Derasnya rintik hujan tak kunjung berhenti hingga malam ini.
Angin kencang turut mengiringi jatuhnya butir butir air dari langit.
Suhu dingin pun ikut serta melengkapi suasana di alam semesta malam ini.
Ku lihat kedua orang tuaku tengah menatap derasnya air hujan dari balik jendela kayu yang rapuh nan tua. Memikirkan nasib padi yang berada disawah. Pasalnya air hujan diiringi angin kencang bisa saja membuat padi yang tak lama lagi akan dipanen rubuh, bahkan bisa jadi para petani gagal panen. Padahal hanya padi lah harapan satu satunya keluarga ku untuk membayar hutang.
Aku pun turut sedih melihat keadaan sekarang ini. Namun apa daya, aku tidak bisa berbuat apa apa. Aku hanya bisa berdoa semoga padi disawah baik baik saja.
*******
Mentari mulai menampakkan diri kembali.
Menghangatkan alam semesta yang terasa dingin karena hujan yang tak kunjung berhenti.
Menghapus duka yang dibawa oleh rintik hujan kemarin.
Hari ini hari minggu, aku ingin membantu kedua orang tuaku disawah. Aku ingin tau apakah keadaan di sawah baik baik saja.
Ternyata semua yang aku pikirkan justru sebaliknya. Seluruh padi yang hampir di panen, rubuh berantakan. Satu satunya harapan keluargaku kini malah hancur berantakan. Bagaimana caranya kedua orang tuaku membayar hutang.
Aku bersama bapakku berusaha menegakkan kembali padi yang telah rubuh, ku ikat padi setangkai demi setangkai agar bisa berdiri kembali. Ku ambil padi padi yang rontok dari tangkainya dan jatuh ke tanah untuk di jemur dan dijadikan beras agar bisa dimakan.
Miris bukan?
Ya keadaan keluargaku memang seperti ini. Oleh karena itu aku ingin sekolah yang tinggi, agar semuanya berubah menjadi lebih baik lagi.