SMA Dirgantara, Indonesia
Pukul 06.00
Sekarang para anggota osis sedang berkumpul di ruang osis untuk mendiskusikan acara kemah. Zay dan Zio baru saja datang dan menduduki kursi yang sudah disiapkan. Terlihat Leon yang bersandar dimeja dengan menatap hpnya dan Zaydan yang duduk membaca buku entah buku apa. Sungguh bak lukisan aethetic.
"Kenapa sih lo pake acara ngumpulin osis pagi-pagi buta?" Tanya Zio.
"Kita mau bahas masalah kemah." Jawab Leon.
"Cepet."
"Sabar. Nunggu bendaharanya dulu. Tanpa uang kita gak bisa kemah."
"Mana sih si ondel-ondel?"
Datang seorang perempuan bak ondel-ondel. Maaf, maksudnya dia pakai lipstik merah dengan tingkat kemerahan yang tinggi, bedak dengan ketebalan beberapa senti, rambut warna-warni bak lampu disko, kancing baju bagian atas terbuka menampilkan belahan dada, baju dan rok yang super ketat yang seharusnya untuk anak sd.
"Hello gaesss, udah pada nunggu ya? Maaf, taulah inces itu butuh make up beberapa jam. Karena inceskan primadona sekolah." Ucap Kila.
Krik...krik...krik...
"Woy! Gue udah baek-baek nyapa. Malah lo semua diem. Lihat dong kecantikan inces daripada buku ama hp kalian."
"Najis." Ledek Leon.
"Bentar, itu siapa itu?."
"Siapa?"
"Tu yang duduk samping Zio."
"Oh dia, waketos baru gw."
"What?!"
Leon segera menyuruh Zay untuk memperkenalkan diri dan diangguki Zay. Dia mulai memperkenalkan dirinya tentu saja dengan menyembunyikan identitas aslinya. Da dibalas perkenalan balik oleh Kila. Setelah acara perkenalan itu, diskusi segera dimulai.
Skip
Kelas XI Ipa 1
"Anak-anak, hari ini ada murid baru lagi yang akan masuk ke kelas kita."
"Nak, mari masuk!"
Ell segera memasuki kelas dan disambut tatapan kagum dari murid kelas XI Ipa 1. Banyak pujian dan cibiran keluar dari mulut para murid. Mungkin karena wajah cantik Ell dan penampilan Ell dengan seragam ketatnya dan rok yang pendek diikuti rambut yang diwarnai.
"Ell, perkenalkan namamu!"
"Adrian Elliza Meciele."
"Baik, Ell. Sekarang kamu duduk di bangku yang kosong. Ell segera duduk di bangku yang kosong tepatnya di samping Zay.
ooOoo
"Ell, nanti kamu bantu ibu bawa box dari perpus!" Perintah guru setelah pelajaran selesai.
"Buat apa, bu?"
"Kan ini tahun ajaran baru, jadi butuh buku-buku baru."
"Tapi saya kan mau ke kantin, bu."
"Tenang, nanti kamu ibu traktir."
"Setuju, bu. Oke, sekarang juga saya akan ke perpus."
Skip
Ruang Osis
"Zio, lo yang buat surat pengumumannya!" Perintah Leon.
Zio yang mendengar hal itu, segera mengeluarkan sifat kemalasannya,"Napa harus gw?"
"Trus klo bukan lo siapa?"
"Aku" ucap Zay menawarkan diri. Tanpa menunggu persetujuan, Zay segera pergi sambil membawa laptopnya.
"Aduh, sepupu gw baik amat sih. Nanti gw beliin buku lagi."
"Oke."
"Lo mau kemana?". Tanya Leon.
"Perpus."
"Ikut!" Ucap Zaydan, Leon, dan Zio. Zay segera mengangkat salah satu alisnya menandakan ia bertanya "Kenapa?".
"Kita mau...nyari tempat sunyi!"
"Oke"
Leon dkk segera mengikuti langkah kaki Zay dan sesekali bergurau dan ditanggapi dingin oleh Zay.
Skip perpustakaan
Ell berjalan kesusahan karena box buku yang sangat berat. Sampai pandangannya tertutup oleh box yang besar. Tiba-tiba datang Zay dan Leon dkk yang rumornya mereka sangat kejam dan dingin, membuat semua murid menatap kagum juga takut. Tiba-tiba Ell terjatuh kearah Zay...
Bruk...
"Laptopku!" Teriak Zay. Laptonya yang sangat penting karena di dalam laptopnya ada banyak dokumen penting. Dan sekarang laptopnya harus ikut terjatuh bersama Zay.
"Zay!" Teriak Leon dkk. Zaydan segera membantu Zay berdiri dan mendudukkannya di kursi.
"Semoga dokumennya gak ilang."
"Zay, lo gak papa?" Tanya Zio.
"Bang, balikkin dokumen pentingku." Pinta Zay dengan raut wajah khawatir dan sedih.
"Bentar abang coba. Semoga bisa balik."
"Jalan pake mata." Sindir Leon
"Eh mana bisa jalan pake mata. Jalan itu pake kaki."
"Jalan masih luas harus banget nabrak orang?" Sindir Zaydan. Membuat atmosfer di perpustakaan menjadi dingin.
"Eh, jangan nyalahin dulu. Ini semua bukan salah gw." Ucap Ell, ya Ell lah yang menabrak Zay. Mendengar suara yang tidak asing, Zay segera mengalihkan pandangannya ke arah Ell.
"Kamu/lo!" Teriak Ell dan Zay.
