6

Matahari telah menampilkan Batang hidungnya dan burung-burung pun menyambut kedatangannya dengan berkicau riang, serta udara pagi yang terasa menenangkan menerpa setiap sudut bumi ini, semua orang pun sudah kembali beraktifitas seperti sedia kala, dengan macetnya dan suara bising ibu kota tidak membuat wanita yang terlelap semalam membuka matanya.

Ia merasakan tubuhnya sedikit berat, ia merasa seperti di peluk oleh seseorang, ia menggeliatkan tubuhnya karena tidak nyaman dengan keadannya saat ini. dia merasa perutnya terasa tertindih oleh benda yang membuatnya sedikit sesak.

Gita memutar tubuhnya sehingga kini Indra penciumannya mencium sebuah aroma yang menenangkan, ia semakin memperdalam pelukan itu dan menghirup lebih dalam aroma yang memabukan ini.

Seperti tak mau menghiraukan siapapun, dia mengeratkan pelukannya pada guling yang selalu menemaninya, tapi tunggu sepertinya ada yang aneh dengan gulingnya. apa gulingnya sudah berubah, dia merasa gulingnya sedikit lebih keras namun aroma guling ini sangat membuatku nyaman, aroma mint yang berputar di rongga hidungnya tak mau di lepaskan.

"Pulasnya Istriku tidur." Gilang yang sedari tadi sudah terbangun tak beranjak dari posisinya, ia ingin membuat kejutan untuk Istri mudanya ini, ya karena perbedaan umur mereka sekitar 3 tahun.

Gita reflek menganggukan kepalanya, sedangkan Gilang ia terkekeh melihat tingkah Gita yang sangat menggemaskan, tubuh gempal istrinya sangat membuatnya nyaman, apalagi saat memeluk Gita dan menghirup aroma tubuh Gita yang beraroma seperti aroma bayi.

Gilang mencubit gemas hidung Gita, "Bangun gendut... " ucap Gilang.

Gita merasakan sesak napas, ia membuka matanya dan betapa terkejutnya bahwa Gilang berada di hadapannya dan lebih tepatnya di kasur yang sama dengannya.

Gita reflek mendorong Gilang sehingga menyebabkan pria itu terjatuh. Gita langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Apa yang kamu lakukan?" ucapnya panik, kenapa Gilang bisa ada di sini, Gita memperhatikan sekitar dan kenapa dia bisa ada di... Rumah sakit?

Gilang mengelus bokongnya yang terasa sakit akibat ulanh Gita yang mendorongnya hingga terjatuh membuat bokongnya dengan bebas mencium lantai. Ia menatap Gita kesal, lalu ia berfikir untuk mengerjai istrinya tersebut.

"Menurutmu? Apa yang di lakukan oleh lelaki dan perempuan di satu ruangan dan disini hanya kita saja." Gilang menaikan sebelah alisnya dan memberikan senyum iblisnya. Mata Gita membulat mendengar itu.

Gita melihat dan memeriksa tubuhnya serta meraba setiap bagian tubuhnya, "Kenapa? Apa salah kalau suami tidur di samping ISTRINYA? " Gilang bangkit dan mendekat kearah Gita, ia mendekatkan wajahnya tepat didepan wajah Gita sehingga membuat jarak mereka semakin dekat dan itu membuat Gita tak nyaman, Gita menahan nafas saat Gilang berada dekat bahkan sangat dekat.

Gita mencoba untuk mengontrol kegugupannya, "Apa kamu bilang?" Gilang memandang wajah Gita kemudian turun hingga kini matanya menatap belahan dada Gita yang terlihat karena baju yang di kenakan Gita sedikit melorot ke bawah.

Gita yang melihat arah pandang Gilang langsung mengangkat tangannya agar menutupi bagian tersebut, Gilang pun terkekeh lalu memajukan kepalanya sehingga berada tepat di samping telinga Gita, Gilang berbisik, "Sekarang kamu adalah Istri sah ku." lalu tanpa malu Gilang mengecup leher Gita dan itu berhasil membuat Gita merinding.

Sensasi geli pada tubuh Gita membuatnya reflek memundurkan tubuhnya membuat Gilang yang menatap Gita kembali tersenyum, "Ternyata di sana? Titik sensitif mu?"

Gita geram dengan apa yang di ucapkan Gilang. Pria tua ini sangat mesum dan ucapannya tak bisa di jaga.

'Dan bagaimana mungkina aku dan dia menikah.'

"Kau pasti bohong." dia gak boleh percaya begitu saja, bisa saja ini akal-akalnya saja.

