Malam itu juga sepulangnya dari Sheraton, Renas dan Sara menghabiskan satu malam di JW Marriott. Sara mengingat kembali apa yang baru saja dikatakan Helen tentang Renas, bukan tentang kelamnya, tentang kejutan yang Renas selalu berikan disetiap kisah. Malam itu juga seharusnya mereka sudah dalam perjalanan ke Lembang, seperti yang disepakati, seperti yang Renas inginkan. Malam itu mereka bercinta di kamar hotel Marriott.
Sara tidak bertanya sedikitpun tentang rencana berlibur. Baginya, malam itu sudah cukup.
Tepat pukul 11.45 hampir tengah malam, ketika Renas sedang meracik minuman, Sara mendengar ponsel milik suaminya bergetar tepat diatas meja di sisi kanan kasur. Sara pada saat itu sedang memakai nightwear nya kembali. Sara mengerti benar siapa yang menghubungi suaminya malam itu.
Beberapa detik berlalu Sara masih terpaku memandangi ponsel milik Renas, walau sudah tidak lagi bergetar. Sara melihat keujung ruangan, melihat figur tampan suaminya yang memakai handuk kimono, meraracikkan gin&tonic untuk Sara. Minuman yang sangat istrinya senangi. Beberapa menit kedepan mereka akan berada di dalam bathtub bersama, mungkin bercinta lagi.
Mungkinkah?
“Renas...” Sara memanggil, tepat dimana ia masih berdiri di sisi kiri kasur, menatap Renas dari kejauhan. Renas menatap balik, tidak melontarkan sepatah kata pun, hanya tersenyum. “Your phone just rang.” Sara masih menatap, kemudian tertunduk putus asa. Renas mengerti benar apa yang terjadi. Mengerti benar siapa yang datang mengacaukan.
“Come join me, will you?”
Renas memohon.
Sara menatap penuh pertanyaan selama beberapa detik, ingin sekali bertanya, ingin sekali mendengar walau pahit. Percuma saja, Sara tetaplah Sara. Mana mungkin ia bertanya? Kesalahan teramat fatal, merusak semua. Sara tidak pernah mengetahui yang sebenarnya.
Tidak seperti yang dipikirkan.
Dua menit awal berlalu begitu lambat. Renas berada tepat dibawah shower sendiri, Sara menolak bergabung. Malam itu tepat pukul setengah satu dini hari, Sara duduk terdiam di sisi kiri kasur memandangi ponsel Renas. Renas menghabiskan lebih dari 30 menit untuk mandi. Sara memiliki cukup waktu.
Bangkitlah Sara dari kasur, berjalan menuju sisi kanan tepat dimana ponsel Renas diletakkan di meja, dan diraih lah Blackberry Z10 milik suaminya tersebut. Aplikasi pertama yang dibuka adalah Blackberry Messenger, dicari lah satu nama yang selalu mengusik pikiran Sara. Pekerjaan, pekerjaan dan hanya pekerjaan. Perusahaan klien, manajer, anak buah, hampir semua laki-laki. Beberapa wanita, dari foto nampak jauh lebih tua, usia antara 40-45 tahun. Lagi, lagi, partner bisnis perusahaan.
Amarah mereda.
Sara membuka pesan, dan disanalah wanita itu berada. Sang enam tahun yang selalu mengusik. Mata membara, hati kecewa, bertanya-tanya. ‘Sudahkah Renas tidur dengannya?’ Sara membaca semua pesan dari wanita itu sejak awal 2013. Mei 2013 tepatnya. Empat bulan sebelum akhirnya Renas bertemu Sara untuk kali pertama.
Semua pesan dari Ana untuk Renas, sang enam tahun.
“Hi, you! I’m in town for a few days. Can we have lunch tomorrow? I’ll just stop by in your office”. 4 Mei 2013, 11.01 siang.
Diacuhkan.
“Renas, I know we’re not together anymore. Can we at least be friends?” 5 Mei 2013, 4.37 sore.
Diacuhkan.
“I miss you.” 7 Mei 2013, 23.40 malam.
Diacuhkan.
Satu bulan berselang.
“I stopped by at your building earlier this afternoon, your secretary told me you’re in London for a few weeks. I know you’re not. Can we talk, Renas? I miss you. I’m here for you. Please talk to me. I thought we’re good…” 11 Juni 2013, 4.01 sore.
Masih diacuhkan.
“Renas, if you’re not responding I’m gonna stop by at your parents’”. 21 Juni 2013, 2.00 siang.
Untuk pertama kalinya Renas membalas pesan Ana. “What do you want?” 21 Juni 2013, 2.10 siang.
“I just wanna talk to you I miss you”. Ana, 21 Juni 2013, 2.12 siang.
“There’s nothing between us anymore. Get out of my life”. Renas, 21 Juni 2013, 2.13 siang.
Ana meracau, mengirimkan 6 pesan mengatakan betapa menyesal dia telah mengecewakan Renas dan ingin kembali bersama. Tidak ada satupun pesan yang ditanggapi Renas.
Juli, Agustus, tidak ada pesan dari wanita jalang itu.
September.
“I heard you’re with someone now. A little girl really? Don’t you miss me, Renas?” Ana, 30 September 2013, 20.20 malam.
Diacuhkan.
Ada 10 pesan lainnya rentang waktu September hingga November yang tidak juga ditanggapi Renas. Ana ingin kembali bersama, mencoba mengingatkan Renas betapa Renas dulu memuja Ana. Mengeluarkan segala kelicikannya.
Satu pesan pada 3 Desember 2013.
“The one i love is married now. Do you know how shattered I am? I hope you’re happy…” Ana, 3 Desember 2013, 21.10 malam.
Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli.
“I’m in Surabaya for a week. It’s been so long. I know you’re married. I just wanna be friends. Write to me, Renas please? I mean no harm.” Ana, 10 Juli 2014, 8.11 pagi.
“Where are you staying?” Renas, 10 Juli 2014, 9 pagi.
“Shangri-la Mayjend Sungkono”. Ana, 10 Juli 2014, 9.01 pagi.
“I’ll be there tomorrow afternoon”. Renas, 10 Juli 2014, 9.05 pagi.
“I’ll be waiting”. Ana, 10 Juli 2014, 9.08 pagi.
.
.
“Boarding”. Renas, 11 Juli 2014, 3.10 sore.
“Yeay! Come quick!”. Ana, 11 Juli 2014, 3.12 sore.
“I miss you so bad! Do you want me to pick you up?”. Ana, 11 Juli 2014, 3.13 sore.
“Where are you now?” Ana, 11 Juli 2014, 6.40 sore.
“Renas, I’m worried where are you?” Ana, 11 Juli 2014, 19.10 malam.
“Don’t play hide and seek with me, boi!” Ana, 11 Juli 2014, 19.20 malam.
“Renas damn you! Where are you?” Ana, 11 Juli 2014, 20.15 malam.
“Baby?” Ana, 11 Juli 2014, 20.30 malam.
“Renas where the fuck are you?” Ana, 11 Juli 2014, 22.30 malam.
“I can’t do this. I’m sorry.” Renas, 11 Juli 2014, 22.31 malam.
“What do you mean you can’t? You told me you wanted to see me. What else would you wanna see me for if not fucking? You were here right? Damn you were! Where are you now, please let’s just talk” Ana, 11 Juli 2014, 22.35 malam.
“There’s nothing between us anymore ana. Stop reaching out to me. I’m sorry.” Renas, 11 Juli 2014, 22.40 malam.
“Damn you Renas! I’m not letting you go. You’ve opened up for me, it’s not that easy to let you go. I’m not letting you go!” Ana, 11 Juli 2014, 22.45 malam.
“I’m at your place. Your security told me you’re out with her, don’t lie. Come out Renas”. Ana, 13 Juli 2014, 20.48 malam. Tepat saat makan malam keluarga.
“Fine, Renas. I’m gonna be here often”. Ana, 13 Juli 2014, 22 malam.
“You don’t love her, you love me. You always love me”. Ana, 13 Juli 2014, 22.03 malam.
“Can’t you see how much I love you?” Ana, 13 Juli 2014, 23.40 malam. Tepat setelah pesan itu Ana menelpon Renas.
Tertunduk lesu, menangis…
Percuma saja
Percuma saja bertahan
Enam tahun itu tidak akan pernah
hilang
Apalah arti satu tahun ini?
Kewajiban seorang laki-laki
Untuk mempertahankan harga diri,
mempertahankan nama
Tentunya kamu lakukan
Apalah arti perempuan rendah ini
Yang bahkan gagal memberikan
keturunan
Pernikahan yang sia-sia
Percuma saja bertahan
Karena selagi bernafas
Tidak akan rela menyerah
Lalu, baiknya kapan mati?
Untuk akhirnya berhenti
Dan benar-benar berhenti
Masih menangis, menyadari seseorang berdiri, terlalu dekat. Renas terbalut dalam handuk putih, rambut dan tubuhnya masih setengah basah. Air masih menetes dari dada nya yang bidang, handuk itu hanya menutupi nya dari pinggang kebawah. Ekspresi berubah. Harus apa sekarang?
Renas menangkap Sara masih menggenggam ponselnya dan menangis. Saling bertatapan, putus asa.
Renas berjalan mendekat.
“Don’t.” Sara terisak.
Renas berjalan semakin mendekat.
“Please don’t.” Sara semakin terisak. “I don’t want you to speak.” Sara masih terisak, tertunduk diam berdiri di ujung kasur, tidak menatap suaminya yang berjalan mendekatinya.
Renas meraih ponselnya dari genggaman Sara, membuangnya jauh, membantingnya ke dinding.
Apalagi setelah ini? Akankah Renas memukul Sara untuk pertama kalinya? Karena telah lancing membuka…
Renas berlutut tepat di hadapan Sara.
“Forgive me.” Renas tertunduk, berlutut memohon maaf.
“Stand right back…” Sara masih menangis, “please…” semakin terisak.
“Forgive me.” Renas mengulang, masih berlutut, masih tertunduk.
“I knew you were out of town to see her. I could tell. It’s not that disappointing anymore.” Sara tertawa menangisi diri sendiri. “At least you changed your mind…” Sara menahan isakan, menguatkan hati. “Whether it was because of me or not I don’t care. At least you changed your mind, I’m grateful for it. Thank you.” Sara menahan letupan air mata di mata kirinya dengan tangan kanannya, menutupi wajahnya, menangis.
“I love you.”
Renas menengadah, menatap mata istrinya dalam-dalam, berbicara dari hati. Sungguh meyakinkan. Sungguh ia mencintai Sara. Dari hati yang terdalam, sungguh ia cinta.
“If I never told you, I tell you now. I couldn’t let you know how much I love you. I just couldn’t. I did you wrong all the time, I couldn’t allow you to know my feelings.” Renas berhenti sejenak, menatap istrinya yang semakin bersedih. “I love you. From the moment you were mine.” Renas masih menatap, matanya menahan emosi yang begitu kuat, begitu menyiksa. Sungguh Renas mencintai Sara, menggilai nya teramat sangat.
My love,
my life,
my soul,
my wife,
How I love you,
Make love to me
Tonight