Hari yang ditunggu-tunggu sekaligus mendebarkan bagi keluarga Arsyad dan keluarga Arsakha. Terutama kedua membelai. Acha menatap pantulan bayangan dirinya yang ada di depan cermin. Kebaya putih senada dengan jilbab membungkus tubuhnya.
"Maaf mbak, saya tidak ingin menggunakan bulu mata palsu, karena di dalam agama dilarang. Untuk make upnya terima kasih, telah menuruti permintaanku".
"Sama-sama, mbak. Tidak apa tidak menggunakan bulu mata palsu, toh bulu mata mbak lentik dan lebat. Tetap terlihat cantik".
"Terima kasih atas pengertiannya".
"Iya, benar adik saya memang cantik tanpa harus menggunakan bulu mata palsu. Terlebih saat ini ia mau menikah". Goda Tarra.
"Apa sih kak". Ucap Acha malu.
"Astaga, blus-on nya ketebalan kayaknya, pipinya merah sekali". Godanya lagi.
"Tarra, jangan goda adikmu. Temani saja istrimu sana". Membela Acha.
Acha menjulurkan lidahnya saat melihat Tarra memanyunkan mulutnya yang harus berhenti menggoda dirinya. Padahal menggoda Acha adalah kebahagian bagi Tarra terlebih setelah menikah sudah jarang menggoda adiknya. Setelah kepergian Tarra Maryam memandang Acha dengan pandangan bahagia. Bahagia karena putrinya usdah dewasa dan sebentar lagi akan menyusul kakaknya untuk berkeluarga.
Acha berhambur memeluk uminya. Ia tak kuasa menahan air matanya yang sudah dari tadi ia tahan saat Maryam datang. Baginya Maryam adalah bidadari yang dikirim Pencipta untuk membimbingnya, mengajarinya banyak hal yang tak pernah ia dapat dari siapa pun.
"Jangan nangis sayang, nanti make upnya luntur. Kan jelek rupanya". Ucap Maryam sambil tertawa.
"Umi…". Rengek Acha.
Sementara itu dilain tempat Rendra tak bisa diam, ia mondar mandir bak setrika tidak bisa tenang. Fadil sahabat Rendra yang melihat itu terlihat kesal. "Duduk!". Perintahnya. Rendra manut saja menuruti perkataan fadil.
"Tenang bro, mondar mandir nggak jelas kayak tadi nggak bakalan buat kamu tenang". Nasehat Fadil.
"Terus harus gimana?. Gugup nih"
Fadil tersenyum mendengar jawaban polos dari mulut Rendra. Siapa yang tak gugup menghadapi momen yang sakral seperti ini. "Tarik nafas dalam dalam lewat hidung, terus buang perlahan lewat mulut". Saran Fadil.
Rendra mengikuti intruksi yang diberikan oleh Fadil. Setelah merasa tenang mereka berjalan keluar dari kamar karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Sementara untuk resepsinya dilaksanakan pukul dua siang di hotel Aston.
"Pa, Rendra nervous". Lirihnya pada Sakha.
"Serahin sama Allah Ren. InshaAllah acara ini bisa berjalan dengan lancar". Katanya menenangkan.
Diulang ulangnya bacaan istigfar untuk menenangkan dirinya. Tak lupa ia berdoa meminta kelancaran untuk hari ini.
Jantungnya semakin cepat berdenyut tak kala tangan itu tergenggam oleh Arsyad. Dilain tempat perasaan yang sama dirasakan oleh Acha. Tangannya semakin erat menggenggam tangan Athaya sahabatnya. Saking gugupnya ia sampai tak mendengar ucapan sah dari para saksi yang berada disana.
"Ca, udah selesai. Malah bengong anak ini". Ucap Athaya menepuk bahu Acha pelan.
"Ah.. iya, apa?". Tanya Acha tak focus.
"Akadnya udah selesai. Kita turun yuk!" Ajak Athaya.
Setelah menandatagani buku nikah. Acha dimita untuk mencium tangan Rendra. Acha terlihat ragu untuk memegang tangan Rendra melihat itu Kamila yang ada disamping mereka jadi geregetan diraih tangan keduanya dan menuntun Acha untuk mencium punggung tangan Rendra. Beralih kini Rendra mengecup puncak kepala Acha tanpa harus dibimbing oleh mamanya seperti yang dilakukan pada Acha.
Lalu mereka pun saling menyematkan cincin.
Sekarang kini mereka sedang dikamar Acha untuk beristirahat sebelum acara resepsi dimulai. Mereka sama-sama tenggelam dalam keheningan dengan Rendra yang berada di pinggir kasur king size milik Acha dan Acha yang duduk di meja rias sambil mencoret abstrak sebuah buku.
"Aku mandi duluan". Ucap Rendra memecah keheningan diantara mereka.
"Silakan!'.
Saat Rendra masuk ke dalam kamar mandi, Acha menyiapkan tempat sholat untuk mereka.
"Hmm…, mau sholat bareng?" Tanya Rendra selesai dari kamar mandi.
Acha mengangguk tanpa melihat wajah lawan bicaranya. Ia masih malu karena untuk pertama kalinya ada laki-laki selain abi dan kakaknya yang masuk ke dalam kamarnya. Terlebih kamarnya yang didominasi dengan warna pink. Yang pasti terlihat seperti lucu untuk pria yang ada dihadapannya itu.
"Oke mas tunggu". Sengaja Rendra menyebut dirinya dengan sebutan mas, karena melihat kebingungan Acha dalam memilih panggilan untuk dirinya. Selain itu, ingin dipanggil dengan sebutan mas.
