Fight!

Rooftop SMA Dirgantara

Sekarang Ell berada di rooftop tempat yang paling damai baginya, ia meluapkan segala kesedihannya dan kemarahannya disana.

" Hikss... kenapa aku selalu disalahin... Hikss dijauhin, di musuhin..... Hiks aku salah apa sih? Kasih tau aku!! Hikss... Kenapa hidupku kayak gini.... Hikss." Ell menangis sampai tersedu sedu.

Dia tidak sadar ada dua laki-laki yang sedang memperhatikannya. Mereka adalah Zio dan Revan. Zio yang berada si tangga rooftop dan Revan sedang duduk di rooftop paling atas.

"Apa gw terlalu kasar ke dia? Tapi dia malah ngehina gw. Tapi gw juga gak salah buat marahin dan ngancem dia. Toh dia juga salah. Kok gw ngerasa bersalah ya?." Gumam Zio. Sedangkan di lain tempat...

"Ngapain tu cewek?." Tanya Revan sambil berusaha melihat wajah gadis itu.

"ELl?!"

"Ngapain dia disini? Mana pake nangis lagi. Apa gw panggilin Vino ya? Jangan deh biar dia keluarin unek-uneknya disini biar gak keganggu siapa-siapa."

Revan segera kembali pada gamenya sambil melirik ke arah Ell.

"Apa gw samperin ya? Jangan nanti dikira gw yang bikin dia nangis. Trus gw harus gimana?"

Tidak sengaja Revan menyenggol sakunya dan merasa ada sebuah benda di dalam sakunya.

"Apaan nih?" Tanya Revan sambil merogoh sakunya.

Ternyata ia masih menyimpan cokelat yang diberikan fansnya tadi pagi. Ide cemerlangnya pun keluar, ia mengambil tasnya dan menulis sesuatu di note. Dia lalu menaruhnya ke mobil remote yang selalu ia bawa. Mobil itu melaju ke arah Ell dan menabrak kaki Ell pelan membuat Ell terkejut.

"Auu.. apanih"

"Cokelat?" Tanya Ell sambil membaca note yang tertempel di cokelat itu.

"Jangan mewek. Lo gak pantes nangis. Makin jelek lo nya klo nangis, ngerusak pemandangan aja."

"Siapa yang ngasih ini? Mana orangnya? Btw, makasih." Gumamnya yang masih terdengar di telinga Revan dan Zio.

"Moga lu nggak nangis lagi Ell!" Batin Revan.

"Cokelat?" Tanya Zio yang masih berdiri di tempat semula.

"Zio!" Teriak Leon. Zio merasa hawa disekitarnya sudah menjadi dingin menandakan ada raja iblis dibelakangnya. Iya, dia adalah Leon yang terkenal ketos paling tidak suka ada murid bolos di jam pelajaran.

"Lo mau kabur?"

"Eng...enggak, gw cuma jalan-jalan."

"Jangan banyak alesan. Cepet masuk kelas."

"Iya. Sekarang lepas dulu tangan lo."

"Btw, lo ngapain diem disini? Kenapa gak naik?" Tanya Leon sambil menaiki tangga.

"Enggak ada apa-apa" Jawab Zio menahan Leon.

"Yaudah. Sekarang ke kelas!" Leon segera mendahului Zio turun dari tangga diikuti Zio di belakangnya. Namun isi pikiran Leon adalah kenapa Zio terdiam di tangga? Dan kenapa dia gugup ketika ditanya? Namun Leon segera acuh dengan rasa penasarannya.

Skip

Mansion Alexander

Pukul 06.00 p.m.

Seorang gadis cantik masih berkutat dengan laptopnya dan setumpuk berkas-berkas penyelidikan sampai terlihat kantung mata yang agak samar. Matahari sudah muncul, namun gadis itu tetap berkencan dengan berkas-berkas dan tidak sadar bahwa pagi sudah datang. Sampai....

Brakkk

"Zay!" Panggil Zio dengan nada tinggi. Entah kenapa dia seperti membentak Zay padahal tidak ada angin, tidak ada aib, tiba-tiba membentak tanpa alasan.

"Kenapa?"

"Gw mau ikut lo ke kantor kejaksaan ama bantu lo." Pinta Zio yang gugup. Mungkin karena ini adalah permintaan pertama darinya untuk Zay.

"Ikut aja." Jawaban Zay membuat Zio terkejut sekaligus bahagia. Ya kali, jarang-jarang ikut penyelidikan sama tuntutan di dunia nyata. Zio segera menanyakan kebenaran ucapan Zay dan dijawab anggukan Zay walau Zay masih tetap terfokus ke laptopnya.

"Zay, gw mau nanya ini dari kemarin."

"Apa?" Tanya Zay memutar kursinya karena rasa penasarannya.

"Lo kenapa ke Indonesia? Lo yang notabene dari kecil di London sama orang yang sibuk, sekarang malah masuk SMA? Dan paman pun mesti ngelarang lo ke Indonesia, mana mungkin lo ke Indonesia tanpa suatu alasan?"

