EPISODE 04

Pertama kali Gavin melihat Rhea mengenakan pakaian yang cukup seksi dan ukurannya pas dibadannya. Ia tak seseksi mantan pacar nya maupun perempuan-perempuan yang pernah ia temui di club, tapi kulit tubuhnya yang eksotis khas Indonesia dan mulus cukup berhasil memikatnya untuk berulang kali mencuri pandang ke arahnya. Ia akui, Rhea punya sisi seksi dan menarik yang berbeda dari banyak perempuan yang pernah ia kenal.

Rhea menyadari apa yang ia lakukan telah berhasil membuat Gavin meliriknya sesekali. Sungguh, sejujurnya ia malu, sangat malu. Ia merasa tak jauh beda dengan perempuan penggoda yang berusaha membangkitkan minat laki-laki. Ia beristigfar. Tidak, dia tidak sama dengan perempuan penggoda. Ia sudah sah menjadi istri Gavin. Apa yang ia lakukan saat ini bukanlah sebuah dosa.

Gavin memandang tajam Rhea. Perempuan itu mendadak salah tingkah. Ia menundukkan wajahnya. Tangan kanannya mengusap-usap lengan kirinya. Ia panik, grogi ditatap sedemikian intens oleh Gavin.

Rhea memungut bantal sofa disebelahnya. Ia letakkan bantal itu di atas pahanya untuk menutupi paha yang terekspos.

Gavin tersenyum sinis. Ia sudah menduga, Rhea tak akan mungkin seagresif ini. Ia menikmati dan menyaksikan tingkah Rhea yang grogi dan cemas. Ia tahu, Rhea tengah memancing perhatiannya tapi di sisi lain ia merasa takut dan gugup. Ia juga yakin, gadis sepolos Rhea belum sekalipun merasakan sentuhan laki-laki.

"Kamu sedqng memancingku?" Gavin menaikkan sebelag sudut bibirnya.

Rhea terhenyak. Ia menatap pria itu sekilas. Rhea segera menggeleng.

"Kenapa kamu pakai gaun seperti itu?" Tanya Gavin masih dengan nada datar.

"Mas bilang, bajuku kuno, makanya aku ganti pakai baju ini." Rhea berusaha bersikap setenang mungkin.

"Dan apa kamu yakin kalau aku tertarik sama kamu setelah kamu pakai baju ini?"

Rhea tergugup. Dia tak menjawab apapun. Ia beranikan diri menatap Gavin. Keduanya saling memandang dengan pikiran masing-masing. Gavin merasakan Rhea sudah agak lebih berani membuat kontak mata agak lama dengannya.

Gavin berpikir lebih baik ia masuk kamar sebelum pikirannya kacau dan tak bisa mengendalikan diri. Dia tak ingin menyentuh gadis itu meski sudah resmi menjadi istrinya. Ia tak menyukai gadis itu dan tak ingin membuat gadis itu tersanjung karena merasa diinginkan.

Gavin beranjak dan berlalu menuju kamar tanpa sepatah kata. Rhea termenung. Ia pikir, suaminya memang tidak pernah tertarik padanya.

Di dalam kamar, Gavin mencoba terpejam. Ia singkirkan jauh-jauh imajinasinya akan sosok Rhea yang terlihat menarik dengan gaun malam sialan itu. Ya gaun tidur sialan, karena hampir saja ia tak bisa menahan diri.

Rhea masuk kekamar untuk bersiap tidur. Begitu mendengar derap langkah sang istri, Gavin seketika memejamkan matanya, berpura pura tidur

Rhea duduk selonjoran diranjang dan mengambil ponselnya. Ia membuka salah satu aplikasi yang mengenalkannya pada sosok tenan dari dunia maya, yang selama ini menjadi tempat berbagi cinta. Rhea tak memiliki teman didunia real. Sahabat terdekatnya adalah seseoranh yang menggunakan "bluesky" yang bahkan ia tak tahu nama asli seseorang yang ia panggil "sky" ini. Yang ia tahu sky adalah perempuan. Ia tak tahu menahu kehidupan pribadi sky. Sky tahu rhea seseorang perempuan, tapi ia juga tak tahu banyak kehidupan rhea dikehidupan real nya. Mereka berkenalan dengan satu room forum dunia maya. Dari situ ia saling mengirimi privasi mesagge dan berbagi segalanya. Rhea yang lebih banyak bercerita. Ia tak pernah seterbuka ini pada orang lain selain sky.

Kehadiran sky mampu memberikan arti sahabat yg sesungguhnya, dimana ia selalu ada dan tak pernah pergi meski ia sedang berada dalan kondisi terburuk sekalipun. Ia merasa lega jika sudah terbagi cerita dengan sky.

Rhea : hai sky, gimana kabarnya?

Tak berapa lama kemudian, ia mendapat balasan dari sky.