Melihat Acha yang keluar dari kamar mandi meggunakan jilbab membuat Rendra berguman dalam hati."Semurni inikah perempuan dihadapkanku ini ya Allah, sampai aku yang sudah resmi menjadi saminya masih ia gunakan hijab di kepalanya".
"Ayo mas!". Ucap Acha setelah menggunakan mukenanya.
Usai sholat, masih saja Acha ragu untuk mencium punggung tangan Rendra. Itu membuat Rendra tanpa sadar tersenyum geli dengan sikap perempuan yang sekarang sudah sah menjadi istrinya.
Setelah selesai sholat mereka ditempatkan diruang terpisah untuk di rias. Setelah selesai di rias Acha trun kebawah menemui suaminya.
Di Ballroom hotel yang terhubung dengan kolam renang Rendra dan Acha menyalami para tamu yang datang. Sengaja mereka memilih tempat yang agak terbuka agar acara resepsi mereka dilaksanakan dengan semi formal, membuat tamu nyaman untuk berseleweran.
Keduanya menggunakan pakaian berwarna biru langit sesuai dengan tema dekorasi yang mereka rencanakan. Gaun yang digunakan Acha menjadikannya terlihat seperti seorang Cinderella dalam negeri dongeng, begitu juga dengan tuxedo yang digunakan Rendra terlihat bak pangeran.
Disela-sela menyalami tamu, MC meminta kepada kedua mempelai untuk menyumbangkan sebuah lagu. Rendra mengangguk menyakinkan istrinya menggenggam tangan mungil itu menyalurkan kekuatan. Saat tiba diatas panggung dekat dengan kolam renang, tiba-tiba terdengar suara teriakan dan bunyi benda yang tercebur. Reflek semua yang ada disana memusatkan perhatiannya kea rah kolam termasuk kedua mempelai. Acha yang melihat ada yang membutuhkan pertolongan seketika itu juga jiwa relawannya langsung terbangun, tak menghiraukan gaunnya. Ia melompat masuk ke dalam kolam membuat orang yang ada disana ternganga untuk beberapa saat.
Melihat istrinya yang melompat masuk ke dalam kolam, Rendra melompat cepat menyusul istrinya. Membantu Acha mengangkat korban ke pinggir kolam. Dengan cepat Acha naik ke atas kolam tanpa peduli dengan gaunnya yang sudah basah kuyup. Dibukanya jalur nafas seorang perempuan yang kisaran umurnya delapan belas tahun. Sambil melihat ke arah dada perempuan itu, Acha memeriksa nadi karotisnya. "Tidak ada kehidupan, bantin Acha".
"Siapapun panggilkan ambulan!". Perintah Acha setengah berteriak.
Sambil menunggu ambulan datang atau dokter hotel yang mungkin saja disediakan oleh pihak hotel untuk berjaga-jaga jika terjadi kejadian yang tak terduga seperti sekarang ini. Acha melakukan pijatan jantung yang pastinya tak dipahami oleh orang yang ada disana. Semasa kuliahnya Acha mengikuti organisasi Korp Suka Rela Palang Merah Indonesia yang biasa mereka singkat dengan KSR-PMI. KSR-PMI merupakan salah satu cabang dari PMI yang berada di tingkat universitas. Selain itu juga, Acha aktif mengikuti kegiatan di PMI, terkadang ia ditugaskan di daerah bencana untuk membantu, karena ia merupakan salah satu relawan yang sudah memiliki sertifikasi pertolongan pertama. Walaupun jurusan yang diambilnya adalah ilmu hukum dengan konsetrasi Pidana dan lebih terfokus dengan anak, tetapi mengenai pertolongan pertama sudah menjadi keahliannya terlebih ia juga pernah mengikuti spesialisasi ambulance yang merupakan lanjutan dari pertolongan pertama.
Gadis itu terbatuk, menandakan ia sudah sadar, dimiringkan stabil tubuh gadis itu agar ia bisa mengeluarkan air yang telah masuk ke dlaam tubuhnya. Setelah ia merasa membaik diperiksa nadi radialis milik gadis itu. "Sepertinya taka pa, Cuma butuh istirahat saja". Guman Acha lebih ke dirinya sendiri. Setelah selesai melakukan penanganan, barulah petugas amblan datang, melihat pasien sadarkan diri, mereka membawa gadis itu untuk diberikan inpus sebagai tambahan energy menggantikan energy yang telah hilang.
Melihat kelihaian istrinya dalam menolong sesame membuat Rendra merasa bangga sekaligus beruntung memilikinya. Selain cantik, sopan dan ramah. Perempuan ini memiliki jiwa social yang tinggi. Mungkin orang lain akan berpikir dua kali untuk melakukan pertolongan dengan pakaian seperti itu. Pasti menyusahkan menolong orang dengan pakaian seperti itu.
Dibalik tubuh mungil terlihat lemah itu, ia memiliki kekuatan yang hebat, membuat siapa pun yang melihatnya takjub tak percaya dengan apa yang dilihatnya itu.
"Ayo ganti bajumu, jangan sampai kamu masuk angin". Ucapnya sambil menyampirkan handuk ke bahu Acha. Entah sejak kapan ia membawa handuk, tak ada satu pun yang memperhatikan.
"Mas, juga". Ucap Acha melihat tuxedo milik Rendra juga basah.
"Apakah kamu mau mandi bersama?". Goda Rendra yang dibalas pelototan dari Acha membuat orang yang ada disana tertwa melihat tingkah pasutri yang beberapa jam lalu mengikrarkan diri dalam ikatan suci.
"Wajahmu memerah" Kembali Rendra menggoda Acha.
"Mas…". Rengek Acha.
Tontonan yang mengasyikan bagi para tamu melihat interaksi keduanya dan tentunya tontonan ini gratis dan live.