"Aku kira kamu gak bakal sadar. Tapi, apa harus aku beri tau alasanku?" Tanya Zay dengan smirknya.

Plakkk

"Zay, bangun! lo kayak demit aja! Gue sembur nih ya!" Teriak Zio setelah menampar Zay.

Zio segera mengambil segelas air putih dan ancang-ancang meminumnya untuk disemburkan ke arah Zay namun langsung dicegah Zay.

"Apaan sih? Sakit tau, diajak akting malah kebawa serius aja." Kesal Zay sambil mengelus pipi mulusnya yang kini memerah.

"Lo sih pake akting segala. Udah cepet kasih tau"

"Iya. Jadi gini..." Zay segera menceritakan semua alasan kenapa dia sekolah dan kenapa dia balik ke Indonesia. Zio yang mendengar itu semua hanya diam dengan mimik wajah yang sulit diartikan.

Skip Jam Istirahat

"Zay!" Panggil Kila memasuki kelas yang sekarang hanya berisi beberapa murid.

"Apa?" Tanya Zay yang terfokus ke arah buku. Kila segera berlari kearah meja Zay dengan terburu-buru. Terlihat nafasnya yang terengah-engah dan make upnya yang mulai luntur.

"Itu...Leon...Zaydan...Zio...berantem."

"Dimana?"

"Di...lapangan..." ucap Kila sambil menyerobot botol tumbler Zay. Mendengar hal itu, Zay berlari dan menarik tangan Kila sehingga Kila kesulitan untuk minum dan hampir terkena tumpahan air.

"Woy! Gw minum dulu. Jangan main narik aja." Bentak Kila sambil meminum air secara perlahan tapi pasti. Zay hanya melihatnya dengan perasaan campur aduk, ingin memarahi tapi gak guna, ingin cepetan tapi gak mau sendirian sehingga dia harus menunggu Kila yang lemot.

Setelah melihat Kila yang sudah minum, Zay segera menarik tangan Kila dan berlari keluar kelas menuju lapangan tempat Zio dkk berkelahi.

Skip Lapangan

Terlihat Zio dkk yang sedang berkelahi dengan 4 laki-laki yang asing bagi Zay. Di wajah Zio terlihat banyak luka lembam karena dia harus melawan 2 laki-laki secara langsung.

"Stop!" Teriak Zay dengan tegas membuat hawa disekitarnya dingin. Zay menatap tajam seorang lelaki asing didepannya yang kemungkinan ketua mereka.

Terlihat senyum devil laki-laki itu dengan tangan yang bergerak mengangkat dagu Zay sambil menatap Zay lekat. Dia adalah Vino, abang dari Ell.

"Cantik tapi jalang!"

Zay segera menepis tangan Vino dengan kasar dan kembali menatapnya tajam.

"Jangan hina adik gw!" Teriak Zio yang ingin memukul Vino tapi langsung ditahan oleh Leon dan Zaydan.

"Sebenarnya apa yang terjadi disini?" Tanya Zay mengalihkan pandangannya karena muak melihat wajah Vino. Seorang murid segera menceritakan semua alur perkelahian itu. Zay mulai faham alasan dibalik pertengkaran itu. Dia segera mendekat dan menatap wajah Vino dengan dinginnya.

"Huufff, ternyata abang-adek sama aja." Ledek Zay.

"Apa maksud lo?!"

"Yang satu gak bisa memaafkan dan terus ngungkit masalah , yang satu gak terima an."

"Diem lo, jalang!"

"Jalang? Atas dasar apa anda berhak memanggil saya jalang?"

"Gw gak ada larangan buat manggil lo jalang! Karena lo emang pantes di panggil jalang! Cewek yang deketin para osis cuma buat dapet dukungan? Lebih baik mana daripada adek gw yang diam di tuduh cowok" lo itu."

"Perkenalkan namaku, Zayna Adinata Asta...Martawangsa." ucap Zay dengan kata terakhir sangat lirih namun dapat didengar Vino.

"Ohh jadi ini orangnya.." ucap Vino sambil mengangkat satu alisnya.

"Jadi anda sudah mengenal saya!" Tanya Zay.

"Bang Vino!" Teriak Ell. Ell segera berlari ke arah Vino dan mengelus luka lembamnya yang membiru. Ell menatap Zay drngan tajam dan mendekat ke arah Zay.

"Lo lagi, lo lagi. Gak capek nyari masalah? Atau nyari cowok lagi?" Tanya Ell.

"Cari dulu pokok masalahnya sebelum menuduh." Ucap Zay mengobati Zio yang terduduk di tepi lapangan.

"Ga jelas lu semua!!"

"Liat dulu abangmu. Kondisinya baik atau tidak? Sepertinya dia sedang kesakitan." Mendengar ucapan Zay, Ell segera melihat kondisi abangnya. Ell segera mendekati Vino dan mengelus lukanya.

Yang gantung...tenang aja di chapter selanjutnya makin seru

Janga lupa vote and commentnya