Sky : hai Rhea, alhamdulillah aku baik. Kamu gimana? Oya gimana honeymon kamu dan suamimu?kalian tidak berlibur ke mana gitu

Rhea: kami nggak honeymoon, ini lovelles mariage, sky. Dont expect too much about honey moon other sweet moments

Sky : mungkin suatu saat akan tumbuh cinta diantara kalian

Rhea: entahlah, aku tak berani berharap.

Ini terlalu menyakitkan. Dia tak menyukaiku. Bahkan aku mencoba penampilanku, dia tidak tertarik. Apa aku begitu buruk? Aku memang tidak cantik..... Tidak menarik...

*Sky* : sudah aku bilang, jangan rendah diri Rhea, kamu cantik, kamu istimewa. Kalau kamu memang masih ingin mempertahankan pernikahanmu yang masih sangat awal ini, kamu harus berjuang. Memang seharusnya kalian berjuang bersama. Tapi melihat karakter suami yang dingin begitu, mau tidak mau kamu harus memulai. Semoga saja ada tanggapan darinya.

*Rhea* : Ya,aku harus berjuang meski sendiri. Aku masih harus berjuang menyembuhkan trauma dan menaikan kepercayaan diriku. Aku masih harus berjuang membenahi diriku. Disaat yang sama aku harus berjuang dalam pernikahan ini.

*Sky* : Aku yakin kamu kuat

*Rhea* : sepertinya aku akan mencari pekerjaan. Aku bosan berada di apartemen terus meski aku bisa tetap menulis.

*Sky* : itu bagus, Rhea. Aku dukung. Kamu perlu belajar bersosialisasi. Jangan terus menerus menarik diri dari pergaulan. Ini tak baik. Tunjukkan pada Gavin kalau kamu bisa mandiri dan tak tergantung padanya.

*Rhea* : aku akan mencoba.

Rhea menyudahi chat dengan Sky. Besok, ia akan mencari pekerjaan. Sebelumnya ia telah mencari informasi lowongan kerja.

Gadis itu menarik selimut, menutupi tubuhnya, ia memiringkan badannya, memunggungi sang suami yang juga memunggunginya. Meski tidur satu ranjang tapi ada jarak terbentang diantara mereka dan dibatasi guling.

Gavin penasaran apakah Rhea terlelap atau belum. Ia melirik Rhea ia menduga sang istri sudah tidur. Gavin mencoba kembali memejamkan mata.

*****

Gavin membuka notulen rapat kemarin. Dalam waktu dekat ini ada proyek rumah sakit dan hotel yang harus digarap. Belum lagi proyek perumahaan peninggalan perusahaan Edwin sebelum diambil alih ayahnya. Nama besar perusahaan Andre Angkasa semakin berkibar dan mengukuhkan diri menjadi perusahaan properti terbesar dan tersukses di indonesia.

Sejak terjun ke perusahaan sang ayah, Gavin memiliki ambisi tersendiri untuk mengembangkan perusaahan menjadi perusahaan nomor 1 di indonesia. Dering telepon mengagetkan nya. Suara sang sekretaris terdengar merdu diujung telepon.

"Ada apa, Mir?"

"Nona Gladisa memaksa ingin masuk, padahal sebentar lagi bapak akan makan siang bersama pak Wahyu

"Suruh masuk saja,"

Selang beberapa menit kemudian, sosok seksi berparas cantik melenggang dengan saya berjalannya yang menarik perhatian sang direktur.

"Hai, Gavin..."

Gavin mengulas senyum, Ada apa, Dis?"

Gladisa duduk dimeja, berhadapan dengan Gavin yang masih duduk di singgasananya.

"Nanti malam temani aku clubbing...Aku ingin bersenang senang." Gladisa berbicara dengan rajukan manja.

"Maaf, Aku gak bisa" Balas Gavin dengan singkat.

"Kenapa, kemarin kamu ajak aku ke apartemen dan membalas ciumanku. Aku pikir kamu masih ingin senang senang denganku. Gladisa memejamkan matanya.

Gavin menghebuskan nafas pelan.

"Kemarin aku sengaja memanasi Rhea. Aku pikir Rhea sering melihat tingkahku yang menyebalkan, dia akan ill-feel lalu menggugat cerai." Gavin berbicara setenang mungkin seakan ciumannya dan Gladisa tidak berarti apa apa untuknya. Ternyata dia hanya dimanfaatkan. Sejak Gavin putus cinta dengan sandra, pria itu seakan menutup hati untuk siapapun.

"Kenapa bukan kamu saja yang menceraikannya, kenapa harus menunggu dia yang menggugat cerai?" Gladisa menaikan intonasi suaranya.

"Karena aku harus menjaga nama baikku dan keluarga. Dis. Aku juga tak mau papah marah. Bagi papa, nama baik keluarga dan perusahaan adalah segalanya. Menjaga image itu penting. Aku nggak bisa gegabah mengambil keputusan." Gavin menegaskan kata-katanya.

*****