Gilang mengangkat tangan kiri Gita dan juga tangan kirinya, Gita melihat sebuah cincin pernikahan yang melingkar manis di kedua jari manis dirinya dan Gilang.

"Aku tak percaya..ini pasti muslihatmu kan? Dan aku ga akan percaya hanya karena sebuah cincin bodoh ini." Gilang memutar matanya jengah namun detik berikutnya ia mengangguk kemudian menjauhkan tubuhnya dari Gita, Gilang berjalan menuju sebuah nakas dan membuka laci itu, ia mengambil sebuah map merah dan menyerahkan kepada Gita dengan cara melemparnya.

"Lihatlah, untuk apa aku bohong." Gita mengambil map tersebut dan membukanya, ia membaca dan syok akan isi dari map tersebut.

Ini..ini..surat nikah dari Kua dan ada dua buku pernikahan mereka.

"Tapi bagaimana bisa? Aku ga pernah ngerasa menikah denganmu." Gita menatap Gilang.

"Itu karena mamah merengek dan memintaku bertanggung jawab dan melakukan pernikahan bodoh ini." ucapnya.

Mendengar Gilang mengatakan bahwa pernikahan ini adalah pernikahan bodoh membuat hatinya sakit, entah ada apa dengannya.

"Kita memang sudah menikah, tapi bukan berarti kamu bisa mengurusi kehidupanku. Dan nanti akan ada beberapa peraturan yang aku buat untukmu."

Pintu ruangan Gita diketuk dari luar, dan pintu pun terbuka. Disana seorang lelaki dengan wajah panik masuk begitu saja dan langsung menghampiri sang wanita yang berada di atas kasur.

"Oh may good Git..kamu kenapa? Gapapa kan? Ko bisa kayak gini? Pasti kamu lupa minum obat kamu lagi? Kamu telat makan?..ya tuhan. Git..ini yang ku takutkan, aku sudah..." iqbal ya sosok iqbal lah yang datang di pagi hari dengan wajah panik dan langsung nyerocos panjang lebar dan memutar mutar serta mengangkat setiap bagian tubuh Gita.

Ucapan Iqbal langsung di potong oleh Gita. "Aku gak papa bal.." ucap Gita. Iqbal memberikan wajah galaknya.

"Apa kamu bilang..gapapa?" omel Iqbal

Gilang yang sedari tadi melihat itu hanya tersenyum dengan kedua tangan yang melipat di di depan dada. Detik berikutnya Gilang menepuk nepuk tangannya.

"Wah wah wah...so sweet sekali." Iqbal menoleh ke belakang dan mendapati Gilang di sini.

"Ngapain lo disini?" ucap Iqbal.

Gilang menunjuk dirinya sendiri, "Gue?"

Gilang seperti sedang berfikir, "Hmm..apa ya, menjaga istri mungkin." ucapnya enteng, Iqbal membatu dan detik berikutnya menonjok Gilang tepat di wajahnya sehingga kepala Gilang sedikit terpental ke samping.

"Iqbal.." Gita kaget melihat Iqbal memukul Gilang, dan ini pertama kalinya Iqbal memukul seseorang. Ya karena Gita tak pernah melihat Iqbal yang seperti ini.

Gilang memegang luka tersebut dengan jarinya dan dilihat ada sedikit darah di sana, ia menatap Iqbal dengan tatapan kebencian dan Iqbal pun sama. Kini bendera perang sudah berhasil mereka kibarkan.

Iqbal menoleh ke Gita, "Apa benar?"

Gita menatap Iqbal, ia melihat raut wajah Iqbal yang marah, dan itu membuatnya sedikit takut. "Aku gak tau. Gilang hanya memberiku ini dan ini." Gita memberikan map merah kepada Iqbal dan memperlihatkan sebuah cincin yang melingkar manis di jari manis Gita.

Iqbal mengambil map itu dan membaca, Iqbal benar-benar tak percaya, ternyata wanita yang ia cintai yang ia sayangi..wanita yang ia jaga kini sudah menjadi milik orang lain.

Dunia Iqbal hancur sehancurnya, Iqbal membisu kakinya lemas tangannya bergetar.

"Bal.." panggil Gita.

"Aku akan cari bukti kalau ini semua ga bener." ucap Iqbal.

Gilang tertawa mendengar itu, "Lakukanlah." setelah mengatakan itu Gilang pergi meninggalkan Gita dan Iqbal di ruangan tersebut.

Saat di depan pintu sang mamah datang dengan membawa kotak makan yang entah apa isinya, namun Gilang sama sekali tidak tertarik dengan itu dan mengabaikan sang mamah.