Pagi harinya dengan perasaan harap cemas bersama para bapak yang lain yang juga sedang menunggu istrinya. Acha keluar dengan tangis yang siap pecah, melihat itu Rendra menjadi khawatir, dipeluknya tubuh Acha berusaha menenangkan walau ia sendiri apa yang menyebabkan bidadarinya menangis seperti ini.
Seorang bapak dengan wajah tegas menghampiri Rendra mengucapkan selamat disusul oleh bapak yang lain. Hal itu menambah kebingungan dihati Rendra.
"Aku hamil mas". Ucap Acha menguraikan pelukannya.
Rendra bersujud syukur mendapatkan kabar bahwa ia akan menjadi seorang bapak seutuhnya. Akhir penantiannya berbuah manis, ia memeluk kembali tubuh mungil istrinya berterima kasih.
"Kita harus kasih tahu papa mama, sayang". Ucap rendra kemudian mengambil handphonenya. Setelah sambungan tersambung ia memberitahu mamanya bahwa Acha sedang hamil, kemudian berlanjut ke mertua dan kakak iparnya.
"Pak, aku akan jadi bapak". Ucap Rendra bahagia kepada para bapak yang menemani istrinya.
Para bapak itu ikut bahagia melihat kebahagian Rendra. Ia memaklumi karena sebagian pernah berada di posisi itu.
"Mas, temenin ke rumah mama ya, pengen makan mangga muda yang ada dibelakang rumah mama itu". Pinta Acha setelah masuk ke dalam mobil.
"Ok. Princess". Sambil mengusap pelan kepala Acha.
Mobil BMW itu kemudian melaju membelah jalan yang begitu padat dengan lalu lalang orang yang ingin melepas penatnya bekerja dari hari senin sampai hari jumat.
Kedatangan Acha dan Rendra disambut bahagia oleh Sakha dan Kamila, malah Acha sudah dibuatkan rujak terasi, buah mangganya langsung dipetik dari pohon belakang rumah sesuai dengan intruksi Rendra.
"Kok mama tahu kalau aku pengen ngerujak". Tanya Acha heran
"Tahulah, mama gitu lo". Ucap Kamila mengikuti gaya anak zaman sekarang.
"Mama, bisa aja". Ucap Acha menyenggol lengan Kamila. Mereka kemudian menuju taman kecil belakang rumah sambil memakan rujak yang sudah dibuat.
Bercerita ini itu layaknya teman lama yang tidak pernah bertemu, bercerita banyak hal tentang masa lalu bagaimana ia melahirkan anak-anaknya hingga tumbuh besar seperti sekarang. Sungguh besar pengorbanan seorang ibu, menahan rasa sakit dan menjual waktu demi anak anaknya. Sebentar lagi ia juga akan menjadi seorang ibu, semoga ia mampu membesarkan buah hatinya seperti wanita hebat di depannya ini.
Lama kelamaan Acha mulai mengantuk, tapi ia ingin tetap berada disini menikmati angin yang membelai wajahnya. Acha kemudian berbaring dengan paha Kamila sebagai bantalnya. Ia menikmati usapan lembut tangan ibu yang membelai kepalanya.
"Ma". Panggil Rendra menghampiri Kamila. Kamila menempelkan jari telunjuk kearah mulut sebagai isyarat diam.
Rendra hanya menggeleng tersenyum melihat Acha yang tertidur, akhir-akhir ini ia begitu sering tertidur tanpa melihat tempat sekitarya, ketika kantuk mulai menghampiri ia akan tidur entah itu dimana.
Tidak ingin melihat mamanya kecapean, Rendra mengambi alih posisi sebelumnya, membiarkan Acha tidur dalam pangkuannya. Menikmati wajah polos istrinya. Melihat itu, Rendra merasa bersalah, ia belum berani jujur kepada istrinya, ia takut ditinggal Acha terlebih sekarang Acha sedang mengandung buah hatinya.
Membayangkan Acha meninggalkannya membuat hati Rendra sesak tanpa sadar air matanya keluar hingga jatuh mengenai wajah Acha membuat orang yang sedang tertidur itu terusik. Sambil mengerjapkan mata menyeimbangkan dengan pencahayaan yang ada, ia bingung melihat mata Rendra yang memerah. "Mas, kenapa?". Tanya Acha mengelus bekas air mata dipipi suaminya.
