24

Catra terus menghindari sabetan-sabetan Daru, yang sekilas seperti membabi-buta. Namun, di mata orang terlatih seperti Catra sabetan-sabetan itu masih tampak terarah. Sedikit saja lengah, kulitnya bisa sobek.

“Kenapa!? Aku selalu melihatmu, Mbak! Sejak di tempat pelatihan prajurit, aku melihatmu!” Tak kuat menahan emosi di dadanya, Daru mengencangkan teriakannya. “Apakah kebaikan dan kelembutan yang kulihat waktu itu cuma omong kosong belaka!!!?”

“Ugh!” Catra hilang keseimbangan ketika pahanya sedikit tersayat karambit.

Gerakan Daru terhenti seketika. Matanya melotot. Fakta bahwa dirinya baru saja melukai Catra seolah membekukan otaknya.

“Daru, si sentimentil.” Catra meludah. Ujung kiri bibirnya sedikit berkedik.

Tiba-tiba saja, Manur muncul dari balik salah satu kamar panggung. “Daru, awas!”