11

Dengan obor di tangan, Daru menghangatkan diri dari udara malam yang cukup menggigit. Berdiri agak jauh dari gubuk persembunyian tempatnya dirawat kemarin, ia masih menunggu keputusan rapat yang diadakan Manur dan rekan-rekannya.

Kalau sampai membangun gubuk persembunyian di tengah hutan, Daru yakin perkumpulan ini tak main-main. Membawa bahan-bahan bangunan sampai ke sini bukanlah hal mudah. Kau tidak bisa menggunakan kereta kuda. Lalu, walau masih ada risiko diserang binatang buas, pohon-pohon di hutan sangatlah cocok untuk menyembunyikan gubuk sebesar itu.

“Daru.” Manur keluar dari gubuk, mendatangi sahabatnya itu. “Masuklah, aku dan mbok Wuri berhasil membujuk mereka untuk menerimamu.”

“Baik.” Daru hendak mematikan obor, tetapi Manur keburu menyabetkan ujung selendangnya ke udara, menimbulkan angin kencang yang langsung memadamkan api di obor.

Daru mengangkat kedua alis dan mengerjap-ngerjap. Matanya jadi agak kering terkena angin itu. “Sejak kapan kau…”