“Kwaaa!!!”
Mendengar lagi pekikan itu dari kejauhan, Manur merasa kulitnya bagai dirambati ulat-ulat kecil. Bisakah Galih mengalahkan makhluk itu? Meski ingin mengetahui jawaban dari pertanyaan itu, Manur tetap fokus mencari pusaka yang memang sudah tak ada di tempatnya itu. Mereka sudah berbagi tugas.
Terus menjaga napasnya, Manur merapatkan dirinya ke dinding, mengendap dengan diterangi sentir-sentir, sesekali melewati mayat anggota Nagrasala yang dihiasi luka-luka cabikan dan bekas gigitan.
Manur menelan ludah. Meski sudah berkali-kali melihat pemandangan berdarah dan menyesap bau anyir menyengat seperti ini, ia masih belum juga terbiasa. Orang-orang itu beberapa saat yang lalu masih bisa mengobrol dan beraktivitas, tanpa sekarang teronggok tanpa nyawa.
Begitu mudahnya mereka mati.