"Mas, cuma bahagia kita diberi kesempatan menjadi orang tua". Bohong Rendra.
"Iya, mas aku bahagia banget". Senyum Acha.
Melihat senyum bahagia Acha semakin teriris hati Rendra, ia tidak akan pernah sanggup melihat senyum itu berganti dengan tangis.
"Mas…". Panggil Acha.
"Iya".
"Temenin ke super market".
"Ayo, emang mau beli apa?",
"Mau beli bahan buat pancake".
Rendra menggandeng tangan Acha dan meminta izin kepada mamanya untuk pergi. Walaupun Kamila sudah menyuruhnya untuk tidak pergi lantaran mereka baru saja sampai, ia bisa menyuruh ART pergi belanja. Namun, karena itu keinginan Acha, membuat Kamila dengan terpaksa memberi izin. Ia tidak ingin calon cucunya ileran ketika permintaan Acha tidak dituruti.
Niat awal mereka hanya ingin membeli bahan untuk membuat pancake, tapi melihat beranekaragam snack yang terbuat dari bahan matcha, Acha tanpa sadar memasukan makanan-makanan itu ke dalam keranjang belanjaannya, jadilah keranjang mereka penuh dengan aneka makanan matcha.
"Rendra". Panggil seorang perempuan menghampiri Rendra.
Rendra terkejut melihat siapa yang menghampirinya, ia tidak menyangka akan bertemu disini setelah sekian lama mereka berpisah dan tidak pernah saling menghubungi satu sama lain.
Mendengar nama suaminya dipanggil Acha yang tidak jauh dari sana menoleh ke sumber suara. Ia melihat perempuan cantik tanpa hijab menghampiri suaminya. Dalam pikirannya mungkin saja itu teman lama Rendra. Akan tetapi saat Acha menghampiri mereka, perempuan itu memeluk Rendra. Rendra hanya diam tanpa membalas atau menolak pelukan itu.
Acha mencoba berpikir positif, mungkin saja itu kebiasaan orang Jakarta ketika bertemu temannya. "Siapa, mas?". Tanya Acha menghampiri suaminya.
Rendra semakin gugup membuat Acha memicingkan mata, berusaha tenang Acha berkata. "Teman, mas Rendra ya, kenalin aku Acha istrinya mas Rendra". Ucap Acha mengulurkan tangannya.
"Anggun". Menjabat tangan Acha ragu.
"Sepertinya, ada hal lain yang ingin kalian bicarakan. Mas, Acha tunggu di mobil aja ya". Ucap Acha sesantai mungkin. Mengambil alih keranjang yang dipegang Rendra.
Acha sengaja meninggalkan Rendra dengan perempuan itu, ia ingin agar Rendra dapat menyelesaikan masalahnya, berdamai dengan masa lalu. Agar ke depannya tidak ada sesuatu yang menghantui rumah tangga mereka.
Menunggu Rendra, Acha memilih menonton anime di handphone sambil memakan snack yang barusan dibelinya. Mengenai perasaan Acha, wanita mana yang tidak resah melihat lelakinya bersama perempuan dari masa lalunya, apalagi perempuan itu adalah yang dicintai suaminya. Berpura-pura tenang, itulah yang dilakukan Acha, menonton anime hanya alasan untuk tidak berpikir terlalu jauh. Takut, ada rasa takut, takut jika lelaki yang sudah bersandang sebagai suaminya kembali menggali perasaan yang sempat tertinggal. Acha tahu tidak mudah melupakan seseorang yang dicintai untuk membangun cinta baru.
Acha bisa pulang sendiri?, mas mau menyelesaikan permasalahan mas
Mendapat pesan seperti itu dengan berat hati Acha melajukan mobilnya. Lajunya bukan kearah rumah, melainkan suatu tempat yang mungkin bisa menenangkan hatinya. Alasan kedua, ia tidak ingin kerumah mertuanya karena akan menimbulkan pertanyaan besar bagi orang yang sudah dianggap orang tua oleh Acha.
Perempuan dengan segala kerumitannya
Tapi siapa sangka dibalik sifatnyayang rumit
Dia begitu rapuh namun sok tegar di hadapan orang lain
Dibalik genggamannya yang lembut tersimpan harapan utuh
Yang seringkali tidak dipahami lawannya
***
"Aku datang kesini untuk menagih janjimu".
