"Jangan pura-pura kesakitan! sini kau wanita murahan! beraninya kau menggoda calon suamiku, hah!! dasar wanita jalang sialan!!!", menjambak rambut Pittha.
"Ah! Aduh! lepaskan! Aku tidak pernah menggoda siapapun, lepaskan!", berusaha melepaskan diri.
"Hentikan! Sebenarnya apa yang terjadi?!" lerai Kenichi.
"Keni siapa aku tidak mengenalnya? mungkin anda sudah salah orang Nona. Nona ini siapa?! Kenapa tiba-tiba menampar saya??", mengelus pipi.
"Aku Rosselina calon istri Tuan Keni-chanku tersayang, dan kamu wanita jalang tidak tahu diri yang mencoba menggoda calon suami orang!!" menggandeng dan menunjuk pada Pittha.
"Lepaskan tanganku, pertunangan kita sudah lama dibatalkan Rosselina lagi pula untuk apa kau datang jauh-jauh kemari, kalau hanya ingin mengacaukan hari tenangku lebih baik kau segera pergi!", menyingkirkan tangan Rosselina.
"Aku rindu kamu Keni-chan, tidak bisakah kamu sedikit lembut kepada ku? Aku mencintaimu", merangkul Keni.
"Tapi aku tidak! Sama sekali! Jadi berhentilah mengejarku! Ayo Pitthawn kita pergi dari sini", meraba-raba di bawah.
"Baik tuan", menuntunnya.
Dalam hati Rosselina_
Perempuan sialan! Sebenarnya siapa sih Dia itu?! kenapa Keni-chanku begitu bisa akrab dengan jalang seperti itu! Tidak bisa dibiarkan, aku harus tahu Dia itu siapa sesungguhnya. Namanya Pitthawn kan. Hmh.. awas kau ya...
(Di saat yang bersamaan)
"Sudah sampai tuan", membukakan pintu kamar.
"Pittha apa kau terluka" mendekati dan meraba pipi Pittha.
"Tidak apa-apa tuan", ya Tuhan, dekat sekali. Jangan sampai Dia mendengar jantung ku yang berdebar ini.
"Pittha apa kau menyalahkan aku?", menangis sendu.
"Tuanku kenapa menangis? Aku tidak apa, memang tadi sakit sedikit tapi sekarang sudah tidak lagi", kataku menenangkan.
"Aku hanya merasa sedih, aku yang sekarang tidak bisa melindungi siapa pun dan apapun. Aku adalah laki-laki yang lemah, sekarang aku mengakui itu karena aku tidak bisa menjagamu", mengelap air mata.
"Duduklah tuan, jika memang tuan tidak bisa melindungi siapa pun atau apapun tidak apa-apa. Tapi, tuanku tetap harus berpikir positif sekarang yang terpenting di hati tuan adalah seorang yang baik", memang begitukan seharusnya. Memegang kedua tangan Keni. "Jika tuan tidak menjagaku akulah yang akan menjaga tuan", Deg.. Deg.. jantungku berdegup kencang napasku terasa berat.
"Benarkah? Pitthawn jika aku bisa melihat kembali. Apa kau masih mau menjagaku? Apa kau akan meninggalkanku?", kumohon jawab pertanyaanku dengan jujur agar aku bisa memiliki peri kecil yang selalu menjagaku.
"Tentu tuan, dengan senang hati saya akan menjaga tuan", tesenyum.
Grepphh...
Pelukan?! Dia memeluk tubuhku erat. Ini pertama kali aku dipeluk oleh laki-laki lain selain ayahku. Tapi, oh, hangat. Tubuhnya benar-benar hangat, aku suka kehangatan tuan.
"Pitthawn apa aku boleh... ", aduh aku berkata apa sih.
"Kenapa tuan bertanya saya jadi malu", wajah Pittha merah merona, suhu tubuhnya meningkat sangat cepat.
Kenichi mencium bibir Pittha, Pittha hanya pasrah menerima ciuman pertamanya itu. Tangan kanan Kenichi merogoh ke dalam baju perempuan yang cantik itu, suara nafas dari keduanya terengah-engah. Kenichi melepaskan ciumannya lalu mencium leher Pitthawn.
"Tu-Tuan...hmmh", apa dia benar-benar akan melakukan itu padaku?!!
Perlahan Kenichi membuka baju bagian bahu kiri Pittha dan menciumi dengan lembut. Namun, sepertinya Pittha tidak merasa nyaman dan dengan kedua tangan Pittha menghentikannya. Mendorong laki-laki yang tampan itu, membuat Kenichi semakin bersemangat untuk berbuat semaunya.
"Tuan bisakah kita hentikan ini?", pinta Pittha yang terengah-engah jantungnya berdegup dengan kencang.
"Maafkan aku, seharusnya aku tahu bila kau tidak mungkin mau melakukannya bersamaku", kata Kenichi menundukkan kepalanya.
Pitthawn membelai rambut pirang Kenichi dan melihat pipi Kenichi memerah. Kenichi terlihat sangat kecewa, Pitthawn mencium keningnya dan memeluk Kenichi erat.
"Aku menyukaimu tuanku...", kata Pitthawn berbisik di telinga laki-laki itu sehingga membuat Kenichi tidak dapat menahan hasratnya.
Malam itu mereka melakukan hubungan intim dengan mesra dan bergairah. Tetapi mereka tidak pernah tahu bila sesuatu akan terjadi mulai dari sejak kejadian itu. Pitthawn merasa bahagia dan Kenichi pun lupa bahwa yang bersamanya adalah pelayanannya sendiri.