Suara riuh siswa siswi mulai memenuhi ruangan kelas pagi itu.
Menunggu kedatangan guru yang akan menyampaikan materi pelajaran hari ini.
Berbeda dengan mereka yang sibuk dengan canda tawanya, aku hanyalah terduduk di bangku ku dan melamun, merenungkan arti dari mimpi ku semalam.
"Oyy..., yah dia ngelamun lagi. Ngapa sih din, kok dari kemaren ngelamun mulu?" Tanya Putu dengan jiwa keponya yang sudah meronta ronta seakan ingin mengetahui segalanya, dan membuat lamunanku hilang seketika.
"Ihhh kamu ngagetin mulu dari kemaren, kalok aku kenak serangan jantung gimana? Tanyaku dengan memanyunkan bibirku dan berpura pura kesal padanya.
"Serangan jantung darimana, yang ada kamu nanti kesambet setan kuburan tau". Elak Putu.
Lantas, kami berdua pun tertawa bersama. Kami berdua sudah seperti saudara. Tak ada rasa canggung sedikit pun jika kita sudah bersama. Meski kadang aku kesal dibuatnya, namun ia tetaplah sahabatku yang paling berharga.
"Mikirin apa sih sayang?"tanya nya dengan sikap yang begitu manja laksana seorang balita.
"Paan sih Put, pakek sayang sayang segala, geli tau nggak?. Ucapku lalu melangkahkan kaki ku untuk pergi keluar kelas. Bukan karena sebab, sengaja aku meninggalkan Putu, karena aku tak mau menceritkan tentang mimpiku kepada siapa pun. Hanya berbalutkan mukenah yang kusam nan tualah aku mengadu, dan menceritakan segala mimpiku kepada Allah. Tak jarang, aku juga mencurahkan segala isi hatiku pada secarik kertas putih.
********
Nampaknya, siang ini berbeda dengan siang kemarin.
Langit langit nampak gelap, hembusan angin begitu kencang, seolah akan melayangkan tubuhku yang kurus ini.
Butiran butiran air dari langit pun sudah mulai berjatuhan.
Ku percepat langkahku, agar tidak basah terkena hujan.
"Alhamdulillah, akhirnya sampek juga" Ucapku pada diriku sendiri saat aku telah sampai di depan bangunan yang menjadi saksi kehidupanku, mulai dari aku dilahirkan, sampai sekarang ini, rumahku.
Rasa penat seolah olah akan membuatku pingsan. Daripada aku pingsan disini, Lebih baik aku masuk, dan beristirahat didalam rumah.
"Assalamualaikum" Seperti biasa, aku mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum memasuki rumah. Namun, lagi lagi tidak ada orang dirumah.
Kali ini aku tidak ingin mencari bapak dan ibu, aku sudah tau pasti mereka berdua pergi ke sawah. Aku pun langsung berganti baju dan merebahkan tubuhku di atas kasur kecil itu. Pasalnya hari ini aku sangat lelah, aku berlari secepat mungkin dari sekolah agar tidak kehujanan.
"Dina..." Terdengar suara seseorang memanggilku yang tengah berada didalam rumah.
"Iya" Sahutku sambil berjalan membuka pintu dan melihat siapa yang bertamu.
"Cari siapa?" tanyaku pada seseorang yang belum pernah ku temui sebelumnya.
"Cari kamu" Jawabnya sembari menatap mataku dengan tatapan aneh.
"Maaf sebelumnya, tapi aku nggak kenal siapa kamu" Sambungku pada seorang laki laki yang sepertinya berusia 5 tahun lebih tua dariku, yang datang dengan mengendarai mobil mewah, sepertinya dia bukan orang desa sini.
"Iya, memang kamu belum mengenalku, tapi aku sudah mengenalmu" Ucapnya lagi yang membuatku semakin bingung.
"Aku akan membantumu menjadi seorang taruni" tanpa memperkenalkan dirinya, ia langsung mengatakan seperti itu.
"Siapa dia?" Tanyaku dalam hati sambil menunduk.
Saat aku ingin kembali bertanya padanya, ternyata dia sudah tidak berada di hadapanku, dan kulihat mobil yang dikendarainya sudah berjalan cukup jauh.
"Din bangun nak, udah sore" Suara yang sudah tidak asing lagi di telingaku, kembali memanggilku.
"Iya buk" aku pun membuka mataku perlahan dan masih bingung dengan kejadian beberapa menit yang lalu.
"Buk, apa tadi ada yang bertamu ke rumah kita?" Tanyaku pada ibu.
"Nggak ada din, emangnya kenapa?" Jawab Ibu sambil bertanya balik padaku.
"Eh nggak papa buk" jawabku sedikit gugup karena sedang melamun.
Benar saja, lagi lagi aku hanya bermimpi. Kenapa aku terus bermimpi tentang cita citaku. Pertanda apakah ini? Dan siapa sebenarnya laki laki tadi?