"Tapi aku sudah menikah Nggun". Menunjukkan cicin yang melingkar dijari manisnya.
"Lalu, kau akan melupakan semua janjimu?". Tanya Anggun dengan raut tidak percaya. Rendra hanya menunduk merasa bersalah.
"Tatap aku Rendra, jika kamu tidak bisa menepati janjimu, seharusnya kamu tidak berjanji waktu itu dan juga seharusnya aku tidak percaya janji-janjimu itu".
"Aku dijodohkan".
"Lantas dengan alasan dijodohkan, kamu mau dan melupakan janjimu?, kamu bisa menolak kan?."
"Aku nggak bisa Nggun".
"Kamu pecundang Ren, aku kecewa sama kamu". Ucap Anggun membuat Rendra yang semula menunduk mendongakan kepalanya.
"Aku juga kecewa sama kamu, kamu ninggalin aku, kamu nggak pernah sedikit pun berkabar".
"Ingat Ren, yang izinin aku pergi buat raih mimpiku itu kamu. Kenapa aku tidak pernah mengabarimu, karena handphone, laptop, tasku semuanya hilang. Untung saja pencuri itu masih berbaik hati meninggalkan ku paspor".
"Sekarang aku harus bagaimana?". Tanya Rendra frustasi. Jujur saja ia masih menyimpan perasaan terhadap wanita dihadapannya. Akan tetapi sekarang ia sudah mempunyai istri yang begitu baik padanya.
"Baiklah, aku tidak ingin mengganggu hubungan kalian dan istrimu terlihat begitu baik. Aku akan kembali ke Jerman tapi sebelum aku pergi aku ingin mengukir pengalaman indah sebelum aku pergi, anggaplah sebagai permintaan maaf padaku, bagaimana?". Tawar Anggun.
"Berapa lama?".
"Hanya seminggu dimulai dari besok".
"Baiklah". Ucap Rendra.
Rendra kembali mengingat percakapannya bersama Anggun, terselip rasa khawatir jika keputusan yang ia ambil bukanlah keputusan yang baik untuk rumah tangganya, tapi jika Anggun tetap berkeliaran di hadapannya ia pasti akan sulit untuk melupakannya tentunya akan menyakiti perasaan Acha orang yang mulai ia cintai.
"Mas". Ucap Acha menepuk pelan pundak Rendra.
"Apa ada masalah di kantor?". Tanya Acha mengamati wajah Rendra yang terlihat kusut.
Rendra hanya tersenyum, mengusap lembut tangan mungil Acha soraya menggelengkan kepala.
"Mas, aku sudah buatin bolu coklat mungkin bisa ngembaliin mood, katanya coklat mampu melepaskan hormon endorfin ke otak dimana endorfin sangat membantu menurunkan tingkat stress. Siapa tahu mood mas bisa balik lagi".
"Baiknya istriku, perhatian sekali". Ucap Rendra tersenyum bahagia. Berulangkali ia mengecup tangan istrinya.
"Sudah mas, geli". Ucap Acha malu.
Melihat rona merah di pipi istrinya terbesit ide jail. "Kenapa pipimu merah, kamu sakit?". Tanya Rendra pura-pura khawatir.
Memegang pipinya yang terasa menghangat, Acha langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Jangan menutup wajah cantikmu". Ucap Rendra meraih kedua tangan Acha.
"Berhenti menggodaku mas". Ucap Acha semakin malu.
"Aku tidak menggodamu".
Skakmat Acha, kamu terlalu PD. "Barusan itu".
"Mana ada, kamu terlalu PD".
"Barusan itu, mas goda aku".
"Tidak, aku tidak menggodamu, apa kamu ingin digoda oleh ku". Ucap Rendra semakin menjadi.
Itu tad-". Belum selesai Acha menyelesaikan ucapannya, sebuah panggilan masuk mengintrupsi perdebatan mereka.
"Acha, sepertinya mas tidak bisa menemani mu, mas ada janji menemani teman yang datang dari Jerman". Ucap Rendra tidak sepenuhya bohong.
"Iya, nggak papa kok mas". Ucap Acha sambil tersenyum tulus.
Setelah kepergian Rendra, Acha memandang nanar bolu coklat yang belum sempat dimakan suaminya.
Dari pada hanya di diamkan saja, Acha berusaha menikmati bolu buatannya sendiri mensugesti dirinya bahwa semua akan baik-baik saja.