Memaafkan

Rendra sudah dibolehkan pulang dari rumah sakit, wajah dan tangannya berangsung angsung membaik. Hanya tinggal luka dibagian perutnya yang terkadang masih terasa perih. Sungguh Athaya bukan perempuan sembarangan sampai bisa menghajar Rendra sedemikian rupa.

"Ngapain kamu kesini?". Sinis Athaya pada seorang perempuan yang tidak lain adalah Anggun.

"Maaf sebelumnya, aku ingin minta maaf kepada semuanya terutama istrinya Rendra, tidak seharusnya aku bersikap seperti itu ke Rendra. Aku sadar atas semua kesalahan yang telah aku lakukan. Aku datang kesini untuk minta maaf". Ucap Anggun tulus.

Acha hanya tersenyum mengangguk.

"Kamu nggak ada niat buat rebut suami orang kan?". Tanya Athaya galak.

"Awalnya saya ada niat seperti itu, tapi mendengar ucapanmu waktu itu membuat aku sadar. Tidak sepantasnya seorang perempuan menyakiti sesama perempuannya. Terima kasih telah menyadarkanku". Jujur Anggun.

"Bagus dah kalau begitu". Wajah Athaya masih terlihat tidak bersahabat walaupun tidak semenyeramkan yang tadi.

"Aku pamit Ren. Aku bakalan balik ke Jerman. Jaga istrimu baik-baik, dia adalah bidadari yang dikirim Tuhan untukmu, jangan membuat dia kecewa". Nasehat Anggun. Sejak melihat Kesya, Anggun merasa minder dengan akhlak yang dimiliki wanita itu. Jadi menurutnya, ia harus bisa mengikhlaskan Rendra untuk perempuan sebaik Keysha.

Anggun kemudian memeluk Keysha lalu pergi meninggalkan orang-orang yang ada disana.

Akhirnya satu masalah telah selesai. Kejujuran, kesabaran dan keberanian harus ditempatkan pada tempatnya masing-masing. Apa pun itu, dalam sebuah hubungan kejujuran adalah kunci utama langgengnya sebuah hubungan, kejujuran melahirkan kepercayaan satu sama lain.

Kesabaran adalah merupakan sifat yang tidak banyak dimiliki oleh setiap orang. Akan tetapi kesabaran mampu membuat kita bertahan akan segala situasi. Menjadikan kita pribadi yang lebih kuat.

Hidup juga tentang sebuah keberanian, keberanian mengambil tindakan, keberanian menerima konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan. Memiliki sahabat yang pemberani terkadnag bukan suatu masalah, itu adalah anugrah. Dia adalah salah satu bentuk kemurahan dari sang Pencipta.

Setelah mengantarkan Keysha dan suaminya Athaya pergi menemui seseorang yang tak lain adalah orang yang selalu ada untuknya ketika ia membutuhkan bantuan.

"Tolong jaga Acha untuk ku". Ucap Athaya pada laki-laki itu.

"Dia sudah memiliki suami, kamu minta saja pada suaminya".

"Aku sudah tidak percaya dengan suaminya. Bukankah kamu mencintainya". Ucap Athaya dengan gambling.

"Itu dulu, sebelum aku bertemu dengan seseorang". Ucapnya dengan serius.

"Lupakan keinginanmu itu". Ucap Athaya dengan nada perintah. Ia tahu siapa yang dimaksud dengan laki-laki itu.

"Apakah tidak ada kesempatan?".

"Tidak akan pernah ada".

"Izinkan aku menyembuhkan lukamu. Jika kamu takut dengan penyakit yang aku miliki, delapan puluh persen aku sudah dapat mengendalikannya. Juga kami sama-sama menyukai orang yang sama, kamu tidak perlu takut jika aku yang lain muncul".

"Aku tidak takut dengan siapa kamu, tapi aku tidak akan pernah bisa membuka hatiku".

"Baiklah jika itu maumu. Aku tidak akan melakukannya".

"Kau mengancamku?". Ucap Athaya menatap laki-laki itu.

"Aku tidak mengancammu, aku hanya ingin membuatmu menurunkan sedikit egomu".

"Kau mengancamku Rian". Bentak Athaya. Ya, lawan bicara Athaya adalah Rian, Rian dosen pembimbing Keysha. Rian juga orang yang selalu membantu Athaya. Tapi itu, Rian ketika ia tidak menjadi Rian.

"Terserah anggapanmu, At". Ucap Rian masih bersikap tenang.

Rian memang dulu mencintai Keysha, tetapi dirinya yang lain menyukai Athaya. Sampai Athaya menyadari jika Rian adalah orang berbeda. Rian terlalu pandai menyembuyikan siapa dirinya dihadapan orang lain. Tapi tidak dihadapan Athaya.

Rian mulai tertarik dengan Athaya sejak Athaya mengetahui siapa dirinya sebenarnya dan Athaya tidak mempermasalahkan hal itu.

Mereka terdiam dalam keheningan, hanya sesekali angin bertiup memecah kesunyian.

"Jika suatu nanti terjadi suatu hal yang membuat kita harus berpisah, apa yang akan kau lakukan?,". Tanya Athaya setelah sekian lama terdiam.

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu, jika itu bukan permintaanmu". Ucap Rian dengan mantap.

"Apa itu artinya kamu mau menerimaku?". Tanyanya memastikan.

"Iya, setelah aku bisa memastikan Keysha hidup bahagia".

"Terima kasih". Ucap Rian tersenyum hangat.

"Aku akan pergi selama beberapa bulan, aku titip Acha padamu". Ucapnya lalu pergi begitu saja.

"Semoga pilihanku tepat". Batin Athaya.