"Maafkan saya kemarin menabrak anda di bandara."
"Oh lo artis yang nabrak gw waktu itu?"
"Artis?"
"Bukan, saya bukan artis."
"Zay, napa lo yang minta maaf seharusnya kan dia yang minta maaf." Ucap Leon.
"Eh nyet, gw gak salah. Dia emang harus minta maaf ke gw."
"Zay udah minta maaf. Gak usah diumbar lagi." Ucap Zaydan.
Ell dan Leon serta Zaydan masih berurusan dengan debat mereka yang tidak selesai-selesai. Sedangkan Zio dan Zay lebih terfokus kepada laptop Zay yang agak rusak karena terjatuh. Merasa teman-temannya sangat berisik, Zio segera angkat bicara.
"Diem!"
"Zay udah minta maaf, jadi lo gausah umbar lagi. Yang seharusnya minta maaf itu lo, liat beberapa dokumen penting Zay harus ilang gara-gara lo! Inget gw gak akan biarin saudara gw sedih!" Ucap Zio berjalan keluar diikuti Zay.
"Udah seneng liat yang nabrak lo dapet karma?" Ucap Leon melangkah keluar perpus.
"Kalau sampe lo buat Zay kena masalah, gw buat lo kena masalah juga." Ucap Zaydan mengikuti Leon pergi.
"Sana urusin princess kalian! Cuma jatuh doang pake acara ngancem!" Teriak Ell.
"Dasar para cowok br*ngsek, beraninya lawan cewek! Dokumen biasa aja dianggep penting!" Ell segera menata balik buku-buku kedalam box dan membawanya ke kelas.
Skip Kantin
Zay dkk sedang duduk di salah satu meja kantin. Terlihat Zio yang berusaha memperbaikinya namun terlihat dari raut wajahnya bahwa laptop itu sulit diperbaiki.
"Bang, bisa gak?"
"Abang lagi usaha."
"Itu dokumen penting."
"Dek, kamu coba dulu bisa gaknya."
"Abang-adek?." Tanya Zaydan.
"Oh, kita emang seumuran tapi karena gw lebih dulu lair dan ayah gw kakak dari ayahnya Zay. Jadi Zay manggil gw abang. Tapi karena kita udah lama gak ketemu jadinya agak ragu ngomong abang-adek." Jelas Zio.
"Oh"
"Udah dapet semua berkas lo?" Tanya Leon.
"Semua hilang" Ucap Zay.
"Ha?"
"Kehapus semua."
"Terus gimana?"
"Ngetik lagi"
"Emang gak ada flashdik atau apa gitu?"
"Ada, tapi untuk yang baru-baru ini gak dimasukkin ke flashdik."
"Laptopnya?"
"Agak rusak. Nanti beli lagi." Ucap Zay yang membuat mereka semua terbelalak kaget.
"Cuma rusak dikit beli?"
"Karena kerusakan sedikit bisa membuat banyak masalah."
"Zay, nanti gw anterin beli laptop ya!" Ucap Zaydan membuat Zio menatapnya tajam.
"Zay pergi sama gw!" Ucap Zio.
"Gw!"
"Gw!"
"Diem! Kita barengan aja. Kita juga mau beli beberapa peralatan jadi barengan aja." Lerai Leon. Zio dan Zaydan yang mendengar itu hanya menanggapinya dengan tatapan tajam keduanya. Mereka tidak tahu ada seorang murid yang mendengar obrolan mereka semua.
Dimeja Ell
"Masa laptopnya sampe rusak gitu? Emang sih jatuhnya agak keras tapi ya gak langsung rusak kali. Apa itu mahal banget ya? Mana uang jajan diatur papa. Tapi diakan kaya kenapa harus gw ganti? Tapi kan yang nabrak gw. Eh, kan ini salahnya orang lain. Gw beliin minum kali sebagai tanda minta maaf."
Ell segera membawakan korean strawberry milk ke arah meja Zay dkk.
"Nih, gw beliin. Maaf gw nabrak lo tadi." Tutur Ell.
"Makasih..." ucap Zay namun di potong oleh Leon. Leon segera menepis tangan Ell dan membuat sebagian minuman itu jatuh ke laptop Zay.
"Laptop!"
"Baru tau salah? Tadi kemana aja? Emang lo bisa ganti semua dokumen Zay?" Sindir Leon. Sedangkan Zay, Zio dan Zaydan segera membersihkan laptop itu dan mencoba memperbaikinya lagi.
"Gw emang gak bisa balikin dokumen dia. Tapi gw masih punya rasa bersalah."
"Oh, terus siapa kemarin gak mau maafin Zay? Ha?"
"Gw gak maafin dia karena dia gak punya sopan santun."
"Sopan santun? Tadi pas waktu minta maaf, apa itu yang dinamakan gak punya sopan santun?"
"Gw emang salah tentang dia. Tapi gw masih mau minta maaf ke orang yang minta dukungan orang lain."
"Apa maksud lo?!"
"Dengerin ini ya! Lo semuanya seperti budak buat dia. Kalian terus dukung dia dan buat dia selalu benar. Jadi panteskan kalian disebut budak!"
"Jaga omongan lo!"
"Diam! Saya tekankan disini. Saya menabrak anda kemarin karena saya terburu-buru dan saya sudah minta maaf secara baik-baik. Dan mereka bukan saya anggap sebagai budak saya, saya tidak pernah meminta mereka menolong atau mendukung saya. Saya sudah terima maaf anda dan masalah anda terima maaf saya, yang penting saya sudah minta maaf." Ucap Zay meninggalkan kantin.