8

Setelah keluar dari kamar Gta memegang jantungnya yang berdegup kencang, dia menggelengkan kepalanya. Gita melangkahkan kakinya menuju ruang makan di meja makan suasananya begitu caggung. Hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring di pagi ini, setelah selesai Gilang pun bangkit dari duduknya.

"Sudah selesai mas?"akhirnya Gita memberanikan diri untuk membuka suara, Gilang menatap Gita dengan tatapan dinginnya membuat Gita kikuk. Gita menelan ludahnya susah payah, Gita berusaha membuaka suara lagi, "hmm.. Oh ya mas, nanti aku minta izin untuk ke sekolah mengurus ijazahku." Gilang mengangguk, dia merogoh kantongnya mengeluarkan sebuah dompet, setelah itu dia mengeluarkan kartu dan melemparnya di meja, “Itu ATM kamu pake” setelah itu dia pergi meninggalkan Gita.

Ya sudah yang penting sudah ijin. Gita menatap kartu yang diletakkan oleh Gilang, dia bingung, apa dia harus menggunakanya atau tidak. Namun akhirnya Gita mengambilnya. Tak berapa lama dari kepergian Gilang ponsel Gita bordering dia melihat nama yang tertera disana, tanpa berfikir panjang Gita langsung menjawabnya.

"Iya ada apa bal.."

"..."

"Okay, nanti aku share loc aja ya."

"..."

"Iyee bawel.. "tanpa Gita sadari dia tertawa hanya karena mendengar suara sahabatnya yang konyol. Hari ini Iqbal mengajaknya untuk pergi ke dufan setelah mengambil ijazah, hitung-hitung liburan setelah masa ujian nasional disekolahnya. Gita mematikan sambungan dan segera mengirip location pada Iqbal. Gita mengambil piring kotor dan membersihkannya, setelah itu di akan bersiap-siap.

...

Teng.. Tong..

Suara bel rumah terdengar, Gita yang sudah selesai pun segera turun dari kamarnya, sedikit berlari. Gita membuka pintunya dan disana Iqbal yang tampak sangat rapih menggunakan kemeja kotak-kotak. “hay gendutnya aku..” Iqbal langsung mencubit pipi Gita gemas. Iqbal meneliti keadaan rumah, “gede juga ya rumah suami kamu.. aku kaget sih pas tahu kamu jadi istrinya tuh om..om” jangankan kamu bal, aku saja juga terkejut, batinya.

Kenyataannya Gita hanya tersenyum kepada Iqbal “mau langsung apa minum dulu?”

“Langsung aja” Ucap Iqbal, Iqbal merangkul bahu Gita, dan mengajaknya untuk segera pergi. Kali ini Iqbal tidak membawa motor,”kamu bawa mobil?” Iqbal hanya mengangguk, mereka pun masuk kedalammobil. Di mobil Iqbal tak hentinya bernyanyi, ya tak banyak orang tau kalau Iqbal memiliki suara yang sangat merdu, sesekali Gita akan ikut bernyanyi menimpali, kali ini terputar lagu kesukaan kami.

Lagu demi lovato solo

Solo

This solo, solo, everybody

This solo, everybody

This solo, solo, everybody

I never meant to leave you hurtin'

I never meant to do the worst thing

Not to you (this solo, solo, everybody)

'Cause every time I read your message

I wish I wasn't one of your exes

Now I'm the fool (this solo, solo, everybody)

Since you been gone

I've been dancing on my own

There's boys up in my zone

But they can't turn me on

'Cause baby, you're the only one I'm coming for

I can't take no more, no more, no more

I wanna f-woop, woop woop, but I'm broken hearted

Cr-cr-cry but I like to party

T-t-touch but I got nobody

Here on my own

I wanna f-woop, woop woop, but I'm broken hearted

Cr-cr-cry since the day we parted

T-t-touch but I got nobody

So I do it solo

This solo, solo, everybody

This solo, everybody

This solo, solo, everybody

So I do it solo

This solo, solo, everybody

This solo, everybody

This solo, solo, everybody

I do it solo

Every single night I lose it

I can't even hear the music without you (it solo, solo, everybody)

Ah, yeah, yeah

Try to stop myself from calling

But I really wanna know if you're with someone new (it solo, solo, everybody)

Tak terasa mereka sudah berada di sekolah. Gita dan Iqbal pun turun dan bergegas menuju ruang tata usaha untuk mengurus ijazah. Setelah selesaitidak mau menunggu lama Iqbal dan Gita pun pergi.

