Saat ini.
Wuri mengamati patrem yang baru dia keluarkan dari bebatan di perutnya. Sampai sekarang, dia belum juga terbiasa melakukan hal buruk ini. Kalau bukan karena tuntutan keadaan, dia akan mejauhkan benda terkutuk itu jauh-jauh.
Memaksakan senyum, Wuri pun berbalik, menghadap Catra yang masih duduk di lantai dengan tangan terikat di pilar.
“Sudah berapa lama kau memakai patrem ini?” tanya Wuri.
Catra balas tersenyum. “Belum begitu lama. Patrem sebelumnya sudah saya serahkan. Atau mungkin itu patrem yang dulu pernah saya kembalikan dan isinya sudah dikosongkan? Saya tidak tahu.”
“Dikosongkan, ya?” Wuri mati-matian mempertahankan senyumnya. “Apakah kau pernah mendengar pendapat mereka itu? Bertanya kepada mereka?”
“Tentu.”
Mendapati gerakan di kedua bahu Catra, Wuri menyadari sesuatu. Ia mundur dan memasang kuda-kuda. Catra ikut berdiri, menunjukkan kedua tangannya yang entah kapan sudah bebas.