-Flash Back-
"Sonia, aku tunggu di tempat futsal. Cepat ya, udah mau hujaan!"
Tak perlu waktu lama, setelah menerima telepon dari Armand aku segera bergegeas menemuinya, dia pasti jatuh atau terkilir saat futsal.
Aku berdiri di depan lapangan futsal, mencari keberadaan Armand.
“Dia di mana sih? Tadi,—“ aku berhenti menggerutu dan segera menghambur ke arahnya begitu wajahnya muncul dengan tubuh penuh keringat sehabis bermain futsal.
"Lama banget!" protesnya.
"Tadi nunggu Pak Rustam. Kamu sendiri ngapain nggak nunggu di depan kalau mau dijemput!" balasku kesal.
"Udah ah, yuk cepetan! Udah rintik-rintik nih," kataku yang segera membantunya membawakan sepatu futsal dan botol minumnya.
"Aku ingin bicara," kata Armand.
Aku berbalik menatapnya, dia terlihat serius dan bahagia—ya, bahagia.
"Kalau mau cerita soal pertandinganmu ntar aja! Udah hujan nih!" kataku sambil menutupi kepalaku dengan telapak tanganku karena hujan sudah mulai turun.
Armand masih berdiri dan tersenyum bahkan senyumnya semakin lebar. Dia merentangkan tangannya seolah menyambut hujan yang turun semakin deras. Dia memejamkan mata sambil tersenyum bahagia.
Aku mengedipkan mataku dan menatap Armand, “Kesambet?” tanyaku.
"Kamu kenapa sih? Seneng banget!" tanyaku yang mulai kesal karena hujan semakin deras. Jika dalam waktu lima menit aku dan Armand tidak segera beretduh, bisa dipastikan kami akan basah kuyub.
“Ar,—“
"Rasakan hujan pertama di bulan ini. Bukannya kamu suka bau tanah dihujan pertama?" tanya Armand mengingatkanku akan kegemaranku dengan aroma tanah kering yang diguyur air hujan.
"Iya, sangat enak bukan?" tanyaku sambil tersenyum.
Aku pun memejamkan mataku, ikut menikmati hujan yang mulai turun, bau tanah kering yang diguyur air hujan terasa segar menerobos indra penciumanku.
"Iya, dan aku sangat bahagia," katanya.
“Aku jatuh cinta,”
Alisku berkerut mendengar ucapan Armand yang baru saja ia ucapkan.
“Jatuh cinta?” gumamku mengulang ucapan Armand.
"Aku jatuh cinta padanya, Nia." Kata Armand lagi.
Aku membuka mataku dan menatapnya.
"Jatuh cinta?" tanyaku kaget.
Suaraku bergetar dan pikiranku langsung terkunci. Jantungku berdetak cepat dan tidak beraturan.
"Aku jatuh cinta padanya," kata Armand lagi.
Kali ini dia membuka matanya dan tesenyum lebar ke arahku.
"Aku jatuh cinta pada Ivon, Nia.” Armand tersenyum, menunjukkan deretan giginya yang rapi.
“A,—“
“dan dia menerimaku!" ucap Armand cepat sebelum aku melanjutkan ucapanku.
Armand memeluk tubuhku yang masih berdiri kaku dihadapannya, aku masih berusaha mencerna apa yang baru saja ia sampaikan padaku.
"Aku mencintainya, Sonia." Bisiknya ditelingaku.
Aku sungguh tidak mampu berbicara lagi, lidahku kelu, hatiku sakit seakan disayat-sayat. Tanpa kusadari air mataku mengalir membasahi pipiku.
Mataku memerah seakan tidak mau kalah dengan langit senja yang merah ini karena hujan yang bisa dipastikan akan turun lama.
"Aku mencintainya,Sonia."
"Sonia," panggil Byon.