saya"
"Tukar ID line"
"Sebentar" ucap Zay. Zay segera memberikan hpnya yang bewarna putih. Karena untuk hp bewarna hitam dia gunakan untuk keperluan pekerjaannya.
"Perempuan yang menarik. Aku harus tau alasan dia sekolah disini."
oo0oo
Sepanjang jam istirahat, Zaydan terus menatap intens wajah Zay. Apalagi tempat duduknya yang berada di depan Zay sangat menguntungkan dirinya.
"Kenapa?" Tanya Zay yang membuyarkan lamunan Zaydan.
"Apa?"
"Kenapa natap?"
"Kamu terlalu cantik"
"Hayo! Ngapain ngombalin saudara gw?" Tanya Zio yang datang tiba-tiba.
"Apaan sih? Saudara darimana?"
"Dari ayah lah. Liat nih persis kan?". Tanya Zio sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Zay.
Dugh ( suara pukulan )
"Ish..." ringis Zio karena perutnya terkena tonjokan dari Zay.
"Apaan sih lo, Zay? Bisa-bisa abs gw cekung"
"Kalian berdua berisik."
"Lo sensian amat. Lagi dapet ya, lo?"
"Gak"
"Oh iya, lo nya emang sensian dari dulu."
"Ck"
"Zaydan, klo lo mau deketin dia, jangan deh. Dia nya itu menghindari dari yang namanya pacaran dan percintaan. Dan kalau dia sampai nangis karena lo atau siapa pun, gw akan bales berkali-kali lipat. Inget ini! Gw gak akan biarin saudara gw dan sahabat gw ini nangis."
"Dan gw gak bakal biarin dia nangis sedikit pun di sisi gw." Ucap Zaydan. Zay yang merasakan atmosfer di sekitarnya menjadi dingin hanya acuh dan tak peduli dengan perdebatan Zio dan Zaydan.