"Dufan i'am coming.. " ujar Iqbal girang sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Ya ampun untung kita udah di mobil, batin Gita. Gita hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Iqbal yang seperti anak kecil.

Gita yang gemas memukul belakang kepala Iqbal, Iqbal mengaduh sakit, "Sakit tau..nanti kalau aku enggak ganteng lagi, kamu harus nikah sama aku."

"Enak saja, aku juga sudah punya suami."

"Ceraikan saja."

"Gila kamu, mana mungkin."

"Kenapa, lagian aku lihat kalian tidak saling Cinta dan menyayangi."

Gita terdiam, benar kata Iqbal kalau kami menikah tidak di ladasi dengan rasa Cinta dan sayang. Serta sikap mas Gilang yang dingin dan menjaga jarak. Apa rumah tangga kami akan bertahan?. Gita mulai gundah, hatinya bimbang, dia bingung.

"Ndut.. " Iqbal menepuk pundak Gita,dan itu berhasil membuat Gita kembali sadar.

"Aa.. Iya kenapa?" Gita menatap Iqbal tepat dibola matanya.

"Tidak, maaf dan lupakan kataku tadi."

Iqbal menghidupkan mesin mobil lau menancap gas meninggalkan halaman sekolah

Iqbal tak henti mengajak Gita untuk mencoba setiap permainan yang ada disini, Gita dibuat bingung dengan Iqbal yang lebih memilih dekat dengannya dari pada cewek diluar sana. Karena banyak cewek yang cantk yang mengejar Iqbal disekolah. Gita dan Iqbal masih asik berjalan-jalan melihat wahana yang menarik hingga beberapa wahana mereka naiki.

Lelah, kini mereka memutuskan duduk di bangku yang berada di taman sambil menikmati harum manis yang Iqbal beli di dekat taman. "Engga terasa ya, ternyata kita sahabatan udah lama." Iqbal berucap sambil menatap lurus ke depan dimana terdapat dua anak kecil yang sedang bermain bersma dan dengan sang anak perempuan itu yang mengejar anak lelaki karena bonekanya yang di ambil.

Gita menoleh ke samping menatap Iqbal dari samping, "Iya ya... Ga kerasa kita udah gede, dulu kamu itu anak kecil yang cengeng banget loh.. Dan sekarang malah jadi most wanted sekolah." Iqbal terkekeh sambil menganggukkan kepala kemudian menoleh ke arah Gita, sehingga membuat mereka saling pandang.

"Untung saja waktu itu kamu nolong aku.. Kalo enggak aku gak akan kayak gini. Cewek gendut yang suka sekali berdebat dan bermain panahan ya cuma kamu doang."

"Iya, itu saat ayah masih hidup." Gita menengadahkan kepalanya menatap langit sore yang berubah menjadi jingga.

"Git.. Kamu tau kan, aku pernah bilang kalau aku itu pernah suka sama satu cewek dan gak pernah bisa menyatakan perasaanku." aku mengangguk.

"Tapi sekarang aku semakin sulit, bahkan mustahil untuk mendapatkannya." Iqbal berubah sendu Gita menoleh ke Iqbal yang ternyata sedang menatapnya juga. Gita menatap tepat dibola mata Iqbal, dia melihat ada kesedihan dan kecewa dalam mata itu.

"Sekarang dia sudah menikah.” Gita mengernyitkan dahinya bingung, namun dia membiarkan Iqbal untuk meneruskan. Iqbal tersenyum tangannya terangkat mengelus pipiku, Gita yang di perlakukan seperti itu mematung. "Kamu tau siapa dia?" Gita menggelengkan kepala tak tau siapa perempuan yang sudah membuat Iqbal begitu dalam mencintai wanita itu, "Itu.. Kamu, Gita andita."

"Aku?" Gita terkejut, dia menunjuk dirinya dengan jari telunjuk.

"Iya.. Wanita yang selama ini aku cintai, wanita yang hanya bisa ku lindungi dari belakang, wanita yang membuat hari hariku berwarna, wanita yang sudah membuatku lebih kuat, wanita yang ingin sekali ku jaga dengan status yang berbeda, namun.... Aku telat, dia sudah milik orang lain." Gita benar-benar tak dapat mengatakan apapun dia syok mendengar semua itu, Iqbal punya rasa padanya?