“Kwaaaa!!!”
Lagi-lagi Selaq itu lepas dari tangan Galih dan mengejar Daru. Tak punya pilihan lain, Daru kembali berlari kabur, meski dengan napas yang sudah benar-benar akan habis. Sedari tadi, ia hanya lari berputar-putar. Dirinya baru istirahat kalau Selaq itu berhasil ditangkap Galih lagi.
“Kwaaaa!!!” Selaq itu bersiap menerkam Daru.
Untuk kesekian kalinya, Galih menubruk dedemit dan menahannya. “Mau sampai kapan kau jadi umpan begini!?”
Daru memegangi lututnya, lalu menyeka keringat di dahi. “Sampai putri Manur keluar. Semoga dia sudah menemukan pusaka itu. Kalau tidak, terpaksa dia harus mencari di bagian bangunan yang harusnya jadi jatahku…”
“Aku tak butuh jawabanmu!” potong Galih, lagi-lagi kewalahan menahan si Selaq.
“Daru, Mas Galih!? Apa yang kalian lakukan!?”
Daru tersentak saat melihat Manur, yang entah bagaimana sudah memapah Catra.