Di dalam ruangan VIP semua orang tengah bersuka cita menyambut lahirnya seorang bayi perempuan cucu pertama keluarga Sakha dan cucu ketiga bagi keluarga Arsyad.
Kedua mertua itu saling berebutan menggendong Adzkia Saufa Dafita nama bayi yang beberapa jam lalu telah lahir ke dunia.
"Sayang, terima kasih telah melahirkan putrid kecil kita. Lihat para orang tua kita seperti anak kecil yang diberikan mainan baru menyambut putrid kecil kita".
Keysha hanya tersenyum hangat melihat para orang tua yang sedang mengajak Adzkia bermain, padahal umurnya belum genap sehari.
Air mata yag ditahannya akhirnya terjatuh juga, kali ini air mata kebahagiaan. Sementara di seberang sana, seorang sahabat dari balik handphonenya meyaksikan kebahagian sahabatnya.
"Aku bahagia melihatmu bahagia, semua ini awal kebahagianmu". Batin Athaya. Ia juga menangis haru melihat sahabatnya sudah memiliki anak.
Ditengah moment bahagia itu, handphone Rendra berbunyi menandakan sebuah pesan masuk. Wajah Rendra langsung berubah setelah membaca pesan yang diterimanya hal itu tidak luput dari penglihatan Athaya dan Rian.
"Ma, Pa, Umi, Abi. Ada masalah di kantor, Rendra harus segera kesana". Ucap Rendra memanggil para orang tua.
"Kamu bisa menyerahkannya pada Fadil". Ucap Sakha.
"Tidak bisa, pa".
"Bukannya Fadil sudah biasa menggantikan pekerjaan kamu?". Tanya Sakha heran.
"Ya, kamu diam aja disini nemenin istri kamu, biar kerjaan kantor aku yang handle". Ucap Fadil menyetujui ucapan Sakha.
"Tidak bisa Dil, harus aku sendiri yang turun tangan". Kekeh Rendra.
Ucapan Rendra terasa aneh bagi Fadil tidak biasanya Rendra lebih mementingkan pekerjaanya dari pada istrinya. Tidak ingin suuzon, Fadil hanya diam tidak ingin berkomentar lebih lanjut.
"Sayang, aku pamit ya". Ucap Rendra mengecum lembut kening istrinya, setelah itu ia menyambar jaket dan kunci mobilnya.
"Suamimu memang gila kerja. Pa, kenapa papa nggak ngelarang Rendra pergi sih, kasian kan Acha ditinggal". Ucap Kamila merajuk.
"Kan ada mama, papa, umi, abi dan yang lain nemenin aku disini. Mungkin mas Rendra lagi ada masalah yang harus cepat diselesaikan". Ucap Keysha membela Rendra.
"Masalah apa yang lebih penting dari nemenin istri yang baru saja melahirkan. Dulu papa mu sesibuk sibuknya dia kerja, waktu mama ngelahirin dia stay dua puluh empat jam disamping mama". Gerutu Kamila.
"Udahlah ma, orangnya sudah pergi". Ucap Sakha menengahi.
"Iish, papa malah belain anak tengil itu. Mama malu sama umi dan abinya Acha". Ucap Kamila tidak enak hati.
"Nggak papa, mungkin nak Rendra memang ada urusan penting, kita doakan saja urusannya cepat selesai". Ucap Arsyad bijak.
Sementara itu, tanpa ada yang menyadarinya, Rian dan Athaya telah membahas kecurigaan masing-masing terhadap Rendra.
Rian pamit undur diri karena ada yang harus dikerjakan dan itu dapat dimaklumi oleh semua yang ada disana.
Setelah keluar dari ruangan Keysha, Rian segera berlari mengikuti kemana perginya Rendra.
Kecurigaannya semakin menjadi ketika Rendra membelokan kemudi mobilnya ke jalan lain, bukan ke jalan menuju kantornya. "Mau kemana dia?". Ucap Rian pada dirinya sendiri.
Ini kan rumah yang diberikan Tarra pada Acha. Rian mengetahui rumah itu pemberian Tarra dari Athaya, waktu itu ia diminta Athaya untuk menjemputnya.
"Apa yang akan dia lakukan?". Batin Rian melihat Rendra mulai memasuki rumah itu.
Rian menunggu Rendra dari dalam mobilnya, tidak mungkin Rian ikut masuk, bisa-bisa dia ketahuan memata-matai Rendra.
Tak berselang berapa lama, mobil yang semula terparkir di halaman rumah itu keluar memecah jalan raya. Rian melihat dengan jelas bahwa ada seorang perempuan berada di dalamnya.
"Siapa perempuan itu?". Batin Rian.
Tanpa membuang waktu, Rian kembali mengikuti mobil yang dikendarai Rendra. Mobil itu berhenti di halaman rumah sakit ibu dan anak.
"Bajingan". Umpat Rian sambil memukul kemudi mobilnya. Rahangnya mengeras dengan tangan terkepal keras.
Deringan telephone mengalihkan perhatian dari objek yang sadri tadi diamatinya. Rian dibuat bingung oleh deringan telephone itu, lebih tepatnya orang yang menelphonenya. Haruskah ia jujur dengan apa yang dilihatnya itu ataukah menyimpannya sendiri sampai semuanya benar-benar jelas. Tapi bagaimana jika yang dilihatnya benar adanya dan ia terlambat memberi tahu Athaya, itu akan berdampak buruk pada hubungannya. Akan tetapi jika ia memberi tahunya sekarang apa yang dilihatnya, ia seratus persen yakin, Athaya akan segera terbang kemari menghajar bajingan itu, meninggalkan pekerjaannya yang ada disana.
"Sial". Umpat Rian.
"Anggap saja, aku tidak mendegar panggilanmu, aku sedang fokus dengan tugasku". Ucap Rian menghibur diri.
Karena kehilangan jejak Rian memilih menunggu di dalam mobilnya. Walaupun tidak yakin, Rian berharap apa yang dilihatnya bukan seperti yang ada dipikirannya.
Setelah sekian lama menunggu, Rendra dan perempuan itu keluar meninggalkan rumah sakit. Bayi itu terus saja menangis dalam dekapan perempuan itu.
Mengetahui laju mobil itu ke rumah yang tadi, Rian memilih memutar balik laju mobilnya.